October 2019

Menundukan Pandangan

Mata merupakan jendela dunia. Mata sendiri merupakan anugerah yang Allah berikan kepada setiap manusia. Dengan mata kita bisa menikmati indahnya alam semesta ciptaan Allah. Selain itu ia menjadi pintu apakah untuk melihat hal positif ataupun negatif. Apabila digunakan hal baik akan mendapatkan Ridho dari Allah sedangkan bila negative maka adzab Allah sungguh pedih. Dalam Al-Quran Allah memerintahkan hambaNya yang beriman untuk menjaga pandangannya karena itu suci bagi mereka. Hal ini sesuai dengan surat An-Nur ayat 30 yang berbunyi : قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ ”Katakanlah kepada laki-laki yang beriman,’Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.’” (QS. An-Nur [24] : 30) Fadilah menjaga pandangan Di zaman saat ini rasanya sulit sekali untuk kita menjaga pandangan dari sesuatu yang haram untuk dilihat. Bagaimana tidak saat keluar rumah kita disuguhkan pandangan yang haram belum ditambah lewat ponsel ataupun gadget yang kita punya juga tak bisa terlepas dari hal haram yang kita lihat. Meskipun begitu, seberapapun sulitnya menjaga pandangan kita mesti tetap melakukannya. Selain merupakan perintah dari Allah langsung, menjaga pandangan kita dari sesuatu yang haram akan mendatangkan ganjaran pahala yang besar bagi kita. Hal ini seperti yang disabdakan oleh Rasulullah dalam hadistnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, اضْمَنُوا لِي سِتًّا مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَضْمَنْ لَكُمُ الْجَنَّةَ: اصْدُقُوا إِذَا حَدَّثْتُمْ، وَأَوْفُوا إِذَا وَعَدْتُمْ، وَأَدُّوا إِذَا اؤْتُمِنْتُمْ، وَاحْفَظُوا فُرُوجَكُمْ، وَغُضُّوا أَبْصَارَكُمْ، وَكُفُّوا أَيْدِيَكُمْ ”Jaminlah aku dengan enam perkara, dan aku akan menjamin kalian dengan surga: jujurlah (jangan berdusta) jika kalian berbicara; tepatilah jika kalian berjanji; tunaikanlah jika kalian dipercaya (jangan berkhianat); peliharalah kemaluan kalian; tahanlah pandangan kalian; dan tahanlah kedua tangan kalian.” (HR. Ahmad no. 22757. Dinilai hasan lighairihi oleh Syaikh Syu’aib Al-Arnauth) Saat kita sanggup menahan pandangan dari sesuatu yang haram tidak tanggung-tanggung jaminan yang akan kita dapatkan.  Hal ini sebanding dengan beratnya kita menjaga pandangan mata kita dari sesuatu yang haram. Efek negatif tidak menjaga pandangan Ketika kita tidak bisa menjaga pandangan dari sesuatu yang haram, maka akan lebih dekat kepada zina. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah yang berbunyi :  كُتِبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ نَصِيبُهُ مِنَ الزِّنَا، مُدْرِكٌ ذَلِكَ لَا مَحَالَةَ، فَالْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ، وَالْأُذُنَانِ زِنَاهُمَا الِاسْتِمَاعُ، وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلَامُ، وَالْيَدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ، وَالرِّجْلُ زِنَاهَا الْخُطَا، وَالْقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى، وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ وَيُكَذِّبُهُ ”Sesungguhnya Allah telah menetapkan atas diri anak keturunan Adam bagiannya dari zina. Dia mengetahui yang demikian tanpa dipungkiri. Mata bisa berzina, dan zinanya adalah pandangan (yang diharamkan). Zina kedua telinga adalah mendengar (yang diharamkan). Lidah (lisan) bisa berzina, dan zinanya adalah perkataan (yang diharamkan). Tangan bisa berzina, dan zinanya adalah memegang (yang diharamkan). Kaki bisa berzina, dan zinanya adalah ayunan langkah (ke tempat yang haram). Hati itu bisa berkeinginan dan berangan-angan. Sedangkan kemaluan membenarkan yang demikian itu atau mendustakannya.” (HR. Bukhari no. 6243 dan Muslim no. 2657. Lafadz hadits di atas milik Muslim).

Menundukan Pandangan Read More »

Husnudzon

Husnudzon yakni berbaik sangka, secara lengkap bisa dimaknai sebagai sikap mental dan sudut pandang seseorang kepada sesuatu dalam kacamata positif dan melihat segala sesuatu dengan hal yang baik tanpa merasakan pikiran negatifnya. Husnudzon merupakan salah satu sifat terpuji, bahkan Islam menganjurkan berbaik sangka dan melarang setiap muslim untuk berburuk sangka. Dalam Surat Al-Hujurat ayat 12 Allah menjelaskan tentang larangan berburuk sangka يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ Artinya :“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (lihat Q.S. Al-Hujurat, 49: 12). Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam juga menegaskan dalam sebuah hadist yang artinya “Jauhkanlah dirimu dari berprasangka buruk, karena berprasangka buruk itu sedusta-dusta pembicaraan (yakni jauhkan dirimu dari menuduh seseorang berdasarkan sangkaan saja).” (HR. Bukhari & Muslim) Dengan memiliki sifat husnodzon dalam diri kita, setiap langkah yang kita lakukan akan selalu optimis dan berpikir positif bahwa Allah pasti akan memberikan yang terbaik. Selain itu juga mampu menekan sikap pesimis dan merasa putus asa atas hal buruk yang kita jalani, karena sudah terpatri dalam diri kita sifat husnudzon sehingga hal terburuk yang terjadipun kita bisa melihat sisi positif yang ada didalamnya. Namun, husnudzon tidak hanya berlaku husnudzon kepada Allah saja namun juga kepada husnudzon kepada diri sendiri dan juga sesama manusia. Yang membuat kita tidak boleh suudzon kepada diri sendiri dan juga orang lain. Rasulullah Bersabda و حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا تَحَسَّسُوا وَلَا تَنَافَسُوا وَلَا تَحَاسَدُوا وَلَا تَبَاغَضُوا وَلَا تَدَابَرُوا وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا Terjemahan hadits : Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari [Abu Az Zinad] dari [Al A’raj] dari [Abu Hurairah] bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jauhilah oleh kalian prasangka buruk, karena prasangka buruk adalah sedusta-dusta pembicaraan. Janganlah kalian saling memata-matai, saling mencari aib orang lain, saling berlomba-lomba mencari kemewahan dunia, saling dengki, saling memusuhi, dan saling memutuskan. Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (Hadits Malik Nomor 1412)

Husnudzon Read More »

Menjernihkan Hati

Dari An Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ “Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)” (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599). Dalam hadist tersebut secara gamblang Rasulullah menunjukan kepada kita bahwa hati yang baik maka seluruh yang ada dalam diri kita juga baik. Namun, bila hati buruk maka buruk pula semuanya. Menjaga hati agar tetap jernih memang tidak mudah, bermaksiat saja mampu menodai kesucian hati kita. Apalagi penyakit hati macam iri dan dengki, membuat hati kita menjadi berkarat. Lalu bagaimana sih cara menjernihkan hati kita? Berikut diantaranya : 1.      Berprasangka baik Awal mula hati kita mulai kotor itu dimulai dari prasangka buruk kita entah kepada sesama manusia entah kepada Allah Yang Maha Kuasa. Kita berpikiran bahwa apa yang terjadi dengan menyalahkan yang lain, dan merasa sial. Agar hati kita tetap jernih, cobalah untuk berbaik sangka terlebih dahulu. Bukankah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan pada sebuah hadits, عَنْ أََبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى: أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي، فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي، وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلأٍ خَيْرٌ مِنْهُمْ، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ شِبْرًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ مِنْهُ بَاعًا، وَإِذَا أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً. الْبُخَارِيُّ Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Allah Ta’ala berfirman: أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي، فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي، وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلأٍ خَيْرٌ مِنْهُمْ، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ شِبْرًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ مِنْهُ باَعًا، وَإِذَا أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً “Aku sesuai prasangka hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku akan bersamanya jika dia berzikir (mengingat-Ku), jika dia mengingat-Ku dalam jiwanya maka Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku, dan jika dia mengingat-Ku pada saat keramaian maka Akupun mengingatnya lebih baik dari mereka, dan jika dia mendekatkan dirinya kepada-Ku sejengkal maka Aku akan mendekatinya sehasta, dan jika dia mendekati-Ku sehasta maka Aku akan mendekatinya sejarak rentang dua tangan, dan jika dia mendekati-Ku dengan berjalan maka Aku akan mendekatinya dengan berlari kecil”. (HR. Al-Bukhari) 2.      Berdzikir Dengan selalu mengingat Allah hati kita semakin tenteram dan itu akan membuat hati kita lebih terjaga dari hal-hal yang mengotori hati kita. Dalam Surat Ar-Ra’d ayat 28 Allah Ta’ala berfirman الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (Q.S Ar-Ra’d:28) 3.      Bermuhasabah Diri Muhasabah diri ialah menghisab diri sendiri dari segala perbuatan yang telah kita lakukan. Hal ini akan membuat kita selalu lebih terarah karena mampu mengevaluasi perbuatan buruk yang kita lakukan. Dan muhasabah diri juga termasuk perbuatan yang terpuji, yang mampu membuat kita menjaga hati kita. Dalam surat Al-Hasyr ayat 18 dan 19 AllahTa’ala berfirman : يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (18) وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ (19) “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Hasyr: 18-19)

Menjernihkan Hati Read More »

Menjadi Pribadi Yang Tawadhu

Sebagai manusia, rasanya sudah menjadi sesuatu yang wajar untuk selalu diperhatikan, dipuji, sampai ingin dianggap paling baik dimata manusia. Ini sudah menjadi naluri dalam diri setiap manusia. Meskipun itu merupakan hal yang manusiawi, namun kita mesti waspada serta hati-hati karena itu akan menyebabkan timbulnya rasa sombong dan riya dalam hati kita. Hal ini akan mengaburkan keikhlasan kita dalam melakukan segala aktifitas, yang akhirnya bukan karena mengharap Ridho Allah namun malah menjadi mengharap pujian kepada manusia. Padahal sifat sombong sangat dibenci oleh Allah. Dalam surat Luqman ayat 18 Allah Ta’ala berfirman, وَلاَ تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلاَ تَمْشِ فِي اللأَرْضِ مَرَحاً إِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَجُوْرٍ {18} “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman:18) Sebagai seorang muslim, hendaknyalah kita menjauhi sifat sombong ini dan memupuk sifat rendah hari (tawadhu) dalam diri kita masing-masing. Sifat tawadhu atau rendah hati ini sangat dianjurkan untuk dimiliki oleh setiap pribadi muslim. Hal ini sesuai firman Allah dalam Surat As-Syuara ayat 215 yang berbunyi وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ dan bersikap rendah hatilah kamu terhadap orang-orang beriman yang mengikutimu. (Q.S As-Syuara: 215) Dalam hadist riawayat Muslim, Rasulullah juga bersabda: وَإِنَّ اللَّهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لَا يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلَا يَبْغِ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ “Sesungguhnya Alloh mewahyukan kepadaku agar kalian tawadhu’, hingga tidak ada seorang pun yang membanggakan dirinya atas orang lain dan tidak ada lagi orang yang menyakiti atas orang lain.” (HR. Muslim: 2865) Untuk menjadi pribadi yang tawadhu tentu bukanlah sesuatu yang mudah, perlu langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menanamkan diri sifat tawadhu didalam diri kita. Oleh karena itu ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk menanamkan sifat tawadhu dalam diri kita, antara lain : 1.      Mengenal siapa Tuhanmu Saat kita mengenal Allah Subhanahu Wa Ta’ala sebagai Tuhan yang Maha Kuasa, tidak ada hal yang tanpa IzinNya bisa terjadi. Maka kita akan merasa bahwa kita terlalu lemah tanpa ada Pertolongan dariNya. Dengan begitu secara tidak langsung kita akan merasa Tawadhu bahwa segala hal yang terjadi dan telah kita dapatkan semua karena atas izin dan kehendak dariNya, lalu apa yang mesti kita sombongkan?. Dalam Surat Al-Baqarah ayat 117 Allah Berfirman بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ وَإِذَا قَضَىٰ أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah!” Lalu jadilah ia. (QS. Al-Baqarah :117) 2.      Mengetahui tujuan diciptakannya manusia di muka bumi Ketika kita fokus akan tujuan kita maka kita hanya berpikiran bagaimana mencapainya. Begitupun pula saat kita mengetahui tujuan diciptakannya kita sebagai manusia oleh Allah Azza wa Jalla maka kita tidak akan lagi berfikiran untuk sombong, dan malah akan membuat kita menjadi rendah hati dan tawadhu karena segala hal yang kita lakukan adalah beribadah dan mengharapkan Ridho dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman dalam surat Adz-Dzariat ayat 56 : وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. (QS. Adz Dzariyat: 56). 3.      Mengetahui kekurangan atau aib dalam diri kita Tidak ada manusia yang sempurna di muka bumi termasuk kita. Karena kita memilki kekurangan bahkan aib yang mungkin hanya kita dan Allah lah yang tahu. Lalu buat apa menyombongkan diri saat kita tahu bahwa kitapun punya kekurangan dan aib? Hal ini tentu mendorong kita untuk bersikap tawadhu dan rendah hati.

Menjadi Pribadi Yang Tawadhu Read More »