2016

Hal Hal Yang Membatalkan Puasa Di Bulan Ramadhan ! Wajib Anda Baca

Hal Hal Yang Membatalkan Puasa Ramadhan Puasa dalam bahasa Arab  (صوم /shaum) berarti “Menahan Diri” dari makan dan minum serta dari semua perkara yang dapat membatalkan puasa mulai dari terbit fajar shidiq (subuh) sampai terbenam matahari (maghrib). Berkaitan dengan puasa, sudah menjadi barang tentu ada dua macam puasa, wajib dan sunah. Nah, di kesempatan kali ini saya akan mencoba mengupas mengenai puasa wajib, khususnya di bulan Ramadhan Tahun ini. Pertama kali yang ingin saya bahas adalah mengenai hal-hal apa saja yang bisa membatalkan puasa. Adapun ketika kita menjalankan puasa, sudah menjadi barang wajib untuk memperhatikan beberapa hal yang bisa membatalkan puasa, antara lain : 1. Makan Dan Minum Disengaja Dasarnya adalah Q.S. Al-Baqarah: 187, “.. .makan dan minumlah hingga waktu fajar tiba (yang) dapat membedakan antara benang putih dan hitam…”. 2. Jima’ Melakukan jima’ siang hari dengan sengaja baik dengan istri atau suami termasuk dengan siapapun baik keluar mani atau tidak maka puasanya batal Bagi mereka yang berniat puasa pada malam harinya lalu pada siang harinya melakukan hal itu maka diwajibkan  Meng-qadha (mengganti) dan membayar kafarat dengan memerdekakan budak sebagai hukuman yang setara, jika tidak mampu  Mengganti puasa diluar bulan ramadhan selama 2 bulan berturut-turut, jika tidak mampu  Membayar fidyah untuk 60 orang fakir miskin, jika tidak mampu  Tetap menjadi tanggungan dan wajib membayar setelah mampu 3. Mengeluarkan Mani Dengan Sengaja. Mengeluarkan dengan melakukan masturbasi, onani, maupun sebab-sebab lain karena sengaja mengeluarkannya, membayangkan dengan sengaja sehingga menyebabkan air mani keluar. 4. Muntah Disengaja Memasukkan seuatu ke tenggorokan yang menyebabkan dengan sengaja muntah. Sebagaimana sabda Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam: مَنْ اسْتَقَاءَ فَعَلَيْهِ القَضَاء ”Barangsiapa yang muntah dengan sengaja maka wajib atasnya qodho’.” (Shahih, HR Hakim dan selainnya). 5. Haid Dan Nifas Haid bagi wanita. Diriwayatkan oleh Aisyah, haid membatalkan puasa, dan wanita yang masih mampu, wajib menggantinya. “Kami (kaum perempuan) diperintahkan mengganti puasa yang ditinggalkan, tetapi tidak diperintahkan untuk mengganti shalat yang ditinggalkan”. (H.R. Muslim) Nifas atau darah yang keluar dari kemaluan perempuan setelah melahirkan. Jika ia berpuasa dan mengeluarkan nifas, berarti puasanya tidak sah. 6. Memasukkan Jarum suntik Memasukkan cairan ke dalam jarum suntik, dan menyuntikkannya, yang membuat kenyang. 7. Gila (hilang akal) Keadaan gila, atau gangguan kejiwaan juga membatalkan puasa. Karena tidak diwajibkan orang gila berpuasa. 8. Menghisab asap rokok Dengan Sengaja  Menghisap asap rokok dengan sengaja, sebagaimana dengan definisi puasa adalah menahan diri dari makan dan minum, maka asap rokok juga dinamakan minum asap. Sehingga tidak diperbolehkan ketika berpuasa, merokok 9.Murtad atau keluar dari agama Islam Selain hal-hal di atas, ada beberapa hal yang tidak membatalkan puasa, antara lain : Hal-Hal Yang Tidak Membatalkan Puasa 1. Makan dan minum karena lupa, keliru (maksudnya, mengira sudah waktunya buka ternyata belum) atau terpaksa. Tidak wajib mengqodho’-nya ataupun membayar kafarat, sebagaimana sabda Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam ”Barangsiapa yang lupa sedangkan ia berpuasa, lalu ia makan dan minum, maka hendaklah ia menyempurnakan puasanya. Sesungguhnya Allah telah memberinya makan dan minum.” (Muttafaq ’alayhi). Dan sabda beliau, ”Sesungguhnya Allah mengangkat (beban taklif) dari umatku (dengan sebab) kekeliruan, lupa dan keterpaksaan.” (Shahih, HR Thabrani). 2. Berbekam, “Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam  pernah berbekam sedangkan beliau dalam keadaan berpuasa.” (muttafaq ’alayhi). Adapun hadits yang berbunyi,”Orang yang membekam dan dibekam batal puasanya” (Shahih, HR Ahmad) maka statusnya mansukh (terhapus) dengan hadits sebelumnya dan  dalil-dalil yang lainnya. 3. Mencium isteri, baik untuk orang yang telah tua maupun pemuda selama tidak sampai menyebabkan terjadinya jima’. Dari ’Aisyah Radhiyallahu Anha beliau berkata, ”Rasulullah pernah menciumi (isteri-isteri beliau) sedangkan beliau dalam keadaan berpuasa, beliau juga pernah bermesraan sedangkan beliau dalam keadaan berpuasa. Namun beliau adalah orang yang paling mampu menahan hasratnya,” (muttafaq ’alayhi). 4. Berkumur dan istinsyaq (menghirup air ke dalam rongga hidung) secara tidak berlebihan Sebagaimana sabda Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam  kepada Laqith bin Shabrah, أَسْبِغْ الْوُضُوءَ وَخَلِّلْ بَيْنَ الْأَصَابِعِ وَبَالِغْ فِي الِاسْتِنْشَاقِ إِلَّا أَنْ تَكُونَ صَائِمًا ”Sempurnakan wudhu’ dan sela-selailah jari jemari serta hiruplah air dengan kuat (istinsyaq) kecuali apabila engkau sedang berpuasa.” (Shahih, HR ahlus sunan). 5. Muntah tanpa disengaja Sebagaimana sabda Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam, ”Barangsiapa yang mengalami muntah sedangkan ia dalam keadaan puasa maka tidak wajib atasnya mengqodho’.”  (Shahih, HR Hakim). 6. Mimpi basah di siang hari walaupun keluar air mani. 7. Keluarnya air mani tanpa sengaja seperti orang yang sedang berkhayal lalu keluar (air mani). 8. Mengakhirkan mandi janabat, haidh atau nifas dari malam hari hingga terbitnya fajar. Namun yang wajib adalah menyegerakannya untuk menunaikan shalat. 9. Mandi pada siang hari untuk menyejukkan diri dari kehausan, kepanasan atau selainnya. 10. Menggunakan siwak kapan saja, dan yang semisal dengan siwak adalah sikat gigi dan pasta gigi, dengan syarat selama tidak masuk ke dalam perut. 11. Menggunakan obat-obatan yang tidak masuk ke dalam pencernaan seperti salep, celak mata, atau obat semprot (inhaler) bagi penderita asma. 12. Bercelak dan meneteskan obat mata ke dalam mata atau telinga walaupun ia merasakan rasanya di tenggorokan. 13. Mencicipi makanan dengan syarat selama tidak ada sedikitpun yang masuk ke dalam perut. 14. Suntikan (injeksi) selain injeksi nutrisi dalam berbagai jenisnya Karena sesungguhnya, sekiranya injeksi tersebut sampai ke lambung, namun sampainya tidak melalui jalur (pencernaan) yang lazim/biasa. 15. Gigi putus, atau keluarnya darah dari hidung (mimisan), mulut atau tempat lainnya.  16. Menelan air ludah yang berlendir (dahak), dan segala (benda) yang tidak mungkin menghindar darinya Seperti debu, tepung atau selainnya (partikel-partikel kecil yang terhirup hingga masuk tenggorokan dan sampai perut, pent.). 17. Menggunakan wewangian di siang hari pada bulan Ramadhan Baik dengan dupa, minyak maupun parfum. 18. Apabila fajar telah terbit sedangkan gelas ada di tangannya, maka janganlah ia meletakkan-nya melainkan setelah ia menyelesaikan hajat-nya Sebagaimana sabda Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam, إِذَا سَمِعَ أَحَدُكُمْ النِّدَاءَ وَالْإِنَاءُ عَلَى يَدِهِ فَلَا يَضَعْهُ حَتَّى يَقْضِيَ حَاجَتَهُ مِنْهُ ”Apabila salah seorang dari kalian telah mendengar adzan dikumandangkan sedangkan gelas masih berada di tangannya, maka janganlah ia meletakkannya sampai ia menyelesaikan hajat-nya tersebut.” (Shahih, HR Abu Dawud).  Berikut di atas mengenai hal-hal yang membatalkan puasa dan yang tidak membatalkan puasa. Mudah-mudahan bermanfaat dan bisa saling berinvestasi ibadah di ramadhan tahun ini.Baca Juga :4 HAL YANG PERLU DIPERSIAPKAN UNTUK MENYAMBUT RAMADHAN TAHUN INI !

Hal Hal Yang Membatalkan Puasa Di Bulan Ramadhan ! Wajib Anda Baca Read More »

4 Hal Yang Perlu Dipersiapkan Untuk Menyambut Ramadhan Tahun Ini !

4 Hal Yang Perlu Dipersiapkan Untuk Menyambut Ramadhan             Ramadhan adalah sebaik-baiknya bulan yang memiliki keistimewaan, dimana bulan Ramadhan adalah  bulan yang penuh ampunan dan rahmat dari Allah SWT.  Allah SWT membuka ladang ampunan sebesar-besarnya bagi hamba-Nya yang bertaqwa kepada-Nya. Melipat gandakan setiap ibadah yang dikerjakan oleh hamba-Nya yang bilangannya hanya Allah Ta’ala yang Maha Mengetahui.             Di bulan suci Ramadhan ini, ada amalan wajib yaitu shaum Ramadhan dan ada amalan sunnah yaitu qiyam Ramadhan, yang ditegaskan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa salam mampu menghapuskan dosa-dosa yang telah lalu. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: «مَنْ صَامَ رَمَضَانَ، إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ» Barang siapa melakukan puasa Ramadhan karena keimanan dan mengharapkan pahala di sisi Allah, niscaya dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni. (HR. Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760). «مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ» Barang siapa melakukan shalat malam Ramadhan (tarawih dan witir) karena keimanan dan mengharapkan pahala di sisi Allah, niscaya dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni. (HR. Bukhari no. 37 dan Muslim no. 759). Namun perlu dipahami bahwa tidak semua dosa-dosa yang telah lalu bisa dihapuskan oleh amalan puasa Ramadhan, shalat tarawih dan shalat witir di bulan Ramadhan. Dosa-dosa yang telah lalu dan bisa dihapuskan tersebut adalah sebatas dosa-dosa kecil semata. Sementara dosa-dosa besar tidak akan terhapus “hanya” dengan puasa Ramadhan, shalat tarawih dan shalat witir di bulan Ramadhan. Dalil-dalil yang menjelaskan hal tersebut adalah firman Allah Ta’ala: إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلًا كَرِيمًا Jika kalian menjauhi dosa-dosa besar yang kalian diperintahkan untuk menjauhinya, niscaya Kami akan menghapuskan kesalahan-kesalahan (dosa-dosa kecil) kalian dan Kami memasukkan kalian ke dalam tempat yang mulia (surga). (QS. An-Nisa’ [4]: 31).             Dengan keseluruhan keistimewaan dan janji yang sudah digariskan oleh Allah SWT bagi hamba-hamba yang senantiasa bertaqwa kepada-Nya, maka perlu 4 hal dalam diri guna menyambut datangnya bulan suci Ramadhan, yaitu : 1.    Persiapan Ruhiyah (Keimanan) Ini adalah langkah yang paling awal, maksudnya keimanan akan sangat penting sebagai landasan awal dalam membangun diri mengisi ibadah-ibadah di bulan suci Ramadhan. Disamping dibarengi dengan hati yang ikhlas, dan niat yang benar dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Selain itu juga dibutuhkan latihan pengendalian diri, maksudnya diri dilatih untuk menjaga pandang dan hawa nafsu, sedari bulan-bulan sebelum datangnya bulan suci Ramadhan. Bahkan para sahabat biasanya mempersiapkan dirinya menyambut bulan suci enam bulan lamany. Rasulullah saw, mengajarkan kepada kita tentang sebuah do’a menjelang Ramadhan, yaitu:  (ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikan usia kami di bulan Ramadhan). 2.    Persiapan Jasadiyah (Jasmani) Dalam menyambut bulan suci penuh berkah ini, jasmani juga perlu disiapkan sebagai bekal dalam melakukan ibadah-ibadah terbaik yang dilaksanakan karena Allah Ta’ala semata. Jasmani yang baik harus dibarengi dengan olahraga yang teratus serta makan-makanan yang bergizi, selain istirahat yang cukup. Agar diri tidak kaget, maka biasakan juga shaum Sunnah sebagai latihan sekaligus bukti kegembiraan dalam menyambut bulan suci ramadhan 3.    Persiapan Tsaqafiyah (Keilmuan) Dalam melaksanakan ibadah di bulan suci Ramadhan, maka harus dibekali dengan ilmu dan wawasan yang baik, agar hasilnya menjadikan diri menjadi lebih baik. Untuk itu peran keilmuan sangat penting sebagai landasan mengapa kita melakukan ibadah tersebut. Dengan memahami tata cara ibadah dengan benar, akan berdampak dalam meraih pahala, dan ibadah akan mungkin untuk diterima. Rasulullah saw, bersabda:”Barangsiapa yang melakukan suatu perbuatan (ibadah) yang bukan urusan (agama/contoh) kami, maka ibadah tersebut tertolak” (HR. Muslim). 4.    Persiapan Maaliyah (harta) Harta yang kita kumpulkan selama kita menjalani aktivitas keduniawian di bulan-bulan sebelumnya, maka di bulan Ramadhan ini, cukupkan harta dengan memberikan sedekah-sedekah, selain memang kita sebagai umat manusia dianjurkan untuk sedekah sebagai pembersih diri. Jangan merasa akan miskin ketika kita banyak bersedekah, karena dengan banyak bersedekah justru Allah SWT akan menyukupkan segala yang dibutuhkan.Demikian 4 hal yang perlu disiapkan dalam menyambut bulan suci Ramadahan, dalam menyambutnya kita perlu mempersiapkan dengan matang dan dilandasi ikhlas melaksanakan ibadah-ibadah yang diwajibkan dan dianjurkan sebagaimana agama kita memberikan keterangannya. Jadikan Ramadhan tahun ini sebagai Ramadhan yang baik dan penuh barakah. Baca Juga : Hal-hal yang membatalkan Puasa Ramadhan

4 Hal Yang Perlu Dipersiapkan Untuk Menyambut Ramadhan Tahun Ini ! Read More »

4 Hal Yang Perlu Dipersiapkan Untuk Menyambut Ramadhan Tahun Ini

4 Hal Yang Perlu Dipersiapkan Untuk Menyambut Ramadhan             Ramadhan adalah sebaik-baiknya bulan yang memiliki keistimewaan, dimana bulan Ramadhan adalah  bulan yang penuh ampunan dan rahmat dari Allah SWT.  Allah SWT membuka ladang ampunan sebesar-besarnya bagi hamba-Nya yang bertaqwa kepada-Nya. Melipat gandakan setiap ibadah yang dikerjakan oleh hamba-Nya yang bilangannya hanya Allah Ta’ala yang Maha Mengetahui.             Di bulan suci Ramadhan ini, ada amalan wajib yaitu shaum Ramadhan dan ada amalan sunnah yaitu qiyam Ramadhan, yang ditegaskan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa salam mampu menghapuskan dosa-dosa yang telah lalu. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: «مَنْ صَامَ رَمَضَانَ، إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ» Barang siapa melakukan puasa Ramadhan karena keimanan dan mengharapkan pahala di sisi Allah, niscaya dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni. (HR. Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760). «مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ» Barang siapa melakukan shalat malam Ramadhan (tarawih dan witir) karena keimanan dan mengharapkan pahala di sisi Allah, niscaya dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni. (HR. Bukhari no. 37 dan Muslim no. 759). Namun perlu dipahami bahwa tidak semua dosa-dosa yang telah lalu bisa dihapuskan oleh amalan puasa Ramadhan, shalat tarawih dan shalat witir di bulan Ramadhan. Dosa-dosa yang telah lalu dan bisa dihapuskan tersebut adalah sebatas dosa-dosa kecil semata. Sementara dosa-dosa besar tidak akan terhapus “hanya” dengan puasa Ramadhan, shalat tarawih dan shalat witir di bulan Ramadhan. Dalil-dalil yang menjelaskan hal tersebut adalah firman Allah Ta’ala: إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلًا كَرِيمًا Jika kalian menjauhi dosa-dosa besar yang kalian diperintahkan untuk menjauhinya, niscaya Kami akan menghapuskan kesalahan-kesalahan (dosa-dosa kecil) kalian dan Kami memasukkan kalian ke dalam tempat yang mulia (surga). (QS. An-Nisa’ [4]: 31).             Dengan keseluruhan keistimewaan dan janji yang sudah digariskan oleh Allah SWT bagi hamba-hamba yang senantiasa bertaqwa kepada-Nya, maka perlu 4 hal dalam diri guna menyambut datangnya bulan suci Ramadhan, yaitu : 1.    Persiapan Ruhiyah (Keimanan) Ini adalah langkah yang paling awal, maksudnya keimanan akan sangat penting sebagai landasan awal dalam membangun diri mengisi ibadah-ibadah di bulan suci Ramadhan. Disamping dibarengi dengan hati yang ikhlas, dan niat yang benar dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Selain itu juga dibutuhkan latihan pengendalian diri, maksudnya diri dilatih untuk menjaga pandang dan hawa nafsu, sedari bulan-bulan sebelum datangnya bulan suci Ramadhan. Bahkan para sahabat biasanya mempersiapkan dirinya menyambut bulan suci enam bulan lamany. Rasulullah saw, mengajarkan kepada kita tentang sebuah do’a menjelang Ramadhan, yaitu:  (ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikan usia kami di bulan Ramadhan). 2.    Persiapan Jasadiyah (Jasmani) Dalam menyambut bulan suci penuh berkah ini, jasmani juga perlu disiapkan sebagai bekal dalam melakukan ibadah-ibadah terbaik yang dilaksanakan karena Allah Ta’ala semata. Jasmani yang baik harus dibarengi dengan olahraga yang teratus serta makan-makanan yang bergizi, selain istirahat yang cukup. Agar diri tidak kaget, maka biasakan juga shaum Sunnah sebagai latihan sekaligus bukti kegembiraan dalam menyambut bulan suci ramadhan 3.    Persiapan Tsaqafiyah (Keilmuan) Dalam melaksanakan ibadah di bulan suci Ramadhan, maka harus dibekali dengan ilmu dan wawasan yang baik, agar hasilnya menjadikan diri menjadi lebih baik. Untuk itu peran keilmuan sangat penting sebagai landasan mengapa kita melakukan ibadah tersebut. Dengan memahami tata cara ibadah dengan benar, akan berdampak dalam meraih pahala, dan ibadah akan mungkin untuk diterima. Rasulullah saw, bersabda:”Barangsiapa yang melakukan suatu perbuatan (ibadah) yang bukan urusan (agama/contoh) kami, maka ibadah tersebut tertolak” (HR. Muslim). 4.    Persiapan Maaliyah (harta) Harta yang kita kumpulkan selama kita menjalani aktivitas keduniawian di bulan-bulan sebelumnya, maka di bulan Ramadhan ini, cukupkan harta dengan memberikan sedekah-sedekah, selain memang kita sebagai umat manusia dianjurkan untuk sedekah sebagai pembersih diri. Jangan merasa akan miskin ketika kita banyak bersedekah, karena dengan banyak bersedekah justru Allah SWT akan menyukupkan segala yang dibutuhkan. Demikian 4 hal yang perlu disiapkan dalam menyambut bulan suci Ramadahan, dalam menyambutnya kita perlu mempersiapkan dengan matang dan dilandasi ikhlas melaksanakan ibadah-ibadah yang diwajibkan dan dianjurkan sebagaimana agama kita memberikan keterangannya. Jadikan Ramadhan tahun ini sebagai Ramadhan yang baik dan penuh barakah.

4 Hal Yang Perlu Dipersiapkan Untuk Menyambut Ramadhan Tahun Ini Read More »

Khasiat dan keutamaan minum air zam-zam ? Berikut Penjelasannya dan juga Manfaat minum air zam-zam untuk…

Dari Ibnu Abbas RA, bahwasannya Nabi Muhammad SAW, bersabda tentang air zam zam yang artinya sebagai berikut “ Sebaik-baiknya air dipermukaan bumi ialah air zam zam, padanya terdapat makanan yang menyegarkan dan padanya terdapat penawar bagi penyakit”. Airzam-zam adalah air yang istimewa bagi umat Islam. Zamzam merupakan sumur mata air yang terletak di kawasan Masjidil Haram, sebelah tenggara Kabah, berkedalaman 42 meter. Banyak peziarah yang melakukan ibadah Haji dan Umrah yang berkunjung ke sumur Zamzam, dan sebagian membawa pulang air Zamzam sebagai oleh-oleh. Berbicara mengenai zam-zam, Benar, air zam-zam memiliki keistimewaan dalam zat-zat yang dikandungnya. Tentang hal ini, Banyak peneliti yang sudah membuktikannya. Sepertti yang dilakukan oleh peneliti Pakistan, yang sengaja melakukan penelian panjang, dan akhirnya mereka menemukan hal tersebut. Selain itu, juga dilakukan oleh Pusat Penelitian Haji yang sekali lagi menyatakan bahwa air zam-zam adalah air yang menakjubkan, yang berbeda dengan air pada umunya. Untuk itu, berikut kita kupas beberapa keistimewaan yang terdapat pada zam-zam, antara lain : Air Zam-zam memiliki Zero Bakteri Sami Unqowy, Eng., Ketua Pusat Penelitian Haji, “Ketika kami melakukan penggalian untuk perluasan sumur zam-zam, maka setiap kali mengambil air zam-zam tersebut semakin bertambah air yang keluar, setiap kami mengambil airnya, bertambah pula air dari sumur zam-zam itu, …maka kami menyibukkan diri untuk memompa (menyedot) air zam-zam itu dengan tiga kali sedotan agar kering sehingga memudahkan kami dalam memasang pondasi. Lalu, kami pun melakukan penelitian terhadap air zam-zam dari celah-celah mata airnya untuk mengetahui ada tidaknya bakteri. Maka, ternyata air zam-zam tesebut tidak mengandung satu jenis bakteri pun!! Murni dan bersih Air Zam-zam dari Zaman Rasulullah SAW Air Zam-zam yang kita minum ketika melaksanakan Ibadah Haji maupun Umroh, atau yang didapat dari sanak kerabat yang sengaja digunakan sebagai oleh-oleh, masih bisa kita nikmati sampai sekarang, dan terus mengalir sejak zaman Rasulullah SAW,  sampai kini. Usia Sumur Zam-zam yang sudah beribu tahun Mungkin hal ini sering kita lupakan, coba kita perhatikan jika usia sumur biasa untuk tetap bisa mengeluarkan air paling 50 – 100 tahun, lalu dikeduk airnya dan habis. Maka air zam-zam ini terus-menerus mengeluarkan air sejak ribuan tahun lalu. Air Zam-zam yang dimuliakan Rasulullah bersabda, “Air zam-zam adalah sesuai dengan tujuan orang yang meminumnya.” (HR. Ahmad.) Rasululah kabarkan: ماء زمزم لما شرب له، إن شربته تستشفي شفاك الله، وإن شربته لشبعك أشبعك الله – وإن شربته لقطع ظمئك قطعه الله، وهي هزمة جبريل وسقيا الله إسماعيل (رواه الدارقطني) Air zam-zam tergantung niat orang yang meminumnya; jika engkau meniatkan dalam meminumnya untuk mengobatimu, maka Allah akan menyembuhkanmu; jika engkau niatkan agar engkau kenyang, maka Allah menjadikanmu kenyang; jika engkau meniatkannya untuk menghilangkan haus, maka Allah akan menghilangkan kehausanmu, dan zam-zam itu adalah cekungan yang dibuat oleh Jibril dan air yang mengalir yang Allah berikan kepada Ismail (HR. Daraquthni). Ketika seseorang meminumnya dengan penuh kesadaran taat kepada Allah SWT, maka air zam-zam sesuai dengan doa dan tujuan untuk hamba-Nya yang mau beribadah hanya kepada Allah SWT, bukan menduakan-Nya. Akan tetapi do’a syaratnya adalah pelakunya harus yakin doanya akan dikabulkan; ia memenuhi perintah Allah; orang yang berdo’a memenuhi syarat sebagaimana firman Allah: وإذا سألك عبادي عني فإني قريب، أجيب الدعوة الداع إذا دعان، فليستجيبوا لي وليؤمنوا بي لعلهم يرشدون (البقرة: 186) Dan jika para hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka jawablah bahwa Aku dekat; Aku mengabulkan do’anya orang-orang yang berdoa, maka hendaklah mereka memenuhi perintah-Ku dan mengimani Aku agar mereka mendapat bimbingan (Q.S. Al-Baqarah: 186). “Dari Jabir dan Ibnu ‘Abbas, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Air Zam-Zam, tergantung niat orang yang meminumnya.” Ibnu Taimiyyah berkata,”Seseorang disunnahkan untuk meminum air Zam-Zam sampai benar-benar kenyang, dan berdoa ketika meminumnya dengan doa-doa yang dikehendakinya. Tidak disunnahkan mandi dengannya (menggunakan air Zam-Zam).” Sumber: Anta Tas’al wa Syaikh Al-Zindani Yujib haula Al-I’jaz Al-Ilmiy fii Al-Qur’an wa Al-Sunnah Baca Juga : MENGAPA PERLU MENGHAFAL AL QUR’AN? INILAH PENTINGNYA KEUTAMAAAN DALAM MENGHAFAL AL QUR’AN…

Khasiat dan keutamaan minum air zam-zam ? Berikut Penjelasannya dan juga Manfaat minum air zam-zam untuk… Read More »

Mengapa Perlu Menghafal Al Qur’an? Inilah Pentingnya Keutamaaan Dalam Menghafal Al Qur’an…

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Al-Bukhari).     Al-Qur’an adalah ilmu yang paling mulia , karena itulah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya bagi orang lain, mendapatkan kemuliaan dan kebaikan dari pada belajar ilmu yang lainya. Dari Utsman bin Affan radhiyallah ‘anhu , beliau berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Al-Bukhari).       Para ahli Al-Qur’an adalah orang yang paling berhak untuk menjadi imam shalat. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “(Yang) mengimami suatu kaum adalah yang paling qari bagi kitab Allah, maka jika mereka sama dalam bacaan maka yang paling ‘alim bagi sunnah (hadits), maka jika mereka dalam As-Sunnah juga sama maka yang paling dulu hijrah, maka jika mereka juga sama dalam hijrah maka yang lebih tua usianya.” (HR. Muslim)      Diriwayatkan juga oleh Imam Al-Bukhari, bahwa yang duduk di majlis Khalifah Umar Shallallahu ‘alaihi wa sallam di mana beliau bermusyawarah dalam memutuskan berbagai persoalan adalah para ahli Qur’an baik dari kalangan tua maupun muda. Hukum menghafal Al Qur’an                                                                                                           Syaikh Ibnu Baz mengatakan, “menghafal Al Qur’an adalah mustahab (sunnah)” (Fatawa Nurun ‘alad Darbi, 89906). Namun yang rajih insya Allah, menghafal Al Qur’an adalah fardhu kifayah, wajib diantara kaum Muslimin ada yang menghafalkan Al Qur’an, jika tidak ada sama sekali maka mereka berdosa (Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah, 17/325). Keutamaan Menghafal Al-Qur-an                                                                                                     1. Derajat manusia di surga tergantung pada hafalan Qur’an Semakin banyak hafalannya, akan semakin tinggi kedudukan yang didapatkan di surga kelak. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: يقال لصاحب القرآن اقرأ وارتقِ، ورتل كما كنت ترتل في الدنيا، فإن منزلك عند آخر آية تقرؤها “akan dikatakan kepada shahibul qur’an (di akhirat) : bacalah dan naiklah, bacalah dengan tartil sebagaimana engkau membaca dengan tartil di dunia. karena kedudukanmu tergantung pada ayat terakhir yang engkau baca” (HR. Abu Daud 2240, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abi Daud). 2. Penghafal Al Qur’an lebih diutamakan untuk menjadi imam Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: يؤم القوم أقرؤهم لكتاب الله “hendaknya yang mengimami sebuah kaum adalah yang paling aqra’ terhadap kitabullah” (HR. Abu Daud 582, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abi Daud) 3. . Penghafal Qur’an adalah Shahibul Qur’an Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani menyatakan, “ketahuilah, makna dari shahibul Qur’an adalah orang yang menghafalkannya di hati. berdasarkan sabda nabi Shallallahu’alaihi Wasallam: يؤم القوم أقرؤهم لكتاب الله “hendaknya yang mengimami sebuah kaum adalah yang paling aqra’ terhadap kitabullah” maksudnya yang paling hafal. Maka derajat surga yang didapatkan seseorang itu tergantung pada banyak hafalan Al Qur’annya di dunia, bukan pada banyak bacaannya, sebagaimana disangka oleh sebagian orang. Maka di sini kita ketahui keutamaan yang besar bagi pada penghafal Al Qur’an. Namun dengan syarat ia menghafalkan Al Qur’an untuk mengharap wajah Allah tabaaraka wa ta’ala, bukan untuk tujuan dunia atau harta” (Silsilah Ash Shahihah, 5/281). 4. Allah mengangkat derajat shahibul Qur’an di dunia Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: إن الله يرفع بهذا الكتاب أقواماً ويضع به آخرين “sesungguhnya Allah mengangkat beberapa kaum dengan Al Qur’an ini dan menghinakan yang lain dengannya” (HR. Muslim 817) 5. Termasuk sebaik-baik manusia Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: خيركم من تعلم القرآن وعلَّمه “sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al Qur’an dan mengajarkannya” (HR. Al Bukhari 4639). 6. Al Qur’an akan menjadi syafa’at bagi shahibul Qur’an Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: اقرأوا القرآن فإنه يأتي يوم القيامة شفيعا لأصحابه “bacalah Al Qur’an, karena ia akan datang pada hari kiamat sebagai syafa’at bagi shahibul Qur’an” (HR. Muslim  804) Baca Juga  :                                                                                                                                      10 Cara Mudah Menghafal Al-Qur’an Kemuliaan Menghafal Al-Qur’an Menghafal Al-Qur’an Mudah dan Menyenangkan 

Mengapa Perlu Menghafal Al Qur’an? Inilah Pentingnya Keutamaaan Dalam Menghafal Al Qur’an… Read More »

Donasi

           PARTISIPASI DONATOR Pendanaan berasal dari partisipasi Donator yang datang langsung ataupun lewat Transfer Adapun cara partisipasi sebagai berikut :     a) Datang ke sekretariat Pesantren Bina Ihsan Dukuh Mranggen, Rt 05 Rw 01 Kel. Mangunsari Kec. Gunungpati Kota Semarang Telp. 0855 24818262     b) Transfer Ke Bank BRI        No. Rekening  : 036.01.041638.53.1          Atas Nama      : YAYASAN BINA IHSAN SAHABAT AL QURAN  

Donasi Read More »

Al-Qur’an Cerminan Akhlak

Al-Qur’an Cerminan Akhlak | Bina Insan Sahabat Al-Qur’an Bina Insan Sahabat Al Qur’an – Kemuliaan akhlak didapat dengan merenungi Kitabullah dan senantiasa berhubungan dengannya. Dan barangsiapa yang mengkaji sunnah-sunnah Nabi, yaitu perjalanan hidup Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan hadits-haditsnya, akan mendapatkan dan memahami kemuliaan akhlak dan keagungannya. Allah berfirman dalam Surat Al-Furqan ayat 63-68. Al-Qur’an Sebagai Cerminan Akhlak           “Dan hamba-hamba yang baik dari Rabb Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang yang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Rabb mereka. Dan orang-orang yang berkata : ‘Ya Rabb kami, jauhkan adzab jahannam dari kami, sesungguhnya adzabnya itu adalah kebinasaan yang kekal’. Sesungguhnya jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman. Dan apabila orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) ditengah-tengah antara yang demikian. Dan orang-orang yang tidak menyembah Ilah yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian ini, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya)”. (Al-Furqan : 63-68).           Maksudnya, barangsiapa menyekutukan Allah atau membunuh jiwa dengan tanpa alasan, atau melakukan perzinaan, maka akibat perbuatannya itu dia akan mendapatkan dosa, yaitu siksaan yang besar. Lalu Allah menjelaskannya dengan ayat-ayat berikut ini : “(Yakni) akan dilipat gandakan adzab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam adzab itu, dalam keadaan terhina”. (Al-Furqan : 69). Mereka berada dalam siksaan, kecuali : “Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal shalih ; maka mereka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan orang yang bertaubat dan mengerjakan amal shalih, maka sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya”. (Al-Furqan : 70-71). Ini semua cerminan dari akhlak Ahlul Iman laki-laki dan wanita. Kemudian Allah melanjutkan firman-Nya : “Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu”. (Al-Furqan : 72). “Laa yasyhadun” (tidak memberikan persaksian) maksudnya yaitu “la yahdhurun” (tidak melakukan). Adapun yang dimaksud dengan “Az-Zuur” (palsu, dusta) yaitu kebathilan dan kemungkaran dari berbagai bentuk kemaksiatan dan kekafiran. Ahlul Iman adalah mereka mereka yang tidak memberikan persaksian palsu, bahkan mereka adalah orang yang mengingkari serta memeranginya. Firman Allah “Artinya : Dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya”. (Al-Furqan : 72). Lebih dari itu, Ahlul Iman akan menolak perbuatan yang tidak mendatangkan faedah, sebagaimana firman Allah berikut : “Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata : ‘Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu…” (Al-Qashash : 55). “Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Rabb mereka, mereka tidaklah mengahadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta”. (Al-Furqan : 73). Al-Qur’an Sebagai Cerminan Akhlak          Bahkan mereka mengahadapinya dengan khusyuk serta menerima sepenuhnya terhadap Allah dan sekaligus mengagungkan-Nya. Inilah sifat mukminin dan mukminat apabila diingatkan dengan ayat-ayat Allah mereka nampak khusyuk dan lembut hatinya serta mengagungkan Rabbnya bahkan menangis lantaran rasa takut kepada-Nya. Mereka melakukan itu karena mengharap pahala dari-Nya dan takut akan siksa-Nya. Allah berfirman : “Dan orang-orang yang berkata : ‘Ya Rabb kami, anugrahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa”. (Al-Furqan : 74).         Ini semua merupakan sifat-sifat mukminin dan mukminat, mereka adalah Ibadurrahman (Hamba-hamba Allah) yang hakiki lagi sempurna.           Qurratul ‘Ain (penyejuk mata) adalah, manakala engkau melihat anak-anakmu, baik laki-laki atau perempuan semuanya melaksanakan amal shalih. Kata-kata “al-walad” secara umum mencakup laki-laki dan wanita. Anak laki-laki sering dipanggil dengan sebutan ibnu, sedang perempuan dipanggil dengan bintu.          Demikian pula kata-kata “dzurriyah” yang mencakup laki-laki dan juga perempuan. Hal ini sebagai mana tersebut dalam hadist : “Apabila anak Adam (manusia) meninggal, terputus amalnya kecuali tiga perkara ; shadaqah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan atau anak shalih yang mendo’akannya”.         Anak atau al-walad, termasuk di dalamnya adalah anak laki-laki atau perempuan, hal ini sebagaimana penjelasan di depan. Allah mempertegas hal ini dalam firman-Nya : “Ya Rabb kami, anugrahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami)….” (Al-Furqan : 74).           Yakni, dzurriyah (generasi) yang menyejukkan pandangan mata. Hal itu disebabkan karena kondisi anak keturunan yang taat kepada Allah dan istiqamah di atas syari’at-Nya. Demikianlah kondisi kehidupan suami istri, seorang suami misalnya, apabila melihat istrinya taat kepada Allah, maka pastilah sejuk matanya (senang hatinya). Demikian pula istri, apabila melihat suaminya taat kepada Allah tentulah senang hatinya. Ini terjadi manakala istri adalah sosok wanita mukminah. Suami yang shalih adalah penyejuk mata bagi istrinya, demikian pula istri shalihah adalah penyejuk mata bagi suaminya yang mukmin. Generasi yang baik (dzuriyatan thayyibah) adalah penyejuk mata bagi ayahnya, ibunya dan seluruh kerabat mukminin dan mukminat. Allah berfirman : “Dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa”. (Al-Furqan : 74).         Imam bagi orang-orang yang bertaqwa, yakni ; imam dalam kebaikan yang mampu membimbing manusia. Kemudian Allah menegaskan balasan yang bakal diperoleh mereka, yaitu : “Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam jannah)”. (Al-Furqan : 75). Ghurfah adalah jannah. Disebut ghurfah karena ketinggiannya, sebab ia berada di tempat yang sangat tinggi, yaitu di atas langit dan di bawah ‘Arsy. Jannah itu berada di tempat yang sangat tinggi, oleh karena itu Allah berfirman : “Mereka itulah orang-orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam jannah)”. (Al-Furqan : 75).            Ghurfah (balasan yang tinggi) yakni, al-jannah. Hal ini diperoleh karena kesabaran mereka (bimaa shabaruu). Maksudnya adalah kesabaran dalam mentaati Allah, kesabaran menahan yang diharamkan Allah dan kesabaran atas musibah yang menimpa. Ketika mereka menerima dengan sabar, maka Allah membalasi mereka dengan al-jannah yang tinggi dan agung. Manakala mereka sabar menunaikan kewjibannya terhadap Allah, sabar terhadap yang diharamkan Allah, sabar menerima musibah yang memedihkan, misalnya ; sakit, kemiskinan

Al-Qur’an Cerminan Akhlak Read More »