Artikel

8 Hal Berikut Ini Yang Banyak Menjerumuskan Manusia untuk Melakukan Ghibah ! Baca juga Cara Terapinya

        Delapan Hal-hal berikut ini yang bisa menjerumuskan manusia dalam lubang ghibah dan cara terbaik dalam menghindari atau terapinya. Ada delapan hal yang dikupas di bawah ini, sebagai sebuah perumpamaan bagi seseorang yang sering melakukan ghibahnya, baik yang disengaja, maupun yang tidak ia sengaja. Mengapa harus demikian ? Sejatinya manusia, adalah makhluk yang disemurnakan dengan akal dan juga pikiran. Namun, kesempurnaan itu, lantas jangan membuat manusia, lupa, sombong, dan takabur, serta berlomba-lomba dalam memperkaya diri, atau mengaktualisasi diri, tanpa memperhatikan batasan-batasan dan cara yang baik dalam mencapainya. Hal-hal Yang Bisa Menjerumuskan Manusia Dalam Lubang Ghibah dan Cara Terbaik Menghindarinya : 1. Bermain-Main Pada Hal Menimbulkan Tawa Dalam hal ini, seseorang mencoba memancing tawa dengan orang lain lawan bicaranya, dengan membicarakan pihak ketiga, dimana yang dibicakan ditirukan gaya atau perilakunya yang menurutnya lucu atau bahkan membuat lucu lawan bicara nantinya. Menirukan dalam konteks perilaku, logat, cara bicara, kekurangan yang dimiliki, dan lain sebagainya Cara terapinya, adalah dengan mengingat dan membayangkan kembali jika orang tua kita, saudara kita teman kita, atau bahkan kita rela menjadi bahan ejekkan ? Bukankah Rasulullah SAW telah bersabda, bahwa : وَعَنْ بَهْزِ بْنِ حَكِيمٍ, عَنْ أَبِيهِ, عَنْ جَدِّهِ: قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم( وَيْلٌ لِلَّذِي يُحَدِّثُ, فَيَكْذِبُ ; لِيَضْحَكَ بِهِ اَلْقَوْمُ, وَيْلٌ لَهُ, ثُمَّ وَيْلٌ لَهُ ) أَخْرَجَهُ اَلثَّلَاثَةُ, وَإِسْنَادُهُ قَوِيٌّ Artinya:Dan dari Bahz bin Hakim, dari ayahnya, dari kakeknya radhiyallahu’anhu berkata: Rasulullah Shalallahu ‘alahi wa Sallam bersabda: “Celakalah orang yang berbicara dengan sesuatu yang dusta agar kaumnya menertawakan ucapannya. Celakalah dia, lalu celakalah dia.” Dikeluarkan oleh Imam Tiga, dan Sanadnya kuat. (HR. Abu Daud ( 4990) dalam al-Adaab, bab Fii at-Tasydid Fii al-Kadzib) 2.  Iri Dengan Menggunjingkannya Dalam hal ini, seseorang merasa iri atas apa yang dimiliki, diporeleh, atau bahkan apapun yang menjadi hak dari pihak ketiga. Sehingga orang tersebut membicarakan irinya tersebut dengan memberikan bumbu lain yang akan menimbulkan lawan bicaranya menjadi kurang simpati, kurang menyukai, dan sebagainya, terhadap pihak ketiga yang dibicarakan. Cara menghindarinya, adalah dengan menjauhkan sifat iri tersebut dari dalam tubuh ini. Mulailah untuk selalu bersyukur terhadap apa yang kita miliki, dan cobalah untuk bahagia ketika teman lain juga sedang bahagia, serta bersedih ketika teman lain sedang mendapat musibah atau cobaan. Bukankah Kita sudah diberi penjelasan hendaknya orang yang merasa iri tersebut merenungi sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam, bahwa : لا يَجْتَمِعَا نِ فِي قَلبِ عَبْدٍِ : الإ يْمَا نَ والْحَسَدُ Artinya:“Dua hal yang tidak akan berkumpul dalam hati seseorang adalah iman dan dengki” (Bagian dari hadist yang diriwayatkan Iman Nasa’i dan yang lainnya, hadist ini diambil dari Shahih Sunan An-nasa’i no. 2912) 3. Keinginan Meninggikan Pamornya Dalam hal ini, seseorang mencoba ingin mengangkat pamornya, meninggikan derajatnya dimata manusia lain, namun dengan cara-cara yang salah. Yaitu, dengan menjelek-jelekkan orang lain baik aib, kekurangan, atau hal-hal lain guna merendahkan pihak ketiga tersebut. Sebagai contoh, dengan mengatakan “Si Fulan Bodoh, Lemah !” Cara terapinya adalah dengan kembali kepada Allah SWT, apa yang dimili-Nya jauh lebih kekal dan yang paling baik. Bukankah Kemuliaan seorang hamba dimata Allah SWT lebih menjadi tujuan utama kita di muka bumi ini. Sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam surat Al-Baqarah ayat ke 216. كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ “diwajibkan atas kamu berperang, Padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”  (Q.S Al-Baqarah : 216). 3. Ghibah Pelampiasan Kemarahan Dalam hal ini, seseorang sengaja membicarakn pihak ketiga kepada setiap lawan bicaranya, sebagai sebuah cara melampiasan kemarahan atas dirinya dengan pihak ketiga. Cara terapinya adalah dengan mengingat kembali bagaimana manusia dituntut untuk bersikap dan berperilaku sesuai yang diajarkan Rasulullah SAW. Bukankah Allah Ta’ala telah berfirman dalam Al-quran Surat Al-‘Imran ayat 133-134 : وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ “ (133)dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (134), (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Q.S : Ali Imran 133-134). 5. Menganggur, Bosan, Jenuh dengan Rutinitas Dalam hal ini, seseorang yang menenggur, merasa bosan, atau bahkan jenuh dengan aktivitasnya yang biasa-biasa saj mencoba menghilangkannya dengan membicarakan pihak ketiga, dengan lawan bicaranya. Baik dalam hal membicarakannya, mencampuri urusannya, membicarakan kekurangan atau bahkan aibnya.           Cara terapinya adalah dengan menyibukkan diri pada hal-hal yang lebih bermanfaat dan lebih baik. Kembalilah pada mengingat dan selalu taat kepada Allah SWT, jika bosan dengan aktivitas, maka berwudhulah dan belajarlah Al-qur’an atau lebih baik tidur, daripada harus membicarakan orang lain yang malah akan memberikan mudharat bagai diri sendiri.             Sebagaimana Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam pernah bersabda : وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنهقَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم (مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ اَلْمَرْءِ, تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ )رَوَاهُ اَلتِّرْمِذِيُّ, وَقَالَ حَسَنٌ Artinya:“ Dan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Diantara baiknya islam adalah meninggalkan hal yang tidak berguna,” (Diriwayatkan oleh Turmudzi, dan berkata Hasan). 6. Pembelaan atau Membantu Teman untuk Ghibah Dalam hal ini, sesorang melalukan sebuah pembelaan atau membantu teman untuk  melakukan ghibah, karena keinginan dalam mempertahankan keharmonisan dan kekhawatiran jika mengingkarinya akan merasa berat pada teman tersebut. Cara terapinya adalah dengan mengingat kembali Sabda Rasulullah SAW. Yang Artinya:“Barang siapa meminta keridhaan orang dengan sesuatu yang dimurkai Allah, maka Allah akan menyerahkan urusannya kepada manusia.” (Bagian dari hadist yang diriwayatkan Imam Tirmidzi dan yang lainnya, lihat kitab Takhtij Attahawiyah (278). 7. Menisbatkan seseorang pada sesuatu lalu dia ingin terlepas dari sesuatu Dalam hal ini, sesorang ingin terlepas dari sesuatu yang menipanya dengan membalikkan kepara pihak ketiga, sehingga dia menyebut pihak ketiga yang telah melakukannya agar dia selamat. Dia menyebut orang lain

8 Hal Berikut Ini Yang Banyak Menjerumuskan Manusia untuk Melakukan Ghibah ! Baca juga Cara Terapinya Read More »

Bahaya Ghibah Dalam Diri ! Harus Kita Waspadai

            Bahaya Ghibah dalam diri. Jikalau sebelumnya, kita membahas mengenai garis besar dan penjelasan ghibah secara umum. Sekarang kita akan masuk pada bahaya ghibah itu sendiri. Banyak sekali manusia di muka bumi ini yang kurang memperdulikan mengenai ghibah dan bahayanya jika terus dilakukan. Padahal ini sudah jelas, ghibah adalah perbuatan yang tidak disukai oleh Allah Ta’ala, ghibah merupakan perbuatan keji dan kotor.             Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di dalam al Qur`an : وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ Dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yaang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. [Q.S Al- Hujurat/49 : 12]. Dalam sabda Rasulullah shalallahu’alaihiwasalam dari shahabat Sa’id bin Zaid radiyallu’anhu bahwa, “Sesungguhnya termasuk riba yang paling besar (dalam riwayat lain: termasuk dari sebesar besarnya dosa besar) adalah memperpanjang dalam membeberkan aib saudaranya muslim tanpa alasan yang benar.” (HR. Abu Dawud no. 4866-4967) Dalam hadist tersebut jelas, mengenai urgensi dari ghibah sebagai hal termasuk dalam riba yang paling besar. Maka, kita sebagai umat islam khususnya memiliki perhatian lebih mengenai ghibah ini. Dalam kasus lain, bahkan Rasulullah sangat memperhatikan masalah ghibah ini. Pada suatu hari Aisyah, beliau tidak sengaja pernah berkata kepada Rasulullah, tentang Shafiyyah bahwa dia adalah wanita yang pendek. Maka, Rasululullah SAW bersabda : لَقَدْ قُلْتِ كَلِمَةً لَو مُزِجَتْ بِمَاءِ البَحْرِ لَمَزَجَتْهُ “Sungguh engkau telah berkata dengan suatu kalimat yang kalau seandainya dicampur dengan air laut niscaya akan merubah air laut itu.” (H.R. Abu Dawud 4875 dan lainnya) Maka, bisa dibayangkan bagaimana bahaya ghibah tersebut bila dilakukan dengan sengaja maupun tidak sengaja karena kita yang kurang berhati-hati dalam berkata. Sampai diumpamakan jika perkataan tersebut dicampurkan dengan air laut, maka akan merubahnya. Syaikh Salim bin Ied Al Hilali rahimahullah berkata: “Dapat merubah rasa dan aroma air laut, disebabkan betapa busuk dan kotornya perbutan ghibah. Hal ini menunjukkan suatu peringatan keras dari perbuatan tersebut.” (Lihat Bahjatun Nazhirin Syarah Riyadhush Shalihin 3/25) Aisyah radhiyallu’anha berkata, “aku pernah menceritakan seseorang kepada beliau, lalu beliau bersabda : “Aku tidak suka menceritakan seseorang walaupun aku diberi harta”. المُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ “Seorang muslim sejati adalah bila kaum muslimin merasa selamat dari gangguan lisan dan tangannya.” (HR Tirmidzi: IX/310, Shifatul Qiyamat. Ia berkata, :Hadist ini hasan shahih.” Abu Dawud (4854), Al-Adab, dan hadist ini dinyatakan shahih oleh Albani) Dari keseluruhan penjelasan mengenai bahaya ghibah di atas, maka kita bisa memahami bagaiman ghibah menjadi salah satu dosa yang jika dilakukan maka termasuk dosa besar. Karena sejatinya, kita sebagai umat manusia sudah menjadi kewajiban untuk senantiasa menjauhi perbuatan tersebut. Menjaga agar diri tidak termasuk orang-orang yang merugi karena tidak berhati-hati dalam menjaga ucapan yang keluar dari diri. Akhirnya, marilah kita senantiasa meminta pertolongan dan perlindunga dari – Nya, Allah Ta’ala. Agar diri ini tetap berjalan sesuai syari’at dan ketaatan dalam tuntunan Al-qur’an dan hadist yang sudah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Baca Juga : PENGERTIAN DAN PENJELASAN MENGENAI APA ITU GHIBAH DALAM ISLAM ! BERIKUT PENJELASANNYA DAFTAR RUJUKAN Al-Maqdisy, Ibnu Qudamah, 2008, Minhajul Qashidin cetakan 1 Penerbit: Pustaka as-Sunnah: Jakarta An-Nawawi Imam Muhyiddin, 2007, Syarah Hadits Arba’in Penerbit Pustaka Arafah: Solo Ibnu Katsir Al-Imam, 2006, Tafsir Ibnu Katsir, Penerbit Pustaka Imam Syafi’i: Bogor

Bahaya Ghibah Dalam Diri ! Harus Kita Waspadai Read More »

Pengertian dan Penjelasan Mengenai Apa Itu Ghibah Dalam Islam ! Berikut Penjelasannya

Pengertian dan Penjelasan Mengenai Apa Itu Ghibah Dalam Islam ! Berikut Penjelasannya Berbicara mengenai berkumpul, tentulah bisa dibedakan menjadi dua jenis, pertama ialah berkumpul yang mendatangkan manfaat baik bagi diri, orang lain, maupun orang banyak nantinya. Berkumpul dengan bermanfaat seperti, pengajian, belajar baik di sekolah, maupun di tempat-tempat lain yang baik. Kedua, ialah berkumpul yang mendatangkan mudharat seperti, berkumpul yang hanya sekedar membangun butir-butiran dosa baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Nah, di sini akan lebih memfokuskan mengenai berkumpul yang kiranya kurang bermanfaat. Kebiasaan berkumpul dengan kawan, rekan kerja, dan college tanpa membatasi atau memperhatikan topik yang akan dijadikan bahan perbincangan membuat kebanyakan manusia terjerumus dalam perbincangan yang membincangkan mengenai pihak ketiga atau orang lain yang tidak ada di dalam perkumpulannya tersebut, baik yang berbau gossip yang masih simpang siur kebenarannya, maupun yang berbau aib yang tidak baik dari pihak ketiga tersebut dimana yang diperbincangkan belum tentu rela dan ikhlas jika hal itu menjadi bahan pembicaraan.             Hal itu, ditambah lagi dengan media-media yang dewasa ini malah memberikan berita-berita yang biasanya hanya bertujuan menaikkan rating tanpa didasari dengan fakta-fakta yang terpercaya.  Semakin terdengar aneh dan membuat seseorang penasaran, maka semakin popular lah berita itu untuk diperbincangkan.             Nah, di sinilah posisi dari segala macam muara yang dinamakan sebagai Ghibah. Ghibah adalah salah satu perbuatan yang sangat tidak disenangi oleh Allah SWT. Karena, sejatinya orang yang melakukan ghibah, hanya memberikan kesakitan pihak yang dijadikan bahan ghibah, dan akhirnya hanya mendatangkan keburukan dan dosa. Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadist dalam kitab Shahihnya dari shahabat Abu Hurairah radhiyallu’anhu : وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: ( أَتَدْرُونَ مَا اَلْغِيبَةُ? قَالُوا: اَللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ. قِيلَ: أَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُولُ? قَالَ: إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدْ اِغْتَبْتَهُ, وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فَقَدْ بَهَتَّهُ ) أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ “Dari Abu Hurairah Radhiyallahu‘anhu sesungguhnya Rasulullah shalallahu’alaihi wa Sallam ? bersabda: “Tahukah kalian apa ghibah itu? Para shahabat berkata: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Kemudian beliau ? bersabda: “Engkau menyebutkan sesuatu yang ada pada saudaramu yang dia membecinya. Ditanyakan (salah seorang dari para sahabat bertanya –pen),”Bagaimana halnya jika apa yang aku katakan itu terdapat pada saudaraku?” Beliau shalallahu’alaihiwasalam menjawab : “Jika yang engkau sebutkan tadi benar-benar ada pada saudaramu sungguh engkau telah berbuat ghibah, sedangkan jika itu tidak benar maka engkau telah membuat kedustaan atasnya.” (HR. Muslim ( 2577 ) dalam Al-Birr wa ash-Shilah wa al-Adaab. Lihat Bulughul Mahram cet. pustaka as-Sunnah 2007 .Hal 734) Dalam hadist tersebut, sudah dijelaskan mengenai definisi ghibah melalu pecakapan Rasulullah SAW dengan para Sahabatnya di masa itu. Untuk itu, dalam memahami ghibah bisa didasari dari garis besar ghibah itu sendiri. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT juga berfirman di dalam surat Al-Hujurat ayat 12 : يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلا تَجَسَّسُوا وَلا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka, karena sebagian dari prasangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang” Dari ayat qu’ran surat Al-hujurat di atas, Allah SWT memberikan pedoman bagi seluruh umat manusia, bahwa kita sebagai umat islam khususnya hendaknya dan sudah sepantasnya menjauhi segala prasangka yang dapat menghasilkan sebuah topik gunjingan terhadap orang lain. Dengan keras, Orang yang berbuat demikian maka sama seperti memakan daging saudaranya sendiri yang sudah mati. Berdasarkan hadist dan firman Allah di atas dapat diambil suatu kesimpulan tentang definisi ghibah yaitu membicarakan sesuatu yang ada pada diri orang lain, dimana yang dibicarakan tidak menyukai apabila seuatu tersebut disebutkan atau dibicarakan. Dari mulai jasmani yang kelihatan, agama yang di anut, kekayaan yang dimiliki, hati, akhlak yang ada, bentuk lahiriyahnya dan sebagainya. Cara yang dilakukan pun bermacam-macam dari mulai membeberkan suatu kejelekkan, aib, menduplikasi tingkah atau perilakunya, maupun dengan mengolok-ngolok orang tersebut, tanpa sepengetahuannya. Dalam Minhajul Qasidin Ibnu Qudamah Al-Maqdisy rahimahullah menyebutkan bahwa makna ghibah adalah menyebut – menyebut saudaramu yang tidak ada disisimu dengan perkataan yang tidak disukainya, baik yang berhubungan dengan kekurangan badannya, seperti pernglihatannya yang kabur, buta sebelah matanya, kepalanya yang botak, badannya yang tinggi, badannya yang pendek dan yang lainnya. Atau, yang menyangkut nasabnya, seperti perkataanmu: “Ayahnya berasal dari rakyat jelata, ayahnya orang India, orang fasik, dan lainnya.” Atau, yang menyangkut akhlaqnya, seperti perkataanmu: “Dia akhlaknya buruk dan orangnya sombong.” Atau yang menyangkut pakaiannya, seperti perkataanmu: “Pakaiannya longgar, lengan bajunya terlalu lebar”, dan lain-lainnya.(Minhajul Qasidin, Cet. Pustaka as-Sunnah, 2008,Hal 308) “Ketahuilah bahwa setiap sesuatu yang dimaksudkan sebagai celaan, maka itu dikateorikan ghibah, baik dalam bentuk perkataan atau pun yang lainnya, seperti kedipan mata, isyarat atau pun tulisan. Sesungguhnya tulisan merupakan salah satu dari dua lisan” (Minhajul Qasidin, Cet. Pustaka as-Sunnah, 2008,Hal 309) Dari segala penjelasan di atas, mudah-mudahan bisa menjadi bahan untuk rujukan dalam evaluasi diri, sudah sejauh mana kita melakukan perbuatan ghibah, apakah perbuatan tersebut sengaja atau tidak sengaja kita laukan, dan segeralah berhenti dan hati-hati agar tidak mengulanginya kembali. Baca Juga : Bahaya Ghibah ! Harus Kita Waspadai DAFTAR RUJUKAN Al-Maqdisy, Ibnu Qudamah, 2008, Minhajul Qashidin cetakan 1 Penerbit: Pustaka as-Sunnah: Jakarta Ibnu Hajar Al-Asqalani Al-Hafidz, 2006, Bulughul Maram, Penerbit Pustaka Al Kautsar: Jakarta

Pengertian dan Penjelasan Mengenai Apa Itu Ghibah Dalam Islam ! Berikut Penjelasannya Read More »

Bagimana Sikap Kita Terhadap Setan dan Tipu Dayanya ? Berikut Penjelasannya !

          Sikap kita terhadap syaitan dan tipu dayanya. Syaitan adalah salah satu makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT, yang pada dasarnya diciptakan untuk mengabdi kepada Allah SWT, sebagaimana juga manusia yang diciptakan untuk beribadah kepada-Nya. Sebagaimana firman-Nya: “Tidaklah Aku jadikan jin dan manusia kecuali supaya mengabdi kepadaku” (QS 51:56).       Berbeda dengan manusia, syaitan atau iblis, keduanya berasal dari golongan jin disebutkan dalam firman Allah: Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “seujudlah kamu kepada Adam”, maka sujudlah mereka kecuali iblis, dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu?. Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang zalim (QS 18:50).          Dalam Al-qur’an, dikemukakan mengenai sikap-sikap manusia terhadap syaitan. Untuk itu, sudah seharusnya kita menjadikan sifat yang tepat dengan syaitan agar tercipta keselarasan dalam kehidupan, dan dalam kaitannya beribadah kepada Allah Ta’ala. Adapun sikap-sikap yang ditunjukkan manusia terhadap syaitan, antara lain : 1. Menjadikan Syaitan Sebagai Kawan      Dalam kehidupan sehari-hari, manusia diciptakan untuk hidup dalam lingkuungan social yang saling berinteraksi, membutuhkan satu sama lain dalam menjalani kehidupan bermasyarakat. Dalam konteks ini, manusia tidak bisa hidup sendiri, ia membutuhkan sosok teman yang bisa menghibur, menyemangati, menyayangi, dan bahkan memberikan nasihat serta megajak dalam kebaikan. Untuk itu, dalam prosesnya kita dituntut hendaknya berkawanlah dengan orang-orang yang benar dan mau berbuat kebaikan dan ibadah, agar kita senantiasa mendapatkan perlindungan di setiap langkah dan aktivitas. Allah berfirman yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar (QS 9:119).            Karena itu, sangat disayangkan jika kita sebagai manusia salah memilih kawan, dengan memilih syaitan maupun manusia yang berwatak syaitan sebagai teman kita dalam melangkah. Mudharatlah yang terjadi, dan jika kita tidak bisa membentengi maka keburukanlah yang terus membayangi. Allah Swt berfirman : Diantara manusia ada orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan dan mengikuti setiap syaitan yang sangat jahat, yang telah ditetapkan terhadap syaitan itu, bahwa barangsiapa yang berkawan dengan dia, tentu dia akan menyesatkannya dan membawanya ke azab neraka (QS 22:4) 2. Menjadikan Syaitan Sebagai Saudara        Dalam kehidupan di dunia ini, ada sikap manusia-manusia yang menjadikan syaitan sebagai saudara. Dengan meniru segala bentuk sifat-sfat yang dimiliki oleh syaitan, yang satu di antaranya adalah sifat menghambur-hamburkan harta yang dimiliki sebagai bentuk pemborosan. Dalam islam, orang yang senang menghambur-hamburkan hartanya untuk kegiatan pemborosan dan tidak mendatangkan manfaat, maka ia dinamakan mubadzir, yang dalam hal ini Allah Ta’ala sangat membenci sifat-sfat manusia yang seperti itu. Padahal, masih banyak di luar sana, orang-orang yang membutuhkan hartamu untuk disedekahkan, dizakatkan sebagai bentuk taat dan taqwa serta rasa syukur kita kepada Sang Pemberi Rezeki, Allah Ta’ala. Allah Swt berfirman: Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya (QS 17:26-27). 3. Menjadikan  Syaitan Sebagai Pemimpin dan Pelindung           Dalam kehidupan di dunia ini, manusia membutuhkan pemimpin dalam mengarahkan. Untuk itu, ketelitian dan pemahaman yang baik dalam memilih dan menjadikan seseorang sebagai pemimpin harus dimiliki seluruh manusia. Jangan sampai kita sebagai manusia, memilih syaitan atau bahkan manusia lain yang berwatak syaitan sebagai pemimpin kita. Tentulah keburukan dan hal negative akan berdampak nantinya. Allah Swt berfirman: Sesungguhnya syaitan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orangn yang beriman dan bertawakkal kepada Tuhannya. Sesungguhnya kekuasaannya (syaitan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya menjadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah (QS 16:100).      Berbicara mengenai itu, Syaitan memang memiliki kemampuan untuk memperdaya manusia, namun yang bisa diperdaya oleh syaitan hanyalah orang-orang yang lemah imannya, yang menjadikannya sebagai pemimpin.        Dalam firman Allah Swt yang artinya: Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman) . Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya (QS 2:257). Untuk itu, sudah jelas dipahami bahwa kita sebagi manusia yang beriman, mintalah perlindungan hanya kepada-Nya, Allah Ta’ala. Jangan kita minta kepada yang lain, yang menjadikan kita musyrik dan bahkan kafir nantinya. 4. Menjadikan Syaitan Sebagai Musuh           Dalam kehidupan bermasyarakat yang beribadah, maka inilah sikap yang paling baik yang harus ditunjukkan diri terhadap syaitan, yaitu menjadikannya sebagai musuh nang nyata bagi kita. Kita harus memerangi dan mewaspadai tipu-daya yang selalu coba dilakukan oleh syaitan guna menjerumuskan manusia kedalam kemaksiatan, dan lubang kemungkaran. Allah Swt berfirman: Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu (QS 2:208)        Perintah untuk memusuhi syaitan tidak hany ditujukkan kepada umat islam, melainkan kepada seluruh umat manusia di dunia, dengan bertindak sesuai aturan dan tidak menghalalkan segala cara dalam memenuhi kebutuhan dan mencapai kemakmuran. Allah Swt berfirman: Hai manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu (QS 2:168).       Selain itu, dalam hidup ini manusia seluruhnya juga dituntut untuk senantiasa menjaga kedamaian dalam bermasyarakat. Allah Swt berfirman: Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan diantara mereka. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagi manusia (QS 17:53).         Dari seluruh sikap-sikap yang dipaparkan di atas, marilah kita kembali mengintropeksi diri sudah seperti apa diri kita dalam bersikap terhadap syaitan. Sikap yang paling baik, akan memberikan perjalanan yang paling baik dalam hidup ini. Kita haruslah menjadikan syaitan sebagai musuh yang nyata bagi kita, dengan mewaspadai 24 jam setiap hari atas gangguan dan tipu daya yang coba dilancarka syaitan guna merusak moral dan pikiran manusia dalam taqwanya kepada Allah Ta’ala.

Bagimana Sikap Kita Terhadap Setan dan Tipu Dayanya ? Berikut Penjelasannya ! Read More »

Bagimana Etika Pergaulan Dengan Lawan Jenis Dalam Islam ? Inilah 6 Tips Yang Harus Dipahami !

ETIKA PERGAULAN LAWAN JENIS DALAM ISLAM           Islam, mengajarkan etika dalam keseluruhan hidup baik di dunia maupun di akhirat nantinya. Berkaitan dengan itu, tentulah sejalan dengan bagaimana manusia bisa menata diri, pikiran, dan perbuatan agar tidak jauh meninggalkan Tuhan, yaitu Allah SWT. Manusia diciptakan di muka bumi ini tidak lain untuk saling kenal-mengenal, beribadah, dan bertaqwa kepada Tuhan-Nya. Sebagaimana umat islam memaknai arti dari kenal-mengenal, beribadah dan bertaqwa kepada Allah SWT. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan segala kesempurnaan akal, dan pikirian. Di dalamnya, diciptakan pula rasa cinta, sebagai fitrah bagi seluruh umat manusia di muka bumi ini.  Firman Allah Ta’ala berkaitan dengan cinta ialah : “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu Wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Ali-Imran : 14).          Untuk itu, sudah menjadi hal wajar jika kita memiliki rasa cinta di dalam hati kita. Namun, perlu dipahami rasa cinta itu haruslah sesuai dengan sebagaimana Islam mengajarkan dalam mengelolanya. Jangan sampai rasa cinta itu, menjadikan sebuah berhala baru dibarengi dengan rasa sombong karena meninggalkan Allah SWT.          Manusia diciptakan sebagai laki-laki dan perempuan, untuk selanjutnya mereka diberikan akal dan rasa cinta itu di dalam setiap insan. Namun, kita sebagai umat islam haruslah paham bagaimana cara dalam mengelola, menjaga, dan meningkatkan kecintaan itu semata-mata karena Allah Ta’ala.         Jangan sampai, karena salah mengambil langkah, atau karena kita yang tak mau mendalami etika pergaulan dengan sesama, khususnya dengan lawan jenis, malah menjadikan suatu fitnah yang nantinya akan memberikan mudharat bagi diri, maupun orang lain.         Islam telah mengatur dengan tegas bagaimana cara kita menyalurkan cinta, juga bagaimana batas pergaulan antara dua insan lawan jenis sebelum menikah, agar semuanya tetap berada dalam koridor etika dan norma yang sesuai dengan syari’at. Untuk itu, berikut enam etika pergaulan dengan lawan jenis dalam Islam, antara lain : 1. Tidak Berdua-duaan (Khalwat) dengan Lawan Jenis          Ini merupakan salah satu yang harus dipahami, bahwa dilarang seorang laki-laki berdua-duaan dengan wanita yang belum mahramnya, karena disitulah nanti syetan-syetan akan masuk dan menggoda.          Dari Ibnu Abbas ra. berkata : saya mendengar Rasulullah SAW bersabda ; “Janganlah seorang laki-laki berdua-duaan (Khalwat) dengan wanita kecuali bersama mahramnya”. (HR. Bukhari 9/330, Muslim 1341).        Dari Jabir bin Samurah berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Janganlah salah seorang dari kalian berdua-duaan dengan seorang wanita, karena syetan akan menjadi yang ketiganya”. (HR. Ahmad 1/18, Tirmidzi 3/374 dengan sanad Shahih, lihat Takhrij Misykah 3188).   Sudah menjadi barang tentu, ketika syetan sudah mengganggu, menipu, dan merayu, maka manusia yang lemah dalam iman akan mudah sekali tergoda dengan nafsu. 2. Menundukan Pandangan Terhadap Lawan Jenis         Ini juga menjadi sebuah hal wajib sebelum menjadi mahram, menundukan pandangan terhadap lawan jenis yang dikhawatirkan akan menimbulkan ketertarikan yang diikuti dengan zina mata, pikiran, maupun nantinya perbuatan. Tidak diperbolehkan laki-laki dan wanita yang masih lemah dalam iman saling padnang-memandang dengan penuh ketertarikan baik biologis maupun yang lain.         Allah memerintahkan kaum laki-laki untuk menundukan pandangannya, sebagaimana firman-Nya : Katakanlah kepada laki-laki yang beriman : “Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya”. (QS. An-Nur : 30).         Sebagaimana hal ini juga diperintahkan kepada wanita beriman, Allah berfirman : Dan katakanlah kepada wanita yang beriman : “Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya.” (QS. An-Nur : 31).        Dari Firman Allah Ta’ala di atas, sudah menjadi barang wajib bagi laki-laki maupun wanita untuk menjaga pandangan. Karena dari pandanganlah zina-zina lain bisa bermunculan. 3. Adanya Pembatas Antara Laki-laki dan Perempuan         Ini dimaksudkan, ketika kita yang sering berkomunikasi, rapat kerja, maupun kegiatan lain dalam beribadah untuk memberikan pembatas (hijab) di antara keduanya. Sebagai bentuk usaha dalam menjaga tatanan derajat keimanan kepada Allah Ta’ala. Khususnya, mereka yang sering mengadakan rapat maupun bercengkrama dengan kaitannya lawan jenis yang belum mahramnya.          Firman Allah Ta’ala : “Dan apabila kalian meminta sesuatu kepada mereka (para wanita) maka mintalah dari balik hijab”. (QS. Al-Ahzab : 53) 4. Menutup Aurat Baik Laki-Laki Maupun Perempuan         Ini juga menjadi barang wajib, sesuai dengan syari’at yang ada pada islam itu sendiri. Aurat adalah tempat bermuaranya dosa. Kenapa ? Karena, dengan tidak terjaganya aurat, maka disitulah nafsu yang diikuti dengan rayuan syetan akan menggerogoti jiwa. Seorang laki-laki muslim diwajibkan menjaga auratnya baik terhadap sesame laki-laki maupun dengan lawan jenis, begitu pula sebaliknya.           Perintah menutup aurat berlaku bagi semua jenis, sebagaimana sebuah hadits : Dari Abu Sa’id Al-Khudri ra. berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Janganlah seorang laki-laki memandang aurat laki-laki, begitu juga wanita jangan melihat aurat wanita”. (HR. Muslim 1/641, Abu Dawud 4018, Tirmidzi 2793, Ibnu Majah 661).            Selain itu, dalam menutup aurat, wanita juga perlu benar-benar memahami dan mengamalkan. Allah berfirman : “Dan janganlah mereka menampakan perhiasannya, kecuali yang biasa nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya”. (QS. An-Nur : 31).            Juga firnan-Nya : Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mu’min : “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Ahzab : 59).  5. Tidak Mendayukan Ucapan         Wanita dilarang mendayukan ucapannya terhadap lawan jenis yang belum menjadikan dirinya sebagi mahram. Karen, hakikatnya suara yang diucapkan dari wanita, ketika tidak bisa mengelolanya maka itu juga merupakan aurat yang bisa mengundang nafsu bagi para lelaki baik yang beriman maupun tidak. Suara yang mendayu-dayu hanya diperbolehkan bagi mahramnya.            Firman Allah : “Hai istri-istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara

Bagimana Etika Pergaulan Dengan Lawan Jenis Dalam Islam ? Inilah 6 Tips Yang Harus Dipahami ! Read More »

4 Macam Syirik Asghar ( Kecil ) Yang Ada di Sekitar Kita ! Wajib kita Baca

Syirik Asghar, adalah salah satu macam syirik yang tidak disukai oleh Allah SWT. Syirik Asghar atau syirik kecil merupakan bahaya tersendiri bagi kita, sebagai umat manusia. Kita sering melupakan dantidak berhati-hati dalam bertindak, sehingga kita sering terjerumus sebagai seorang yang syirik, walaupun hanya kecil. Namun, Allah SWT sangat membenci orang-orang yang melakukan syirik. Syirik adalah itikad ataupun perbuatan yang menyamakan sesuatu selain Allah dan disandarkan pada Allah dalam hal rububiyyah dan uluhiyyah. Umumnya, menyekutukan dalam Uluhiyyah Allah yaitu hal-hal yang merupakan kekhususan bagi Allah, seperti berdo’a kepada selain Allah, atau memalingkan suatu bentuk ibadah seperti menyembelih (kurban), bernadzar, berdo’a dan sebagainya kepada selain-Nya. Al-Imam adz-Dzahabi di dalam kitab al-Kabair menyebutkan beberapa fenomena dan bentuk syirik ashghar (syirik kecil), antara lain : 1. Meninggalkan Shalat Karena Malas Sering kita terlena dengan kehidupan dunia. Sehingga terkadang masalah shalat ini sering ditunda, bahkan dilalaikan. Banyak juga yang menyekutukan shalat dengan hal – hal lain Karena kegelapan jalan dalam hidup mereka. Manusia dimanjakan dengan teknologi, dimanjakan dengan kekayaan, dimanjakan dengan apapun yang hakikatnya jika tidak dimanfaatkan dengan baik, maka hanya menimbulkan mudharat. Melalaikan shalat karena malas, sangat berbahaya. Adapun jika meninggalkannya karena malas atau menganggap enteng maka dia telah melakukan dosa besar yang sangat besar, berdasarkan sabda Nabi, “Perjanjian antara kami dengan mereka adalah shalat, maka barang siapa yang meninggalkannya dia telah kafir.” (HR Ahmad, shahihul jami’, 4143) Shalat merupakan ibadah yang sudah digariskan sebagai umat muslim khususnya. Begitu pula dengan shalat wajib, maupun Shalat Sunnah, semuanya mendapat porsi masing-masing. Dalam menjalankan shalat yang didalamnya harus memaknai arti khusu’ dan tuma’ninah, maka manusia sudah sepantasnya menjaga dan berusaha terus meningkatkan keimanan mereka dengan terus belajar dan menuntut ilmu. Juga dengan hadist di bawah ini, “Antara seseorang dengan kesyirikan dan kekufuran adalah bila dia meninggalkan shalat.” (HR. Muslim) 2. Bersumpah dengan Selain Allah Kita secara sadar maupun tidak, sering menjumpai yang seperti ini. Di antara bentuk syirik ashghar yang banyak terjadi di masyarakat adalah bersumpah dengan selain Allah SWT. Rasulullah  telah bersabda,  “Barang siapa yang bersumpah dengan selain Allah maka dia telah menyekutukan Allah.” (HR. Ahmad, shahihul jami’ no.6204)  Beliau juga telah bersabda,  “Ketahuilah, sesungguhnya Allah telah melarang kalian bersumpah dengan nama bapak-bapak kalian. Barang siapa bersumpah maka hendaknya dia bersumpah dengan nama Allah atau (kalau tidak) hendaknya dia diam.” (HR al-Bukhari, al-Fath 11/530) Maka, manusia dilarang melakukan sumpah dengan menyekutukan Allah pada makhluk lain. Dilarang dan tidak diperbolehkan setiap muslim dengan menyebut selain Allah SWT. “Barang siapa yang bersumpah dan dia berkata di dalam sumpahnya tersebut dengan menyebut Latta dan Uzza maka hendaknya dia mengucapkan la ilaha illallah.” (HR al-Bukhari di dalam al-Fath 11/546) Rasulullah telah bersabda, “Janganlah kalian mengucapkan, “Atas kehedak Allah dan kehendak fulan” akan tetapi ucapkanlah, “Atas kehendak Allah kemudian kehendak fulan.” (HR Abu Dawud, dalam silsilah shahihah, 137) 3. Riya’ Dalam Beribadah Bahaya syirik yang ketiga adalah riya’ dalam beribadah. Seseorang yang beribadah bukan karena Allah semata, melainkan karena ingin dianggap hebat, alim, dan sebagainya. Ibadah karena ingin dilihat oleh makhluk lain, merupakan hal yang berbahaya, karena Allah membencinya dan akan meinggalkannya. Dalil yang menjelaskan hal itu adalah sebuah hadits qudsi dari dari Rasulullah, bahwa Allah berfirman, artinya, “Aku tidak membutuhkan sekutu-sekutu, barang siapa yang mengerjakan suatu perbuatan di dalamnya menyekutukan Aku dengan selain-Ku maka Aku tinggalkan dia dan sekutunya.” (HR Muslim) 4. Jimat dan Sejenisnya Pecaya dengan selain Allah SWT, menduakannya dengan benda lain. Berkeyakinan bahwa manfaat atau kesembuhan dapat diperoleh dari benda-benda yang tidak pernah dijadikan oleh Allah sebagai sebab untuk mendapatkannya. Seperti keyakinan sebagian orang terhadap jimat-jimat, benda pusaka, tuah, logam-logam tertentu, rajah-rajah syirik yang diberikan dan ditulis oleh para dukun dan tukang sihir. Jika seseorang berkeyakinan bahwa benda-benda tersebut memberikan manfaat, selain Allah maka dia telah musyrik. Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang menggantungkan jimat maka dia telah syirik.” (HR. Ahmad, silsilah hadits shahihah 492) Segala bentuk syirik  asghar harus kita hindari, jika sudah terlanjur, maka sudah sepantasnya kita bertaubat dan berbenah diri. Memperbaiki kembali hubungan kita dengan Allah SWT, sebagai hubungan dari seorang hamba kepada Sang Pencipta. Sources : Sumber: Mukhtashar Kitab al-Kabair, Imam adz-Dzahabi, muraja’ah dan taqdim Dr. Abdur Rahman ash Shalih al-Mahmud. (AAT)

4 Macam Syirik Asghar ( Kecil ) Yang Ada di Sekitar Kita ! Wajib kita Baca Read More »

Hal Hal Yang Membatalkan Puasa Di Bulan Ramadhan ! Wajib Anda Baca

Hal Hal Yang Membatalkan Puasa Ramadhan Puasa dalam bahasa Arab  (صوم /shaum) berarti “Menahan Diri” dari makan dan minum serta dari semua perkara yang dapat membatalkan puasa mulai dari terbit fajar shidiq (subuh) sampai terbenam matahari (maghrib). Berkaitan dengan puasa, sudah menjadi barang tentu ada dua macam puasa, wajib dan sunah. Nah, di kesempatan kali ini saya akan mencoba mengupas mengenai puasa wajib, khususnya di bulan Ramadhan Tahun ini. Pertama kali yang ingin saya bahas adalah mengenai hal-hal apa saja yang bisa membatalkan puasa. Adapun ketika kita menjalankan puasa, sudah menjadi barang wajib untuk memperhatikan beberapa hal yang bisa membatalkan puasa, antara lain : 1. Makan Dan Minum Disengaja Dasarnya adalah Q.S. Al-Baqarah: 187, “.. .makan dan minumlah hingga waktu fajar tiba (yang) dapat membedakan antara benang putih dan hitam…”. 2. Jima’ Melakukan jima’ siang hari dengan sengaja baik dengan istri atau suami termasuk dengan siapapun baik keluar mani atau tidak maka puasanya batal Bagi mereka yang berniat puasa pada malam harinya lalu pada siang harinya melakukan hal itu maka diwajibkan  Meng-qadha (mengganti) dan membayar kafarat dengan memerdekakan budak sebagai hukuman yang setara, jika tidak mampu  Mengganti puasa diluar bulan ramadhan selama 2 bulan berturut-turut, jika tidak mampu  Membayar fidyah untuk 60 orang fakir miskin, jika tidak mampu  Tetap menjadi tanggungan dan wajib membayar setelah mampu 3. Mengeluarkan Mani Dengan Sengaja. Mengeluarkan dengan melakukan masturbasi, onani, maupun sebab-sebab lain karena sengaja mengeluarkannya, membayangkan dengan sengaja sehingga menyebabkan air mani keluar. 4. Muntah Disengaja Memasukkan seuatu ke tenggorokan yang menyebabkan dengan sengaja muntah. Sebagaimana sabda Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam: مَنْ اسْتَقَاءَ فَعَلَيْهِ القَضَاء ”Barangsiapa yang muntah dengan sengaja maka wajib atasnya qodho’.” (Shahih, HR Hakim dan selainnya). 5. Haid Dan Nifas Haid bagi wanita. Diriwayatkan oleh Aisyah, haid membatalkan puasa, dan wanita yang masih mampu, wajib menggantinya. “Kami (kaum perempuan) diperintahkan mengganti puasa yang ditinggalkan, tetapi tidak diperintahkan untuk mengganti shalat yang ditinggalkan”. (H.R. Muslim) Nifas atau darah yang keluar dari kemaluan perempuan setelah melahirkan. Jika ia berpuasa dan mengeluarkan nifas, berarti puasanya tidak sah. 6. Memasukkan Jarum suntik Memasukkan cairan ke dalam jarum suntik, dan menyuntikkannya, yang membuat kenyang. 7. Gila (hilang akal) Keadaan gila, atau gangguan kejiwaan juga membatalkan puasa. Karena tidak diwajibkan orang gila berpuasa. 8. Menghisab asap rokok Dengan Sengaja  Menghisap asap rokok dengan sengaja, sebagaimana dengan definisi puasa adalah menahan diri dari makan dan minum, maka asap rokok juga dinamakan minum asap. Sehingga tidak diperbolehkan ketika berpuasa, merokok 9.Murtad atau keluar dari agama Islam Selain hal-hal di atas, ada beberapa hal yang tidak membatalkan puasa, antara lain : Hal-Hal Yang Tidak Membatalkan Puasa 1. Makan dan minum karena lupa, keliru (maksudnya, mengira sudah waktunya buka ternyata belum) atau terpaksa. Tidak wajib mengqodho’-nya ataupun membayar kafarat, sebagaimana sabda Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam ”Barangsiapa yang lupa sedangkan ia berpuasa, lalu ia makan dan minum, maka hendaklah ia menyempurnakan puasanya. Sesungguhnya Allah telah memberinya makan dan minum.” (Muttafaq ’alayhi). Dan sabda beliau, ”Sesungguhnya Allah mengangkat (beban taklif) dari umatku (dengan sebab) kekeliruan, lupa dan keterpaksaan.” (Shahih, HR Thabrani). 2. Berbekam, “Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam  pernah berbekam sedangkan beliau dalam keadaan berpuasa.” (muttafaq ’alayhi). Adapun hadits yang berbunyi,”Orang yang membekam dan dibekam batal puasanya” (Shahih, HR Ahmad) maka statusnya mansukh (terhapus) dengan hadits sebelumnya dan  dalil-dalil yang lainnya. 3. Mencium isteri, baik untuk orang yang telah tua maupun pemuda selama tidak sampai menyebabkan terjadinya jima’. Dari ’Aisyah Radhiyallahu Anha beliau berkata, ”Rasulullah pernah menciumi (isteri-isteri beliau) sedangkan beliau dalam keadaan berpuasa, beliau juga pernah bermesraan sedangkan beliau dalam keadaan berpuasa. Namun beliau adalah orang yang paling mampu menahan hasratnya,” (muttafaq ’alayhi). 4. Berkumur dan istinsyaq (menghirup air ke dalam rongga hidung) secara tidak berlebihan Sebagaimana sabda Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam  kepada Laqith bin Shabrah, أَسْبِغْ الْوُضُوءَ وَخَلِّلْ بَيْنَ الْأَصَابِعِ وَبَالِغْ فِي الِاسْتِنْشَاقِ إِلَّا أَنْ تَكُونَ صَائِمًا ”Sempurnakan wudhu’ dan sela-selailah jari jemari serta hiruplah air dengan kuat (istinsyaq) kecuali apabila engkau sedang berpuasa.” (Shahih, HR ahlus sunan). 5. Muntah tanpa disengaja Sebagaimana sabda Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam, ”Barangsiapa yang mengalami muntah sedangkan ia dalam keadaan puasa maka tidak wajib atasnya mengqodho’.”  (Shahih, HR Hakim). 6. Mimpi basah di siang hari walaupun keluar air mani. 7. Keluarnya air mani tanpa sengaja seperti orang yang sedang berkhayal lalu keluar (air mani). 8. Mengakhirkan mandi janabat, haidh atau nifas dari malam hari hingga terbitnya fajar. Namun yang wajib adalah menyegerakannya untuk menunaikan shalat. 9. Mandi pada siang hari untuk menyejukkan diri dari kehausan, kepanasan atau selainnya. 10. Menggunakan siwak kapan saja, dan yang semisal dengan siwak adalah sikat gigi dan pasta gigi, dengan syarat selama tidak masuk ke dalam perut. 11. Menggunakan obat-obatan yang tidak masuk ke dalam pencernaan seperti salep, celak mata, atau obat semprot (inhaler) bagi penderita asma. 12. Bercelak dan meneteskan obat mata ke dalam mata atau telinga walaupun ia merasakan rasanya di tenggorokan. 13. Mencicipi makanan dengan syarat selama tidak ada sedikitpun yang masuk ke dalam perut. 14. Suntikan (injeksi) selain injeksi nutrisi dalam berbagai jenisnya Karena sesungguhnya, sekiranya injeksi tersebut sampai ke lambung, namun sampainya tidak melalui jalur (pencernaan) yang lazim/biasa. 15. Gigi putus, atau keluarnya darah dari hidung (mimisan), mulut atau tempat lainnya.  16. Menelan air ludah yang berlendir (dahak), dan segala (benda) yang tidak mungkin menghindar darinya Seperti debu, tepung atau selainnya (partikel-partikel kecil yang terhirup hingga masuk tenggorokan dan sampai perut, pent.). 17. Menggunakan wewangian di siang hari pada bulan Ramadhan Baik dengan dupa, minyak maupun parfum. 18. Apabila fajar telah terbit sedangkan gelas ada di tangannya, maka janganlah ia meletakkan-nya melainkan setelah ia menyelesaikan hajat-nya Sebagaimana sabda Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam, إِذَا سَمِعَ أَحَدُكُمْ النِّدَاءَ وَالْإِنَاءُ عَلَى يَدِهِ فَلَا يَضَعْهُ حَتَّى يَقْضِيَ حَاجَتَهُ مِنْهُ ”Apabila salah seorang dari kalian telah mendengar adzan dikumandangkan sedangkan gelas masih berada di tangannya, maka janganlah ia meletakkannya sampai ia menyelesaikan hajat-nya tersebut.” (Shahih, HR Abu Dawud).  Berikut di atas mengenai hal-hal yang membatalkan puasa dan yang tidak membatalkan puasa. Mudah-mudahan bermanfaat dan bisa saling berinvestasi ibadah di ramadhan tahun ini.Baca Juga :4 HAL YANG PERLU DIPERSIAPKAN UNTUK MENYAMBUT RAMADHAN TAHUN INI !

Hal Hal Yang Membatalkan Puasa Di Bulan Ramadhan ! Wajib Anda Baca Read More »

4 Hal Yang Perlu Dipersiapkan Untuk Menyambut Ramadhan Tahun Ini !

4 Hal Yang Perlu Dipersiapkan Untuk Menyambut Ramadhan             Ramadhan adalah sebaik-baiknya bulan yang memiliki keistimewaan, dimana bulan Ramadhan adalah  bulan yang penuh ampunan dan rahmat dari Allah SWT.  Allah SWT membuka ladang ampunan sebesar-besarnya bagi hamba-Nya yang bertaqwa kepada-Nya. Melipat gandakan setiap ibadah yang dikerjakan oleh hamba-Nya yang bilangannya hanya Allah Ta’ala yang Maha Mengetahui.             Di bulan suci Ramadhan ini, ada amalan wajib yaitu shaum Ramadhan dan ada amalan sunnah yaitu qiyam Ramadhan, yang ditegaskan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa salam mampu menghapuskan dosa-dosa yang telah lalu. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: «مَنْ صَامَ رَمَضَانَ، إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ» Barang siapa melakukan puasa Ramadhan karena keimanan dan mengharapkan pahala di sisi Allah, niscaya dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni. (HR. Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760). «مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ» Barang siapa melakukan shalat malam Ramadhan (tarawih dan witir) karena keimanan dan mengharapkan pahala di sisi Allah, niscaya dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni. (HR. Bukhari no. 37 dan Muslim no. 759). Namun perlu dipahami bahwa tidak semua dosa-dosa yang telah lalu bisa dihapuskan oleh amalan puasa Ramadhan, shalat tarawih dan shalat witir di bulan Ramadhan. Dosa-dosa yang telah lalu dan bisa dihapuskan tersebut adalah sebatas dosa-dosa kecil semata. Sementara dosa-dosa besar tidak akan terhapus “hanya” dengan puasa Ramadhan, shalat tarawih dan shalat witir di bulan Ramadhan. Dalil-dalil yang menjelaskan hal tersebut adalah firman Allah Ta’ala: إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلًا كَرِيمًا Jika kalian menjauhi dosa-dosa besar yang kalian diperintahkan untuk menjauhinya, niscaya Kami akan menghapuskan kesalahan-kesalahan (dosa-dosa kecil) kalian dan Kami memasukkan kalian ke dalam tempat yang mulia (surga). (QS. An-Nisa’ [4]: 31).             Dengan keseluruhan keistimewaan dan janji yang sudah digariskan oleh Allah SWT bagi hamba-hamba yang senantiasa bertaqwa kepada-Nya, maka perlu 4 hal dalam diri guna menyambut datangnya bulan suci Ramadhan, yaitu : 1.    Persiapan Ruhiyah (Keimanan) Ini adalah langkah yang paling awal, maksudnya keimanan akan sangat penting sebagai landasan awal dalam membangun diri mengisi ibadah-ibadah di bulan suci Ramadhan. Disamping dibarengi dengan hati yang ikhlas, dan niat yang benar dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Selain itu juga dibutuhkan latihan pengendalian diri, maksudnya diri dilatih untuk menjaga pandang dan hawa nafsu, sedari bulan-bulan sebelum datangnya bulan suci Ramadhan. Bahkan para sahabat biasanya mempersiapkan dirinya menyambut bulan suci enam bulan lamany. Rasulullah saw, mengajarkan kepada kita tentang sebuah do’a menjelang Ramadhan, yaitu:  (ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikan usia kami di bulan Ramadhan). 2.    Persiapan Jasadiyah (Jasmani) Dalam menyambut bulan suci penuh berkah ini, jasmani juga perlu disiapkan sebagai bekal dalam melakukan ibadah-ibadah terbaik yang dilaksanakan karena Allah Ta’ala semata. Jasmani yang baik harus dibarengi dengan olahraga yang teratus serta makan-makanan yang bergizi, selain istirahat yang cukup. Agar diri tidak kaget, maka biasakan juga shaum Sunnah sebagai latihan sekaligus bukti kegembiraan dalam menyambut bulan suci ramadhan 3.    Persiapan Tsaqafiyah (Keilmuan) Dalam melaksanakan ibadah di bulan suci Ramadhan, maka harus dibekali dengan ilmu dan wawasan yang baik, agar hasilnya menjadikan diri menjadi lebih baik. Untuk itu peran keilmuan sangat penting sebagai landasan mengapa kita melakukan ibadah tersebut. Dengan memahami tata cara ibadah dengan benar, akan berdampak dalam meraih pahala, dan ibadah akan mungkin untuk diterima. Rasulullah saw, bersabda:”Barangsiapa yang melakukan suatu perbuatan (ibadah) yang bukan urusan (agama/contoh) kami, maka ibadah tersebut tertolak” (HR. Muslim). 4.    Persiapan Maaliyah (harta) Harta yang kita kumpulkan selama kita menjalani aktivitas keduniawian di bulan-bulan sebelumnya, maka di bulan Ramadhan ini, cukupkan harta dengan memberikan sedekah-sedekah, selain memang kita sebagai umat manusia dianjurkan untuk sedekah sebagai pembersih diri. Jangan merasa akan miskin ketika kita banyak bersedekah, karena dengan banyak bersedekah justru Allah SWT akan menyukupkan segala yang dibutuhkan.Demikian 4 hal yang perlu disiapkan dalam menyambut bulan suci Ramadahan, dalam menyambutnya kita perlu mempersiapkan dengan matang dan dilandasi ikhlas melaksanakan ibadah-ibadah yang diwajibkan dan dianjurkan sebagaimana agama kita memberikan keterangannya. Jadikan Ramadhan tahun ini sebagai Ramadhan yang baik dan penuh barakah. Baca Juga : Hal-hal yang membatalkan Puasa Ramadhan

4 Hal Yang Perlu Dipersiapkan Untuk Menyambut Ramadhan Tahun Ini ! Read More »

4 Hal Yang Perlu Dipersiapkan Untuk Menyambut Ramadhan Tahun Ini

4 Hal Yang Perlu Dipersiapkan Untuk Menyambut Ramadhan             Ramadhan adalah sebaik-baiknya bulan yang memiliki keistimewaan, dimana bulan Ramadhan adalah  bulan yang penuh ampunan dan rahmat dari Allah SWT.  Allah SWT membuka ladang ampunan sebesar-besarnya bagi hamba-Nya yang bertaqwa kepada-Nya. Melipat gandakan setiap ibadah yang dikerjakan oleh hamba-Nya yang bilangannya hanya Allah Ta’ala yang Maha Mengetahui.             Di bulan suci Ramadhan ini, ada amalan wajib yaitu shaum Ramadhan dan ada amalan sunnah yaitu qiyam Ramadhan, yang ditegaskan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa salam mampu menghapuskan dosa-dosa yang telah lalu. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: «مَنْ صَامَ رَمَضَانَ، إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ» Barang siapa melakukan puasa Ramadhan karena keimanan dan mengharapkan pahala di sisi Allah, niscaya dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni. (HR. Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760). «مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ» Barang siapa melakukan shalat malam Ramadhan (tarawih dan witir) karena keimanan dan mengharapkan pahala di sisi Allah, niscaya dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni. (HR. Bukhari no. 37 dan Muslim no. 759). Namun perlu dipahami bahwa tidak semua dosa-dosa yang telah lalu bisa dihapuskan oleh amalan puasa Ramadhan, shalat tarawih dan shalat witir di bulan Ramadhan. Dosa-dosa yang telah lalu dan bisa dihapuskan tersebut adalah sebatas dosa-dosa kecil semata. Sementara dosa-dosa besar tidak akan terhapus “hanya” dengan puasa Ramadhan, shalat tarawih dan shalat witir di bulan Ramadhan. Dalil-dalil yang menjelaskan hal tersebut adalah firman Allah Ta’ala: إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلًا كَرِيمًا Jika kalian menjauhi dosa-dosa besar yang kalian diperintahkan untuk menjauhinya, niscaya Kami akan menghapuskan kesalahan-kesalahan (dosa-dosa kecil) kalian dan Kami memasukkan kalian ke dalam tempat yang mulia (surga). (QS. An-Nisa’ [4]: 31).             Dengan keseluruhan keistimewaan dan janji yang sudah digariskan oleh Allah SWT bagi hamba-hamba yang senantiasa bertaqwa kepada-Nya, maka perlu 4 hal dalam diri guna menyambut datangnya bulan suci Ramadhan, yaitu : 1.    Persiapan Ruhiyah (Keimanan) Ini adalah langkah yang paling awal, maksudnya keimanan akan sangat penting sebagai landasan awal dalam membangun diri mengisi ibadah-ibadah di bulan suci Ramadhan. Disamping dibarengi dengan hati yang ikhlas, dan niat yang benar dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Selain itu juga dibutuhkan latihan pengendalian diri, maksudnya diri dilatih untuk menjaga pandang dan hawa nafsu, sedari bulan-bulan sebelum datangnya bulan suci Ramadhan. Bahkan para sahabat biasanya mempersiapkan dirinya menyambut bulan suci enam bulan lamany. Rasulullah saw, mengajarkan kepada kita tentang sebuah do’a menjelang Ramadhan, yaitu:  (ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikan usia kami di bulan Ramadhan). 2.    Persiapan Jasadiyah (Jasmani) Dalam menyambut bulan suci penuh berkah ini, jasmani juga perlu disiapkan sebagai bekal dalam melakukan ibadah-ibadah terbaik yang dilaksanakan karena Allah Ta’ala semata. Jasmani yang baik harus dibarengi dengan olahraga yang teratus serta makan-makanan yang bergizi, selain istirahat yang cukup. Agar diri tidak kaget, maka biasakan juga shaum Sunnah sebagai latihan sekaligus bukti kegembiraan dalam menyambut bulan suci ramadhan 3.    Persiapan Tsaqafiyah (Keilmuan) Dalam melaksanakan ibadah di bulan suci Ramadhan, maka harus dibekali dengan ilmu dan wawasan yang baik, agar hasilnya menjadikan diri menjadi lebih baik. Untuk itu peran keilmuan sangat penting sebagai landasan mengapa kita melakukan ibadah tersebut. Dengan memahami tata cara ibadah dengan benar, akan berdampak dalam meraih pahala, dan ibadah akan mungkin untuk diterima. Rasulullah saw, bersabda:”Barangsiapa yang melakukan suatu perbuatan (ibadah) yang bukan urusan (agama/contoh) kami, maka ibadah tersebut tertolak” (HR. Muslim). 4.    Persiapan Maaliyah (harta) Harta yang kita kumpulkan selama kita menjalani aktivitas keduniawian di bulan-bulan sebelumnya, maka di bulan Ramadhan ini, cukupkan harta dengan memberikan sedekah-sedekah, selain memang kita sebagai umat manusia dianjurkan untuk sedekah sebagai pembersih diri. Jangan merasa akan miskin ketika kita banyak bersedekah, karena dengan banyak bersedekah justru Allah SWT akan menyukupkan segala yang dibutuhkan. Demikian 4 hal yang perlu disiapkan dalam menyambut bulan suci Ramadahan, dalam menyambutnya kita perlu mempersiapkan dengan matang dan dilandasi ikhlas melaksanakan ibadah-ibadah yang diwajibkan dan dianjurkan sebagaimana agama kita memberikan keterangannya. Jadikan Ramadhan tahun ini sebagai Ramadhan yang baik dan penuh barakah.

4 Hal Yang Perlu Dipersiapkan Untuk Menyambut Ramadhan Tahun Ini Read More »

Khasiat dan keutamaan minum air zam-zam ? Berikut Penjelasannya dan juga Manfaat minum air zam-zam untuk…

Dari Ibnu Abbas RA, bahwasannya Nabi Muhammad SAW, bersabda tentang air zam zam yang artinya sebagai berikut “ Sebaik-baiknya air dipermukaan bumi ialah air zam zam, padanya terdapat makanan yang menyegarkan dan padanya terdapat penawar bagi penyakit”. Airzam-zam adalah air yang istimewa bagi umat Islam. Zamzam merupakan sumur mata air yang terletak di kawasan Masjidil Haram, sebelah tenggara Kabah, berkedalaman 42 meter. Banyak peziarah yang melakukan ibadah Haji dan Umrah yang berkunjung ke sumur Zamzam, dan sebagian membawa pulang air Zamzam sebagai oleh-oleh. Berbicara mengenai zam-zam, Benar, air zam-zam memiliki keistimewaan dalam zat-zat yang dikandungnya. Tentang hal ini, Banyak peneliti yang sudah membuktikannya. Sepertti yang dilakukan oleh peneliti Pakistan, yang sengaja melakukan penelian panjang, dan akhirnya mereka menemukan hal tersebut. Selain itu, juga dilakukan oleh Pusat Penelitian Haji yang sekali lagi menyatakan bahwa air zam-zam adalah air yang menakjubkan, yang berbeda dengan air pada umunya. Untuk itu, berikut kita kupas beberapa keistimewaan yang terdapat pada zam-zam, antara lain : Air Zam-zam memiliki Zero Bakteri Sami Unqowy, Eng., Ketua Pusat Penelitian Haji, “Ketika kami melakukan penggalian untuk perluasan sumur zam-zam, maka setiap kali mengambil air zam-zam tersebut semakin bertambah air yang keluar, setiap kami mengambil airnya, bertambah pula air dari sumur zam-zam itu, …maka kami menyibukkan diri untuk memompa (menyedot) air zam-zam itu dengan tiga kali sedotan agar kering sehingga memudahkan kami dalam memasang pondasi. Lalu, kami pun melakukan penelitian terhadap air zam-zam dari celah-celah mata airnya untuk mengetahui ada tidaknya bakteri. Maka, ternyata air zam-zam tesebut tidak mengandung satu jenis bakteri pun!! Murni dan bersih Air Zam-zam dari Zaman Rasulullah SAW Air Zam-zam yang kita minum ketika melaksanakan Ibadah Haji maupun Umroh, atau yang didapat dari sanak kerabat yang sengaja digunakan sebagai oleh-oleh, masih bisa kita nikmati sampai sekarang, dan terus mengalir sejak zaman Rasulullah SAW,  sampai kini. Usia Sumur Zam-zam yang sudah beribu tahun Mungkin hal ini sering kita lupakan, coba kita perhatikan jika usia sumur biasa untuk tetap bisa mengeluarkan air paling 50 – 100 tahun, lalu dikeduk airnya dan habis. Maka air zam-zam ini terus-menerus mengeluarkan air sejak ribuan tahun lalu. Air Zam-zam yang dimuliakan Rasulullah bersabda, “Air zam-zam adalah sesuai dengan tujuan orang yang meminumnya.” (HR. Ahmad.) Rasululah kabarkan: ماء زمزم لما شرب له، إن شربته تستشفي شفاك الله، وإن شربته لشبعك أشبعك الله – وإن شربته لقطع ظمئك قطعه الله، وهي هزمة جبريل وسقيا الله إسماعيل (رواه الدارقطني) Air zam-zam tergantung niat orang yang meminumnya; jika engkau meniatkan dalam meminumnya untuk mengobatimu, maka Allah akan menyembuhkanmu; jika engkau niatkan agar engkau kenyang, maka Allah menjadikanmu kenyang; jika engkau meniatkannya untuk menghilangkan haus, maka Allah akan menghilangkan kehausanmu, dan zam-zam itu adalah cekungan yang dibuat oleh Jibril dan air yang mengalir yang Allah berikan kepada Ismail (HR. Daraquthni). Ketika seseorang meminumnya dengan penuh kesadaran taat kepada Allah SWT, maka air zam-zam sesuai dengan doa dan tujuan untuk hamba-Nya yang mau beribadah hanya kepada Allah SWT, bukan menduakan-Nya. Akan tetapi do’a syaratnya adalah pelakunya harus yakin doanya akan dikabulkan; ia memenuhi perintah Allah; orang yang berdo’a memenuhi syarat sebagaimana firman Allah: وإذا سألك عبادي عني فإني قريب، أجيب الدعوة الداع إذا دعان، فليستجيبوا لي وليؤمنوا بي لعلهم يرشدون (البقرة: 186) Dan jika para hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka jawablah bahwa Aku dekat; Aku mengabulkan do’anya orang-orang yang berdoa, maka hendaklah mereka memenuhi perintah-Ku dan mengimani Aku agar mereka mendapat bimbingan (Q.S. Al-Baqarah: 186). “Dari Jabir dan Ibnu ‘Abbas, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Air Zam-Zam, tergantung niat orang yang meminumnya.” Ibnu Taimiyyah berkata,”Seseorang disunnahkan untuk meminum air Zam-Zam sampai benar-benar kenyang, dan berdoa ketika meminumnya dengan doa-doa yang dikehendakinya. Tidak disunnahkan mandi dengannya (menggunakan air Zam-Zam).” Sumber: Anta Tas’al wa Syaikh Al-Zindani Yujib haula Al-I’jaz Al-Ilmiy fii Al-Qur’an wa Al-Sunnah Baca Juga : MENGAPA PERLU MENGHAFAL AL QUR’AN? INILAH PENTINGNYA KEUTAMAAAN DALAM MENGHAFAL AL QUR’AN…

Khasiat dan keutamaan minum air zam-zam ? Berikut Penjelasannya dan juga Manfaat minum air zam-zam untuk… Read More »