Artikel

Husnudzon

Husnudzon yakni berbaik sangka, secara lengkap bisa dimaknai sebagai sikap mental dan sudut pandang seseorang kepada sesuatu dalam kacamata positif dan melihat segala sesuatu dengan hal yang baik tanpa merasakan pikiran negatifnya. Husnudzon merupakan salah satu sifat terpuji, bahkan Islam menganjurkan berbaik sangka dan melarang setiap muslim untuk berburuk sangka. Dalam Surat Al-Hujurat ayat 12 Allah menjelaskan tentang larangan berburuk sangka يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ Artinya :“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (lihat Q.S. Al-Hujurat, 49: 12). Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam juga menegaskan dalam sebuah hadist yang artinya “Jauhkanlah dirimu dari berprasangka buruk, karena berprasangka buruk itu sedusta-dusta pembicaraan (yakni jauhkan dirimu dari menuduh seseorang berdasarkan sangkaan saja).” (HR. Bukhari & Muslim) Dengan memiliki sifat husnodzon dalam diri kita, setiap langkah yang kita lakukan akan selalu optimis dan berpikir positif bahwa Allah pasti akan memberikan yang terbaik. Selain itu juga mampu menekan sikap pesimis dan merasa putus asa atas hal buruk yang kita jalani, karena sudah terpatri dalam diri kita sifat husnudzon sehingga hal terburuk yang terjadipun kita bisa melihat sisi positif yang ada didalamnya. Namun, husnudzon tidak hanya berlaku husnudzon kepada Allah saja namun juga kepada husnudzon kepada diri sendiri dan juga sesama manusia. Yang membuat kita tidak boleh suudzon kepada diri sendiri dan juga orang lain. Rasulullah Bersabda و حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا تَحَسَّسُوا وَلَا تَنَافَسُوا وَلَا تَحَاسَدُوا وَلَا تَبَاغَضُوا وَلَا تَدَابَرُوا وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا Terjemahan hadits : Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari [Abu Az Zinad] dari [Al A’raj] dari [Abu Hurairah] bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jauhilah oleh kalian prasangka buruk, karena prasangka buruk adalah sedusta-dusta pembicaraan. Janganlah kalian saling memata-matai, saling mencari aib orang lain, saling berlomba-lomba mencari kemewahan dunia, saling dengki, saling memusuhi, dan saling memutuskan. Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (Hadits Malik Nomor 1412)

Husnudzon Read More »

Menjernihkan Hati

Dari An Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ “Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)” (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599). Dalam hadist tersebut secara gamblang Rasulullah menunjukan kepada kita bahwa hati yang baik maka seluruh yang ada dalam diri kita juga baik. Namun, bila hati buruk maka buruk pula semuanya. Menjaga hati agar tetap jernih memang tidak mudah, bermaksiat saja mampu menodai kesucian hati kita. Apalagi penyakit hati macam iri dan dengki, membuat hati kita menjadi berkarat. Lalu bagaimana sih cara menjernihkan hati kita? Berikut diantaranya : 1.      Berprasangka baik Awal mula hati kita mulai kotor itu dimulai dari prasangka buruk kita entah kepada sesama manusia entah kepada Allah Yang Maha Kuasa. Kita berpikiran bahwa apa yang terjadi dengan menyalahkan yang lain, dan merasa sial. Agar hati kita tetap jernih, cobalah untuk berbaik sangka terlebih dahulu. Bukankah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan pada sebuah hadits, عَنْ أََبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى: أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي، فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي، وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلأٍ خَيْرٌ مِنْهُمْ، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ شِبْرًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ مِنْهُ بَاعًا، وَإِذَا أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً. الْبُخَارِيُّ Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Allah Ta’ala berfirman: أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي، فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي، وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلأٍ خَيْرٌ مِنْهُمْ، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ شِبْرًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ مِنْهُ باَعًا، وَإِذَا أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً “Aku sesuai prasangka hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku akan bersamanya jika dia berzikir (mengingat-Ku), jika dia mengingat-Ku dalam jiwanya maka Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku, dan jika dia mengingat-Ku pada saat keramaian maka Akupun mengingatnya lebih baik dari mereka, dan jika dia mendekatkan dirinya kepada-Ku sejengkal maka Aku akan mendekatinya sehasta, dan jika dia mendekati-Ku sehasta maka Aku akan mendekatinya sejarak rentang dua tangan, dan jika dia mendekati-Ku dengan berjalan maka Aku akan mendekatinya dengan berlari kecil”. (HR. Al-Bukhari) 2.      Berdzikir Dengan selalu mengingat Allah hati kita semakin tenteram dan itu akan membuat hati kita lebih terjaga dari hal-hal yang mengotori hati kita. Dalam Surat Ar-Ra’d ayat 28 Allah Ta’ala berfirman الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (Q.S Ar-Ra’d:28) 3.      Bermuhasabah Diri Muhasabah diri ialah menghisab diri sendiri dari segala perbuatan yang telah kita lakukan. Hal ini akan membuat kita selalu lebih terarah karena mampu mengevaluasi perbuatan buruk yang kita lakukan. Dan muhasabah diri juga termasuk perbuatan yang terpuji, yang mampu membuat kita menjaga hati kita. Dalam surat Al-Hasyr ayat 18 dan 19 AllahTa’ala berfirman : يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (18) وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ (19) “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Hasyr: 18-19)

Menjernihkan Hati Read More »

Menjadi Pribadi Yang Tawadhu

Sebagai manusia, rasanya sudah menjadi sesuatu yang wajar untuk selalu diperhatikan, dipuji, sampai ingin dianggap paling baik dimata manusia. Ini sudah menjadi naluri dalam diri setiap manusia. Meskipun itu merupakan hal yang manusiawi, namun kita mesti waspada serta hati-hati karena itu akan menyebabkan timbulnya rasa sombong dan riya dalam hati kita. Hal ini akan mengaburkan keikhlasan kita dalam melakukan segala aktifitas, yang akhirnya bukan karena mengharap Ridho Allah namun malah menjadi mengharap pujian kepada manusia. Padahal sifat sombong sangat dibenci oleh Allah. Dalam surat Luqman ayat 18 Allah Ta’ala berfirman, وَلاَ تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلاَ تَمْشِ فِي اللأَرْضِ مَرَحاً إِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَجُوْرٍ {18} “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman:18) Sebagai seorang muslim, hendaknyalah kita menjauhi sifat sombong ini dan memupuk sifat rendah hari (tawadhu) dalam diri kita masing-masing. Sifat tawadhu atau rendah hati ini sangat dianjurkan untuk dimiliki oleh setiap pribadi muslim. Hal ini sesuai firman Allah dalam Surat As-Syuara ayat 215 yang berbunyi وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ dan bersikap rendah hatilah kamu terhadap orang-orang beriman yang mengikutimu. (Q.S As-Syuara: 215) Dalam hadist riawayat Muslim, Rasulullah juga bersabda: وَإِنَّ اللَّهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لَا يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلَا يَبْغِ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ “Sesungguhnya Alloh mewahyukan kepadaku agar kalian tawadhu’, hingga tidak ada seorang pun yang membanggakan dirinya atas orang lain dan tidak ada lagi orang yang menyakiti atas orang lain.” (HR. Muslim: 2865) Untuk menjadi pribadi yang tawadhu tentu bukanlah sesuatu yang mudah, perlu langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menanamkan diri sifat tawadhu didalam diri kita. Oleh karena itu ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk menanamkan sifat tawadhu dalam diri kita, antara lain : 1.      Mengenal siapa Tuhanmu Saat kita mengenal Allah Subhanahu Wa Ta’ala sebagai Tuhan yang Maha Kuasa, tidak ada hal yang tanpa IzinNya bisa terjadi. Maka kita akan merasa bahwa kita terlalu lemah tanpa ada Pertolongan dariNya. Dengan begitu secara tidak langsung kita akan merasa Tawadhu bahwa segala hal yang terjadi dan telah kita dapatkan semua karena atas izin dan kehendak dariNya, lalu apa yang mesti kita sombongkan?. Dalam Surat Al-Baqarah ayat 117 Allah Berfirman بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ وَإِذَا قَضَىٰ أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah!” Lalu jadilah ia. (QS. Al-Baqarah :117) 2.      Mengetahui tujuan diciptakannya manusia di muka bumi Ketika kita fokus akan tujuan kita maka kita hanya berpikiran bagaimana mencapainya. Begitupun pula saat kita mengetahui tujuan diciptakannya kita sebagai manusia oleh Allah Azza wa Jalla maka kita tidak akan lagi berfikiran untuk sombong, dan malah akan membuat kita menjadi rendah hati dan tawadhu karena segala hal yang kita lakukan adalah beribadah dan mengharapkan Ridho dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman dalam surat Adz-Dzariat ayat 56 : وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. (QS. Adz Dzariyat: 56). 3.      Mengetahui kekurangan atau aib dalam diri kita Tidak ada manusia yang sempurna di muka bumi termasuk kita. Karena kita memilki kekurangan bahkan aib yang mungkin hanya kita dan Allah lah yang tahu. Lalu buat apa menyombongkan diri saat kita tahu bahwa kitapun punya kekurangan dan aib? Hal ini tentu mendorong kita untuk bersikap tawadhu dan rendah hati.

Menjadi Pribadi Yang Tawadhu Read More »

Menikahlah

Berbicara tentang pernikahan, ini merupakan topik yang tidak akan pernah habisnya untuk dibahas. Apalagi bagi para anak muda yang masih sendiri,kata menikah menjadi sesuatu yang sacral bagi mereka. Keinginan untuk menikah merupakan fitrah dari setiap manusia, memiliki pasangan hidup yang kemudian berdua berjuang membentuk generasi masa depan Islam yang berkemajuan sesuatu yang diimpikan oleh setiap pemuda maupun pemudi. Menikah sendiri dalam Islam, merupakan salah satu bentuk ibadah yang sudah disyariatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hal ini sesuai dengan Firman Allah dalam Surat An-Nisa ayat 3 yang berbunyi وَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تُقْسِطُوا فِي الْيَتَامَىٰ فَانْكِحُوا مَا طَابَ لَكُمْ مِنَ النِّسَاءِ مَثْنَىٰ وَثُلَاثَ وَرُبَاعَ ۖ فَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تَعْدِلُوا فَوَاحِدَةً أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَلَّا تَعُولُوا “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.”(QS. An-Nisa:3) Betapa Allah sudah mensyariatkan untuk umatnya untuk menikah perempuan yang dia senangi. Namun, meskipun sudah disyariatkan ada saja orang-orang yang merasa pesimistis mau menikah dengan siapa? Padahal sudah Allah jaminkan bahwa setiap orang sudah diciptakan berpasang-pasangan yang tidak mungkin bisa tertukar. Sesuai dengan firman Allah dalam surat Az- Zariyat Ayat 49 sebagai berikut : وَمِنْ كُلِّ شَيْءٍ خَلَقْنَا زَوْجَيْنِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ “Dan segala sesuatu Kami Ciptakan Berpasang – pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.” (QS. Az-Zariat :49) Lalu apa yang mesti dikhawatirkan ketika Allah sudah memberikan masing-masing hambaNya pasangan hidup mereka. Dalam Islam, menikah itu antara laki-laki dan perempuan. Tidak ada yang namanya pernikahan sejenis dalam Islam. Karena kodratnya pasangan itu ya antara laki-laki dengan perempuan. Hal ini ditegaskan Allah dalam Surat An-Nisa ayat 1 yang berbunyi يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً  وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ  إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا  ﴿النساء:١﴾ “Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu Yang menciptakan kamu dari satu jiwa dan darinya Dia menciptakan jodohnya, dan mengembang-biakan dari keduanya banyak laki-laki dan perempuan; dan bertakwalah kepada Allah swt. yang dengan nama-Nya kamu saling bertanya, terutama mengenai hubungan tali kekerabatan. Sesungguhnya Allah swt. adalah pengawas atas kamu”. (An Nisa: 1) Menikah sendiri merupakan salah satu cara mengikuti Sunnah dari Rasulullah, hal ini sesuai sabda Rasulullah sebagai berikut أَرْبَعٌ مِنْ سُـنَنِ الْمُرْسَلِيْنَ: اَلْحَيَـاءُ، وَالتَّعَطُّرُ، وَالسِّوَاكُ، وَالنِّكَاحُ “Ada empat perkara yang termasuk Sunnah para Rasul: rasa-malu, memakai wewangian, bersiwak, dan menikah,” (H.R. At-Tirmidzi). Ketika umatnya menikah, Rasulullah membanggakan mereka kelak di hari kiamat nanti. Rasulullah bersabda تَزَوَّجُوْا فَإِنِّي مُكَاثِرٌ بِكُمُ اْلأُمَمَ يَوْمَ الْقِيَـامَةِ، وَلاَ تَكُوْنُوْا كَرَهْبَانِيَّةِ النَّصَارَى “Menikahlah, karena sesungguhnya aku akan membangga-banggakan jumlah kalian kepada umat-umat lain pada hari Kiamat, dan janganlah kalian seperti para pendeta Nasrani,” (H.R. Al-Baihaqi). Untuk para saudaraku yang sudah siap dan mampu untuk menikah, maka menikahlah dan janganlah kalian tunda lagi. Dalam sebuah hadist Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam bersabda .يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ، مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ، فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ. “Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian yang mampu menikah, maka menikahlah. Karena menikah lebih dapat menahan pandangan dan lebih memelihara kemaluan. Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia berpuasa; karena puasa dapat menekan syahwatnya (sebagai tameng),‘” (H.R. Al-Bukhari, Muslim, dan at-Tirmidzi). Jadi, segeralah menikah jika kalian sudah mampu untuk menikah.

Menikahlah Read More »

Tebar Kebaikan Dengan Senyuman

Dalam Surat An-Najm Ayat 43 Allah Berfirman وَأَنَّهُ هُوَ أَضْحَكَ وَأَبْكَىٰ “Dan bahwasanya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis”. (QS. An-Najm:43) Sesungguhnya Allah memiliki kuasa kepada siapapun untuk menjadikan mereka tertawa maupun menangis. Sebab-sebab mereka tertawa maupun menangis sudah diatur. Sejatinya hidup itu selalu berganti-ganti kondisi, adakalanya seseorang dalam keadaan bahagia senang sehingga membuatnya tertawa, namun adakalanya pula seseorang bersedih dan menangis karena kecewa dan sebagainya. Kali ini kita tidak akan membahas tentang menangis dan segala kesedihan yang dialami, kita akan membahas tentang senyuman sesuatu yang membuat kita tertawa bahagia dan damai saat melihatnya. Saat orang tersenyum, alam seolah memberikan kedamaian dan kesenangan melihatnya. Bahkan kita amat dianjurkan untuk tersenyum kepada saudara kita, karena hal tersebut merupakan salah satu bagian dari ibadah. Bahkan pahala ketika kita memberikan senyuman kepada saudara kita sama dengan pahal sedekah, hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah yang berbunyi تَبَسُّمُكَ فِي وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ “Senyummu di depan saudaramu, adalah sedekah bagimu” (H.R. Tarmidzi). Kenapa senyuman kita kepada saudara kita merupakan sebuah sedekah? Karena saat kita tersenyum, orang yang melihat kita akan ikut merasakan kesenangan dan kedamaian saat melihatnya. Lihatlah berapa banyak orang yang sedang dalam keadaan emosi, namun melihat senyuman manis dari saudaranya hal tersebut mampu meredam emosi dia. Menurut seorang ahli Dr. Lieberman (2010), senyum memiliki 4 kandungan penting di dalamnya, yaitu, kepercayaan diri, antusiasme, kebahagiaan, dan penerimaan. Dalam hal penerimaan ini lah saat kita tersenyum akan menularkan aura kebahagiaan dengan orang yang melihat senyuman kita. Rasulullah juga sering tersenyum dengan para sahabat-sahabatnya sebagaimana Jarir bin Abdillah menceritakan مَا رَآنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُنْذُ أَسلَمْتُ إِلَّا تَبَّسَم فِي وَجْهِي “Rasulullah tidak pernah melihatku sejak aku masuk islam, kecuali beliau tersenyum”. (H.R. Bukhari) Bisa dikatakan dengan kita tersenyum kita juga menebar kebaikan. Karena kita berbagai kebahagiaan, kesenangan. Kedamaian serta ketenangan. Dalam sebuah hadist Rasulullah bersabda لَا تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا، وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ “Janganlah engkau meremehkan kebaikan sedikitpun, meskipun hanya dengan bertemu dengan saudaramu dengan wajah yang berseri”. (H.R. Muslim). Selain itu, dengan kita tersenyum maka akan memberikan manfaat juga kepada diri kita sendiri. Sebuah penelitian yang diterbitkan oleh US National Library of Medicine National Institutes of Health tahun 2010 menyatakan bahwa tersenyum dapat dengan mudah meningkatkan mood dan pikiran positif. Sehingga kita akan selalu dalam kondisi mood dan pikiran yang positif sehingga bisa menjalankan ibadah dengan optimal. Dengan tersenyum kita pun bisa meringankan beban yang sedang kita rasakan, sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam dalam hadistnya yang artinya : “Janganlah kamu terlalu membebani jiwamu dengan segala keseriusan hidup. Hiburkanlah dirimu dengan hal – hal yang ringan dan lucu karena jikalau jiwa terus dipaksa memikul beban – beban yang berat ia akan menjadi keruh.” (HR. Ibnu Majah) Jadi tersenyumlah dan tebarkanlah kebaikan didalamnya.

Tebar Kebaikan Dengan Senyuman Read More »

Menjaga Alam Dalam Islam

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ “tidaklah kami mengutusmu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi sekian alam” (al-Anbiya: 107) Islam datang membawa rahmat untuk sekalian alam. Tidak hanya untuk manusia, namun seluruh yang ada dalam alam ini. Maka Islam mengajarkan umatnya untuk selalu menjaga alam ini dan melarang untuk berbuat kerusakan di bumi. Larangan ini tercantumkan dalam firman Allah Surat Al-Araf ayat 56 yang berbunyi وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا ۚ إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi, setelah (diciptakan) dengan baik. Berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allâh sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat kebaikan. (QS. Al-Araf:56) Dalam ayat itu disebutkan bahwa Allah sudah menciptakan dengan baik seluruh alam, sehingga manusia janganlah berbuat kerusakan di muka bumi. Rahmat yang Allah berikan hanyalah diberikan kepadsa hamba-Nya yang berbuat kebaikan. Islam menganjurkan umatnya untuk menjaga alam ini, tidak hanya menjaga namun jga memperbaiki bila ada yang merusaknya. Anjuran agar umat Islam untuk menjaga alam dalam hadist Rasulullah yang berbunyi قَا لَ رَسُوْل اللهِ صلي اللهُ عليهِ وسلّمَ : اِرْحَمُوْا مَنْ فِي الاَرْضِ   يَرْحَمُكُمْ مَنْ في السماءِ    (رواه البخار مسلم) “Sayangilah yang ada di bumi niscaya semua yang ada di langit akan menyayangi kalian” (HR. Bukhari & Muslim) Dalam Hadist yang lain Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda : سَبْعٌ يَجْرِي لِلعَبْدِ أَجْرُهُنَّ وَ هُوَ فِي قَبْرِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ : مَنْ عَلَّمَ عِلْمًا أَوْ أَجْرَى نَهْرًا أَوْ حَفَرَ بِئْرًا أَوْ غَرَسَ نَخْلاً أَوْ بَنَى مَسْجِدًا أَوْ وَرَثَ مُصْحَفًا أَوْ تَرَكَ وَلَدًا يَسْتَغْفِرُ لََهُ بَعْدَ مَوْتِهِ . Tujuh perkara yang pahalanya akan terus mengalir bagi seorang hamba sesudah ia mati dan berada dalam kuburnya. (Tujuh itu adalah) orang yang mengajarkan ilmu, mengalirkan air, menggali sumur, menanam pohon kurma, membangun masjid, mewariskan mushaf atau meninggalkan anak yang memohonkan ampunan untuknya sesudah ia mati. (Al-Hadist) Menjaga alam ini termasuk amalan jariyah yang tidak akan terputus meskipun orang tersebut sudah meninggal. Karena kebaikan yang dilakukan selalu dirasakan oleh orang-orang setelahmu. Bukanlah dia seorang muslim apabila malah berbuat kerusakan di muka bumi. Kasus kebakaran hutan yang sedang terjadi saat ini bukanlah disebabkan oleh alam, namun itu justru dilakukan secara sengaja oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab hanya untuk memenuhi hasrat duniawi mereka sendiri. Dan lihatlah dampak yang diberikan, kualitas udara buruk banyak yang terkena ISPA bahkan sampai korban meninggal dunia. Kejahatan yang dilakukan sungguh luar biasa, dan itu sangat dikecam dan dilarang dalam Islam. Sebagai umat muslim, mari kita jaga lingkungan alam sekitar kita, jangan sampai merusak alam yang sungguh Allah sangat melaknat orang yang berbuat kerusakan dimuka bumi. Wallahualam

Menjaga Alam Dalam Islam Read More »

Kedermawanan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam

Dalam diri Rasulullah menunjukan suri tauladan bagi semua umat manusia. Dalam segala aspek kehidupan baik sebagai pribadi, pemimpin, sampai dalam urusan rumah tangga Rasulullah telah memberikan blue print bagaimana menjadi pribadi yang terbaik dalam aspek-aspek tersebut. Hal ini sesuai dengan Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surat Al-Ahzab ayat 22 yang berbunyi لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu.” (Al Ahzab: 22). Dalam ayat tersebut secara gamblang Allah menunjukan kepada segenap manusia role model pribadi hambaNya semua ada pada diri Rasulullah. Salah satunya dalam aspek kedermawanan dalam diri Beliau. Sifat dermawan sendiri yakni suka memberi harta yang dia cintai atau melakukan suatu amalan yang menolong orang lain. Sifat dermawan Rasulullah ini digambarkan oleh Sahabat Rasulullah Anas bin Malik كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلم  أَحْسَنَ النَّاسَ وَجْهاً ، وكان أَجْوَدُ الناسِ ، وكان أَشْجَعَ الناسِ “Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam adalah orang yang paling bagus wajahnya, paling dermawan dan paling pemberani.” (HR. Muslim). Selain sahabat Anas bin Malik, Abdullah bin ‘Abbâs Radhiyallahu anhuma juga berkata : كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللّٰـهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ ، وَأَجْوَدُ مَا يَـكُوْنُ فِـيْ رَمَضَانَ حِيْنَ يَلْقَاهُ جِبْرِيْلُ ، وَكَانَ جِبْرِيْلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ يَلْقَاهُ فِـيْ كُـّلِ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَـيُـدَارِسُهُ الْـقُـرْآنَ ، فَلَرَسُوْلُ اللّٰـهِ صَلَّى اللّٰـهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدُ بِالْـخَيْـرِ مِنَ الِرّيْحِ الْـمُرْسَلَةِ Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling dermawan dengan kebaikan, dan lebih dermawan lagi pada bulan Ramadhan ketika Jibril Alaihissallam bertemu dengannya. Jibril menemuinya setiap malam Ramadhân untuk menyimak bacaan al-Qur’annya. Sungguh, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih dermawan daripada angin yang berhembus.” (HR. Bukhari & Muslim) Kedua sahabat Rasulullah yang mulia ini telah menggambarkan betapa dermawannya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. Sahabat Abdullah bin Abbas sampai mengibaratkan bahwa kedermawananya Rasulullah itu lebih baik daripada angina sepoi-sepoi. Ada berbagai banyak kisah Rasulullah tentang kedermawannanya tersebut. Salah satunya Abu Hurairah RA bertutur: Suatu hari kami duduk bersama Rasulullah SAW di masjid. Apabila beliau berdiri, kami pun berdiri. Suatu hari, beliau berdiri, lalu kami pun bediri. Katika beliau sampai ke pertengahan masjid, tiba-tiba seorang laki-laki menarik mantel Rasulullah dengan keras, padahal mantelnya itu terbuat dari bahan yang kasar. Saking kerasnya, leher Rasulullah pun tampak memerah. Laki-laki berkata,Wahai Muhammad, isikan kedua untaku dengan apa saja, karena kau tidak pernah membawa harta, baik dengan hartamu sendiri maupun dari harta bapakmu. Rasaulullah saw menjawab,Tidak, dan aku memohon ampun kepada Allah. Aku tidak akan memenuhi kedua untamu sehingga kau terlebih dahulu melepaskan tarikanmu dari leherku. Laki-laki dusun itu berkata kembali: Tidak, demi Allah, aku tidak akan melepaskannya sebelum kau memenuhi permintaanku. Rasulullah saw lalu mengulang perkataannya tadi tiga kali. Namun, laki-laki itu tetap tidak mau melepaskan tarikannya. Begitu mendengar jawaban laki-laki dusun tadi, kami para sahabat segera bermaksud menghampiri laki-laki tersebut, namun Rasulullah segera berpaling kepada kami dan berkata: Tolong semuanya, jangan mengubah posisi dan tempat laki-laki tersebut sampai aku memberikan izin. Rasulullah saw lalu berkata kepada laki-laki saat itu: Wahai fulan, penuhi unta laki-laki tadi dengan gandum, dan untanya yang satu lagi dengan kurma. Setelah dipenuhi, Rasulullah bersabda: Ayo bubarlah kalian. (HR. Abu Daud)

Kedermawanan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam Read More »

Kepedulian Sosial Dalam Islam

Manusia merupakan makhluk sosial. Yang mana dalam kehidupan sehari-hari mereka tidak bisa berdiri sendiri, namun membutuhkan bantuan dari orang lain. Dalam lingkup kehidupan bermasyarakat, manusia akan selalu berinteraksi dengan sesamanya. Interaksi antar sesama manusia akan melahirkan kepedulian sosial kepada sesama manusia. Dalam agama Islam mengatur hubungan baik kepada Allah maupun sesama manusia. Hal ini menunjukan pentingnya keseimbangan baik dalam beribadah maupun berhubungan dengan sesama manusia. Berbuat kebaikan menunjukan sikapnya sebagai seorang muslim, dengan kepedulian sebagai manifestasi akhlak seorang muslim. Bahkan Rasulullah mengecam bahwa umatNya yang tidak peduli terhadap sesama muslim bukanlah termasuk bagian dari golongannya. Hal ini sesuai dengan Hadist Rasulullah berikut ini من لا يهتم بأمر المسلمين فليس منهم “Barangsiapa yang tidak peduli urusan kaum Muslimin, Maka Dia bukan golonganku.” (HR. Muslim). Hadist ini sangat jelas menunjukan betapa dalam hubungan sesama muslim sendiri harus menunjukan sikap peduli sesama. Salah satu tingkatan dalam ukhuwah Islamiah yakni ta’awun merupakan sikap peduli atau saling tolong menolong dalam kebaikan. Didalam Al-Qur’an sendiri juga banyak begitu ayat yang menunjukan perintah kepedulian sosial itu sendiri, baik kepada sesama muslim maupun universal kepada semua umat manusia. Karena kepedulian sosial dalam Islam bersifat universal atau mencakup semua aspek kebaikan. Balasan Kebaikan Yang Besar Bagi Muslim Yang Memiliki Kepedulian Sosial Dalam sebuah Hadist  Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam bersabda عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ نَفَسَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَ نَفَّسَ اللهُ عَنْ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِى الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ فِى الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ وَاللهُ فِى عَوْنِ الْعَبْدِ مَاكَانَ الْعَبْدُ فِى عَوْنِ أَخِيْهِ. (أخرجه مسلم) “Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa melepasakan dari seorang muslim satu kesusahan dari sebagian kesusahan dunia, niscaya Allah akan melepasakan kesusahannya dari sebagian kesusahan hari kiamat, dan barangsiapa memberi kelonggaran dari orang yang susah, niscaya Allah akan memberi kelonggaran baginya di dunia dan akhirat, dan barangsiapa menutupi aib seorang muslim, niscaya Allah akan menutupi aib dia didunia dan akhirat, Allah akan senantiasa menolong seorang hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya.” Disebutkan dengan begitu gamplang dalam hadist tersebut, betapa pahala besar yang akan didapatkan oleh setiap muslim ketika memiliki kepedulian sosial. Seperti ketika seorang muslim mampu melepaskan kesusahan dan kelonggaran saudaranya yang sedang mengalami kesusahan, maka Allah akan melepaskan kesusahan dan kelonggarannya saat di akhirat nanti. Begitu juga saat seorang muslim menutup aib saudaranya, maka Allah akan menutup aibnya baik didunia maupun diakhirat.

Kepedulian Sosial Dalam Islam Read More »

Anjuran Bersikap Lemah Lembut Seorang Muslim

Siapa yang tidak menyukai mendapatkan perlakuan lemah lembut dari orang lain? Jawabannya tidak ada. Semua orang menyukai mendapatkan perlakuan lemah lembut daru siapapun. Dengan lemah lembut kamu akan merasakan yang namanya kedamaian, ketenangan dan rasa nyaman. Apalagi kita sebagai seorang muslim, hendaknyalah bersikap lemah lembut kepada sesame muslim dan ahli kitab yang tidak memusuhi Islam. Sebagai seorang muslim, kita tentu mengetahui bahwa agama Islam membawakan kedamaian bagi segenap alam semesta. Hal ini bisa dibuktikan dengan Perintah dalam Al-Qur’an agar bagi setiap orang yang beriman untuk selalu berbuat kebaikan di muka bumi ini, sesuai dengan Firman Allah dalam Surat Az-Zumar Ayat 10  قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ ۚ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۗ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ ۗ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu”. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. (Q.S Az-Zumar:10) Kedamaian yang Islam tawarkan kepada setiap manusia, sejalan dengan anjuran agar setiap Muslim bersikap lemah lembut dan tidak bersikap keras. Sebagaimana Allah subhanahu wa ta’ala mengingatkan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam: فَبِمَا رَحۡمَةٖ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمۡۖ وَلَوۡ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلۡقَلۡبِ لَٱنفَضُّواْ مِنۡ حَوۡلِكَۖ “Maka dengan rahmat Allah-lah engkau menjadi lembut terhadap mereka dan jika engkau keras hati niscaya mereka akan lari dari sisimu.” (Q.S Ali ‘Imran: 159) Dengan memiliki sikap lemah lembut orabg lain akan merasa nyaman, tenang, damai saat bersama dengan kita. Lemah lembut tidak hanya ditunjukan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, dalam berdakwah pun setiap muslim agar bersikap lemah lembut, sehingga orang yang kita ajak tidak lari dari kita. Hal ini sesuai Firman Allah dalam surat An-Nahl ayat 125 yang berbunyi : ٱدۡعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلۡحِكۡمَةِ “Serulah kepada jalan Rabb-mu dengan penuh hikmah.” (Q.S An-Nahl: 125) Lemah lembut telah dicontohkan secara sempurna oleh suri tauladan kita Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam.  Ada sebuah kisah fenomenal yang menunjukan sikap lemah lembutnya Rasulullah yakni saat seorang Arab Badui kencing didalam masjid dan lihatlah reaksi beliau saat kejadian tersebut. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu: أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ قَامَ أَعْرَابِيٌّ فَبَالَ فِي الْمَسْجِدِ فَتَنَاوَلَهُ النَّاسُ فَقَالَ لَهُمْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعُوهُ وَهَرِيقُوا عَلَى بَوْلِهِ سَجْلًا مِنْ مَاءٍ أَوْ ذَنُوبًا مِنْ مَاءٍ فَإِنَّمَا بُعِثْتُمْ مُيَسِّرِينَ وَلَمْ تُبْعَثُوا مُعَسِّرِينَ “bahwa Abu Hurairah berkata, “Seorang ‘Arab badui berdiri dan kencing di masjid, lalu orang-orang ingin mengusirnya. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda kepada mereka: “Biarkanlah dia dan siramlah bekas kencingnya dengan setimba air, atau dengan seember air, sesungguhnya kalian diutus untuk memberi kemudahan dan tidak diutus untuk membuat kesulitan” (HR. Bukhari dan Muslim). Lihatlah betapa lembutnya beliau kepada Arab Badui tersebut, kalau Rasulullah saja sudah mencontohkan sikap lemah lembutnya masa kita sebagai umatnya tidak mengikuti jejak beliau yang memiliki sikap lemah lembut?

Anjuran Bersikap Lemah Lembut Seorang Muslim Read More »

Keutamaan Dzikrullah

Dzikrullah merupakan salah satu aktifitas ibadah setiap muslim. Setiap saat hendaknya setiap muslim selalu mengingat Allah. Jadi aktifitas dzikrullah tidak hanya pada saat Sholat saja, tapi disegala aktifitas yang akan kita lakukan.  Selain itu dzikir merupakan inti dari rasa syukur kita kepada Allah Subhanah wa Ta’ala atas segala nikmat yang telah Allah berikan. Hal ini sesuai dengan Surat Al-Baqarah Ayat 152 Allah berfirman  فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.(Q.S Al-Baqarah:152) Itu merupakan salah satu keutamaan dari Dzikrullah, ada berbagai keutamaan lain yang bisa kamu dapatkan dari berdzikir kepada Allah. Adapun berbagai macam keutamaan Dzikrullah, antara lain. 1.      Mendapatkan ketenangan jiwa Allah berfirman dalam Surat Ar-Ra’d Ayat 28  الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (Q.S Ar-Rad :28). Selain itu dalam sebuah Hadist Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “لاَ يَقْعُدُ قَوْمٌ يَذْكُرُونَ اللهَ إِلاَّ حَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ.” “Tidaklah suatu kaum berkumpul dan berdzikir kepada Allah, melainkan Malaikat akan mengelilingi mereka, rahmat Allah akan meliputi mereka dan ketenangan akan menaungi mereka, serta Allah akan menyebut-nyebut (nama-nama) mereka di antara makhluk yang ada di sisi-Nya, yaitu mengakui (di hadapan para Malaikat).” (H.R Muslim) 2.      Mendapat Ampunan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala Dalam Surat Al-Ahzab Ayat 35 Allah berfirman إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِينَ وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّائِمِينَ وَالصَّائِمَاتِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. (Q.S Al-Ahzab :35). 3.      Ahli Dzikir akan selalu diingat oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala Sebagaimana disebutkan dalam hadits qudsi juga Allah Ta’ala berfirman: أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي ، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي ، فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ، ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي ، وَإِنْ ذَكَرنِي فِي مَلَأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ “Aku sesuai persangkaan hambaKu. Aku bersamanya ketika ia mengingatKu. Jika ia mengingatKu saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diriKu. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Keutamaan Dzikrullah Read More »