Mari kita dengarkan bersama kisahnya menghafal kitab suci Al-Qur’an
Motivasi Menghafal Al-Qur’an
Motivasi saya dalam menghafal pada awalnya mungkin sama dengan orang-orang lain yang sama-sama menghafalnya; yaitu ingin mendapat ridho Allah SWT, membahagiakan orang tua, mendapatkan kemuliaan di hari akhirat, dan juga agar Allah SWT memudahkan segala urusan-urusan saya di dunia maupun di akhirat.
Akan tetapi ada faktor motivasi lain yang dapat melecut saya dalam mengahafal Kitab suci umat Islam ini. Saya ingin menjadi seseorang yang bekerja apapun yang bermanfaat, tetapi saya hafal Al-Qur’an. Saya ingin menjadi dokter yang hafidz Al-Qur’an, atau Insinyur yang hafidz Al-Qur’an, ataupun saya menjadi professor yang hafidz Al-Qur’an. Jadi apapun yang akan saya kerjakan kelak besar nanti, maka saya adalah seorang hafidz Al-Qur’an. Karena seseorang yang berpegang teguh pada Al-Qur’an maka dia akan sukses di dunia maupun di akhirat. Saya ingin sukses bersama Al-Qur’an di dada saya.
Saya semakin bersemangat ketika orang tua saya menjanjikan saya apabila saya dapat menyelesaikan 30 Juz maka saya akan dihadiahi Umroh ke Tanah suci. Ini bukan tujuan utama, akan tetapi sebagai pelecut semangat saja. Motivasi dalam mengerjakan sesuatu harus kita miliki, agar kita dapat bersungguh-sungguh di dalamnya.
***
Cara Menghafal Al-Qur’an
Pada awalnya saya juga belum mengerti bagaimana cara terbaik, terefektif, tercepat, maupun cara termudah dalam menghafal Al-Qur’an, walaupun keitka saya berada di SDIT Nur Hidayah, saya dapat menyelesaikan dua juz hafalan Al-Qur’an. Ketika itu saya hanya menghafal 2-3 ayat dalam setiap pertemuan dengan ustadz. Oleh karena itu saya selalu bertanya kepada kakak kelas saya di Pondok Tahfidz Darul Wihdah di Sragen, ternyata mereka memiliki metode berbeda dan bermacam-macam.
Maka saya jadi memahami, ternyata tidak ada teori baku mengahfal Al-Qur’an yang dapat diterapkan dengan sama pada semua orang. Itu tergantung cara pribadi masing-masing. Alhamdulillah saya mendapat masukan-masukan dari kakak kelas. Saya memilih dan memilah berbagai cara yang saya dapatkan itu, lalu saya mengambil cara yang cocok dengan saya. Setelah menghafal 3-4 juz, saya sudah dapat menyimpulkan bagaimana cara saya sendiri dalam menghafal Al-Qur’an.
Di pondok saya dulu, waktu menghafal adalah Ba’da Asar hingga pkl. 16.30. Kemudian setelah maghrib sampai isya. Saya biasanya membaca halaman-halaman yang akan saya hafalkan pada sore hari nanti sebelum saya tidur siang. Saya membacanya minimal tiga kali dengan tartil dan binnazhar (dengan melihat mushaf). Alhamdulillah dengan melakukan kebiasaan ini, saya dapat menghafal sore harinya dengan mudah dan cepat. Sehingga setiap hari saya dapat menghafal hingga 2,5 lembar atau lima halaman, atau ¼ juz. Maka dengan izin Allah saya dapat menyelesaikan hafalan 1 juz dalam waktu empat hari plus dua hari ujian untuk kenaikan juz.
Tapi yang lebih dari sekedar cara, menurut saya yang paling penting ada hal; yaitu kesungguhan dan keistiqamahan.
***
Mengatasi Kejenuhan
Cara saya dalam mengatasi kejenuhan adalah dengan menelpon orang tua saya, sehingga dari mereka saya bisa mendapatkan suntikan motivasi dan doa, sehingga saya bisa kembali semangat dalam menghafal.
Cara yang lain adalah bergabung dengan teman-teman untuk bermain sepak bola bersama. Sebab salah satu hobi saya adalah bermain sepak bola. Setelah saya merasa fresh setelah bermain bola, saya siap untuk kembali menghafal Al-Qur’an.sumber
dahsyat,, subhanalloh.. maksih banyak informasinya salam dari saya menghafal cepat