Artikel

Tips Sederhana Agar Anak Balita Kita Bisa Hafal Al-Qur’an

 Bina Insan Sahabat Al Qur’an  –  Bagi orang tua muslim adalah sebuah kebanggaan dan sekaligus impian memiliki anak yang bisa menghafal Al-Qur’an atau yang biasa dikenal dengan sebutan hafidz. Impian maupun keinginan agaknya tak akan bisa terwujud apabila para orang tua tidak melakukan aksi nyata dalam mewujudkan impianya itu, berikut ini tips sederhana bagi para orang tua dalam melatih putra atau putrinya aga bisa menghafal Al-Qur’am Fase 1 : Usia anak 0 sampai 2 tahunMulailah dengan mengenalkan surat Al-Fatihah, mengingat surat ini sangat penting kedudukanya dan utama terutama kelak bila sang anak udah bisa Sholat, ayat ini wajib untuk dilantunkan ketika Sholat. Bagaimana caranya :-Tiap hari 4 kali waktu (pagi, siang, sore, malam)-Tiap 1 waktu satu surat diulang 3x-Setelah hari ke-5 ganti surat An Naas dengan metode yang sama-Tiap 1 waktu surat yg lain-lain diulang 1×2 Fase 2 :Usia anak 2 sampai 4 tahun :Metode yang digunakan pada fase 2 ini tetap sama dengan Fase 1, hanya saja ada penambahan kadarnya. Jumlah ayat yang dihafalkan mulai ditambahkan kuantitasnya. Fase 3 : Usia anak 4 – 5 tahunPada Fase ke 3 ini, usia anak sudah semakin matang, maka pendekatan orang tua dalam mengajarkan menghafal Al-Qur’an harus lebih intensif.-Mulai atur konsentrasi dan waktu untuk menghafal serius-Ajari muraja’ah sendiri-Ajari menghafal sendiri-Selalu dimotivasi supaya semagat selalu terjaga-Waktumenghafal 3-4x perhari Semoga akan semakin banyak lahir anak-anak penghafal Al-qur’an dari para keluarga Muslim.Sumber

Tips Sederhana Agar Anak Balita Kita Bisa Hafal Al-Qur’an Read More »

Kaedah Mendidik Anak Menghafal Al- Quran Cara Cepat & Berkesan

Bina Insan Sahabat Al Qur’an  – Sebagai seorang muslim, mempunyai anak yang boleh menghafal Al Quran adalah satu kebanggaan dan haruslah menjadi sebuah cita-cita kepada semua ibu bapa. Bagaimana agar anak kita yang masih 6–8 tahun dapat dengan mudah menghafal Al Quran? Disini ada beberapa cara yang berkesan yang dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. 1. Perdengarkan bacaan Al Quran seoptimum mungkin Pernah mendengar anak kecil sudah hafal satu lirik lagu kumpulan nyanyian orang dewasa? Apa yang membuatnya begitu menghafalnya? Ya, kerana terlalu sering mendengarnya. Perkara yang sama juga berlaku pada bacaan Al Quran. Semakin sering kita memperdengarkan ayat Al Quran kepada anak-anak, semakin banyak kesempatannya untuk dapat menghafal Al Qur’an. Bila lagu yang tidak disengajakan pun dapat dihafal, bagaimana jika kita memang menyusun “strategi” untuk secara sengaja memperdengarkannya secara berterusan? Insya Allah hasilnya lebih baik lagi. 2. Beri Hadiah Anak seusia ini menyukai pujian. Jika ingin membuatnya bersemangat, puji mereka. Bentakan, ancaman, dan tekanan tidak membuat mereka termotivasi kerana mereka tidak menyukainya. Menekan hanya akan membuat mereka trauma dan malas menghafal. Menekan juga hanya akan menjadikan proses menghafal sebagai suatu proses yang ditakuti. Sebaliknya, berikanlah penghargaan (reward). Reward tidak harus mahal kerana tujuannya adalah untuk membuat mereka berasa dihargai setelah “bekerja keras” menghafal Al Quran. Perkara ini juga bermaksud menjaga rasa senang si anak. Rasa senang anak perlu dijaga dalam proses menghafal kerana learning is most effective when fun. Penghargaan atau reward dapat menjadi satu pakej rangsangan dengan sanjungan. Bila menerima ini, mereka seperti mendapat double reward: sudah diberi hadiah, disanjung pula. Insya Allah mereka akan semangat menghafal. 3. Berceritalah Berceritalah secara ringkas mengenai ayat atau surah yang akan dihafal anak kita. Dengan mendengar cerita, anak dapat membayangkan kandungan surah. Hal ini membuat mereka merasa bahawa ayat-ayat Al Quran itu membumi, dekat dengannya kerana mudah difahami. Bercerita juga bererti menuntut ibu bapa sendiri agar juga menghafal atau setidaknya memahami kandungan ayat atausurah dengan baik. Maka proses menghafal bukanlah proses khusus si anak semata-mata, tetapi kerjasama yang baik antara anak dan ibu bapa. 4. Gambaran Selain bercerita, Anda juga dapat membuat gambaran yang berkaitan dengan ayat atau surah yang dihafal. Efek visual dapat menarik perhatian anak lebih banyak. 5. Guru yang Kompeten Pilihlah guru Al-Quran yang kompeten. Sebolehnya seorang yang menghafal 30 juz Al Quran, berpenampilan menarik, dan menyenangkan. Untuk menghadapi anak kecil, dia jugalah harus inovatif dan kreatif. Dia tidak boleh kaku kerana yang dihadapi adalah seorang makhluk yang masih dalam tahap perkembangan dan belum banyak memahami seperti orang dewasa. Dia juga harus bersedia duduk dan bermain bersama. Guru yang seperti ini akan membuat anak selesa bersamanya sehingga insya Allah diharapkan semangatnya untuk menghafal pun bertambah. Sumber

Kaedah Mendidik Anak Menghafal Al- Quran Cara Cepat & Berkesan Read More »

Benarkan Lupa Hafalan Al Qur’an itu Dosa?

Bina Insan Sahabat Al Qur’an  – Benarkan lupa hafalan Al Qur’an itu dosa? Jawaban Orang cerdas adalah orang yang selalu ingat nikmat Allah yang telah dianugerahkan kepadanya. Karena dengan ingat kita akan selamat. Sebagaiaman jika kita ingat dimana uang ratusan juta rupiah kita simpan, maka tentu kita dapat membelanjakannya sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan kita. Akan tetapi, jika sebaliknya kita lupa dimana uang ditaruh, pada hal kebutuhan sangat mendesak demi keselamatan hidup bersama keluaraga yang kita cintai, maka tentu binasalah kita, dan ini hamper-hampir mustahil terjadi pada kita. Padahal demikian itu, adalah gambaran kecil bagamaina nasib buruk seseorang terjadi karena lupa terhadap nikmat yang sedikit dan sifatnya semestara. Bayangkan, jika yang dilupakan itu adalah al-Qur’an sebagai satu-satunya nimat terbesar yang telah dianugerahkan oleh  Allah swt. kepada hamba-hambanya, apakah kita berani bersikap sembrono dengan tidak menjaganya sebaik-baik penjagaan, sehingga akibatnya kita menjadi lupa?. Sungguh sangat ironi tentunya. Apakah kita ingin selamat dari bencana kecil, sedangkan bencana yang lebih besar kita justeru mengabaikannya? Karena itu, sebenarnya hukum haram disini, bukan berarti karena lupanya seseorang terhadap al-Qur’an, akan tetapi keharaman itu adalah disebabkan karena ia telah mendzalimi dirinya sendiri, ketika ia telah membinasakannya akibat dari sikap berpaling dari al-Qur’an al-Karim. Sebagaiaman firman Allah swt. dalam surat Toha: :124-126 وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى (124) قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَى وَقَدْ كُنْتُ بَصِيرًا (125) قَالَ كَذَلِكَ أَتَتْكَ آيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا وَكَذَلِكَ الْيَوْمَ تُنْسَى (126) 124. dan Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam Keadaan buta”. 125. berkatalah ia: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam Keadaan buta, Padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?” 126. Allah berfirman: “Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, Maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan”. Dari ayat di atas jelas menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan lupa yang haram adalah I’rodh yang artinya berpaling dengan sengaja dari alquran yang dapat menghancurkan dua kehidupan:     – Di dunia mendapati kehidupan yang sempit, pada hal Allah swt. telah menjadikan bumi ini luas.    – Di Akhirat dalam keadaan buta mata kepalanya sehingga tidak dapat meniti jalan yang benar, kecuali jalan yang akan mengantarkannya ke dalam api neraka. Wal iyadhu billah. Rasulullah saw. telah mengingatkan kita pula akan bahaya lupa dalam arti berpaling dari al-Qur’an dalam sebuah Hadith yang diriwayakan oleh Abi Dawud dalam Sunannya: 461 عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « عُرِضَتْ عَلَىَّ أُجُورُ أُمَّتِى حَتَّى الْقَذَاةُ يُخْرِجُهَا الرَّجُلُ مِنَ الْمَسْجِدِ وَعُرِضَتْ عَلَىَّ ذُنُوبُ أُمَّتِى فَلَمْ أَرَ ذَنْبًا أَعْظَمَ مِنْ سُورَةٍ مِنَ الْقُرْآنِ أَوْ آيَةٍ أُوتِيَهَا رَجُلٌ ثُمَّ نَسِيَهَا ». Dari Anas bin Malik ra. Ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Telah ditunjukkan (oleh Allah) kepadaku pahala-pahala umatku, sampai kotoran mata (ketek) yang dibuang oleh  seseorang dari masjid. Dan ditunjukkan pula kepadaku macam-macam dosa umatku, maka aku tidak mendapati dosa yang lebih besar melebihi satu surat atau ayat dari al-Qur’an yang telah diberikan kepada seseorang (hafal) kemudian ia melupakannya. Dari ayat al-Qur’an dan Hadith tersebut di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:     – Haram bagi setiap hamba menzalimi diri sendiri dengan menjadikan hidupnya sengsara di dunia maupun akhirat.    – Sejahat-jahat penzaliman seseorang terhadap diri sendiri dan keluarganya adalah dengan berpaling dan melupakan al-Quran yang seharusnya diingat dan dijaga.    – Wajib bagi kita untuk menanamkan rasa cinta terhadap al-Qur’an dan mengetahui kadar keagungannya, agar hidup ini selalu termotifasi untu selalu mengingat al-Qur’an. Wallah a’lam. Sumber

Benarkan Lupa Hafalan Al Qur’an itu Dosa? Read More »

Hafalan Al-Qur’an Sehatkan Mental

Bina Insan Sahabat Al Qur’an  – Hasil penelitian di Mesir dan Saudi menyebutkan bahwa siswa yang berprestasi rata-rata penghafal Alquran. Meski tak ada data yang pasti, jumlah umat Islam di Tanah Air yang masih buta huruf Alquran diperkirakan masih sangat tinggi. Salah satu faktanya, separuh jamaah haji asal Indonesia yang berangkat setiap tahun ke Tanah Suci ternyata buta huruf Alquran alias tak bisa membaca kitab suci. Kondisi itu tentu sangat memprihatinkan. Apalagi, Indonesia merupakan negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia. Kini, gerakan untuk membebaskan umat dari buta huruf Alquran memang tengah digulirkan. Namun, upaya itu membutuhkan dukungan dari berbagai pihak. Pakar tafsir yang juga Dewan Pakar Pusat Studi Alquran (PSQ), Dr Muchlis Hanafi, mengungkapkan, guna mencegah munculnya generasi buta huruf Alquran,   setiap pelajar Muslim di Tanah Air harus bisa membaca dan memiliki hafalan Alquran. Menurut dia, Indonesia bisa mencontoh Mesir. Doktor tafsir dari Universitas Al Azhar itu, mengungkapkan, di Mesir, anak-anak telah menghafal Alquran sebelum masuk sekolah dasar.  ”Jadi, melalui katatib atau kuttab (tempat-tempat menghafal Alquran), anak-anak sejak kecil menghafal Alquran,” papar Muchlis. ”Begitu tamat madrasah Ibtidaiyah atau SD di Al-Azhar, anak-anak sudah selesai hafal Alquran 30 juz. Anak-anak di sana hafal Alquran umur sembilan tahun atau paling lambat 13 tahun,” tuturnya.  Muchlis mengungkapkan, hasil penelitian di Mesir dan Saudi menyebutkan  bahwa  siswa-siswa yang berprestasi rata-rata mereka hafal Alquran. ”Jadi, hafalan Alquran itu sangat menunjang prestasi belajar para siswa. Selain tentunya hafalan Alquran itu sendiri membantu meningkatkan kesehatan mental anak. Ini hal positif,”  ungkapnya. Namun, kata dia, jangan hanya berhenti pada hafalan. Hafalan  Alquran itu perlu terus dikembangkan. Karena itu,  di pesantren yang didirikan Pusat Studi Alquran (PSQ), Pesantren Baitul Quran sebanyak 19 orang huffadz yang sudah hafal 30 juz  diberi wawasan keilmuan, wawasan kewirausahaan, training, bermacam-macam training selama enam bulan. Menurut Muchlis, sekarang anak-anak kecil sudah banyak yang pandai membaca Alquran.  Setelah bisa membaca Alquran, kata dia,  perlu digalakkan program hafalan alias tahfiz Alquran. Sekarang ini, tuturnya, semangat menghafal Alquran sangat tinggi sekali. Rektor Institut Ilmu Alquran (IIQ) Jakarta, Dr Ahsin Sakho Muhammad menambahkan,  periode menghafalkan Alquran itu harus mulai dari taman kanak-kanak sampai umur enam tahun. Jadi, anak sudah bisa menghafal Alquran. Kemudian mulai SD belajar umum, lalu sorenya dilanjutkan dengan menghafal Alquran ternyata hasilnya bagus sekali. ”Ini yang dilakukan oleh orang-orang Arab Saudi dan Mesir. Paginya sekolah umum, sore hari setelah pulang sekolah dilanjutkan dengan menghafal Alquran. Ternyata di Palestina sekarang ribuan anak sudah menghafal Alquran. Kemudian di masa musim liburan anak-anak dimasukkan ke dalam tahfiz Alquran,”  ungkap Ahsin. Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang Jawa Timur tengah mempersiapkan lahirnya para dosen, dekan hingga rektor yang hafal Alquran. ”Di dunia ini Perguruan Tinggi yang paling hebat Harvard University, AS. Perguruan Tinggi yang nomor satu milik Islam adalah Al-Azhar Kairo Mesir. Orang tatkala menyebut nomor satu tidak ada yang mengklaim nomor dua apalagi nomor empat. Makanya saya katakan kepada mahasiswa dan dosen di sini kita harus harus ambil posisi kosong itu. Kapan? Bukan sekarang tapi 25 tahun yang akan datang,” papar Rektor UIN Malang,  Prof Imam Suprayogo. Guna memenuhi target itu,  sejak 2009 UIN Malang merekrut 35 mahasiswa baru yang sudah hafal Alquran. ”Saya ambil dari pondok, aliyah-aliyah yang ada di Indonesia. Ke-35  itu kita beri beasiswa, uang saku, uang buku dan macam-macam. Nanti kalau empat tahun mereka lulus dan nilainya baik lalu kita teruskan di S-2 hingga S-3,” tuturnya. Menurut Imam, dunia harus diprogram. ”Dunia jangan tumbuh alamiyah. Kalau alamiyah, tidak indah. Pemimpin kampus juga diprogram sehingga nanti menjadi indah jangan hanya berjalan alami.” Karena itulah, Ustaz Yusuf Mansur meluncurkan program i’daad. Lewat program itu, para siswa  SD yang akan meneruskan ke SMP atau SMP ke SMA atau SMA ke perguruan tinggi bisa vacuum satu tahun dari pendidikan umum. Selama satu tahun itulah, mereka digembleng dan dibekali dengan pendidikan Alquran dan Sunah. Sehingga, mereka memiliki bekal berupa kekuatan tauhid yang sangat kokoh dalam mengarungi kehidupan. Prof Imam menilai, program i’daad seperti itu perlu didukung, karena merupakan  memprogram masa depan, bukan memprogram ujian. ”Saya senang sekali kalau ada inovasi seperti ini. Karena itu perlu kita dukung bersama-sama,” paparnya. Upaya itu, dinilai sebagai usaha untuk menciptakan  nuansa Qurani di Indonesia.  Sumber

Hafalan Al-Qur’an Sehatkan Mental Read More »

16 ALASAN MENGAPA KITA HARUS MENGHAFAL ALQURAN

Bina Insan Sahabat Al Qur’an  –  Bisa membaca al-Qur’an itu keutamaan. Dan bisa menghafal al-Qur’an adalah lebih utama. Bisa memahami al-Qur’an itu adalah kewajiban. Dan paham ditambah hafal itu jauh lebih afdhal. Mengamalkan nilai-nilai al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari itu adalah tuntutan. Namun, mengamalkan karena termotivasi karena hafalan adalah lebih aman setiap saat.Setidaknya itu yang harus kita renungkan sama-sama sebagai seorang muslim sejati. Ya, menghafal al-Qur’an merupakan suatu keniscayaan dalam kehidupan setiap muslim. Ia tidak akan bisa menerapkan Islam secara baik tanpa interaksi yang kuat dengan al-Qur’an sebagaimana para generasi sahabat dan salaf shaleh dahulu lakukan.Untuk memotivasi kita agar bisa dekat al-Qur’an dan berjuang menghafalkan aya-ayatnya, maka setidaknya ada 16 alasan kenapa kita harus menghafal al-Qur’an: 1. Menghafal adalah landasan awal ketika Rasulullah menerima al-Qur’an dari malaikat Jibril alaihissalam. Allah berfirman dalam al-Qur’an: بل هو آيات بينات فى صدور الذين أوتوا العلم Artinya: “Bahkan al-Qur’an itu adalah ayat-ayat yang menjelaskan (terdapat) di dalam dada-dada orang-orang yang diberikan ilmu..”(QS al-Al-Ankabut: 49). Sungguh, betapa indahnya ayat ini yang menjelaskan tentang agungnya aktifitas dada orang-orang yang menghafal ayat-ayat Allah swt. Allah mensifatkan bahwa mereka adalah orang-orang yang diberikan ilmu. Lalu, apakah ada yang disebut ilmu selain yang termuat dalam al-Qur’an al-Karim?! Ayat di atas menjelaskan bahwa Dia akan memilih dari sekian hamba-hamba-Nya di muka bumi untuk kemudian dada akan dijadikan sebagai wadah bagi firman-firman-Nya. Sungguh ini merupakan keutamaan yang besar. Malah ketika kita mau memperhatikan kekhususan yang diberikan kepada umat ini, – di mana dada para ulamanya penuh dengan al-Qur’an- kita semua pasti akan mengetahui berharganya menjadi para penghafal kitab-Nya. 2. Al-Qur’an adalah sumber dan muara semua sistem dan undang-undang umat ini.Karena al-Qur’an ini adalah undang-undang kita selaku umat Islam, maka kita wajib untuk berhukum dengannya dan menjadikannya sebagai sumber hukum bagi orang lain. Darinya referensi bagi semua persoalan dan tasyri’ (perundang-undangan). Tidak ada persoalan yang kecil ataupun besar sekalipun melainkan dijelaskan secara jelas di dalamnya. Ini sebagaimana firman Allah dalam ayat-Nya: ما فرطنا فى الكتاب من شيء Artinya: “Tidaklah Kami berlebih-lebihan (dalam menjelaskan) di kitab ini sedikitpun..”Dan firman-Nya: وما كان ربك نسيا Artinya: “Dan tidaklah Tuhanmu lupa.” Al-Qur’an ini adalah cahaya yang dibawa umat untuk menerangi seluruh manusia agar risalahnya tersampaikan dengan menyeluruh, layaknya sebuah umat yang dilahirkan untuk manusia seluruhnya dan sebagai saksi atas mereka di dunia dan akhirat. 3. Menghafal al-Qur’an adalah fardhu kifayah. Sebagian ahli ilmu menegaskan bahwa menghafal al-Qur’an itu merupakan kewajiban atas umat ini. Yang apabila telah dilakukan oleh sebagian kaum, maka akan terbebaslah kaum yang lain dari dosanya. Badruddin Zarkasyi mengatakan: “Sahabat-sahabat kami mengatakan, “Belajar al-Qur’an itu hukumnya fardhu kifayah. Dan kegiatan menghafalkannya adalah wajib atas umat ini.” 4. Menghafal al-Qur’an itu berarti meneladani Rasulullah saw. Allah telah menjadikan Rasulullah saw, Muhammad sebagai teladan yang baik bagi umat ini. Dan menghafal al-Qur’an itu sendiri adalah bagian dari meneladani sunnah-sunnahnya. Itu dikarenakan Rasulullah selalu menghafalkannya, rajin membacanya dan disimak oleh malaikat Jibril as. Demikian pula, Rasulullah menyimakkannya kepada para sahabatnya dan para sahabatnya menyimakkan kepada beliau. 5. Menghafal al-Qur’an juga sama dengan meneladani para salaf sholeh. Menghafal al-Qur’an di masa kanak-kanak dan masa muda adalah bagian mencontoh salaf sholeh, menapaki jejak mujahadah (kesungguhan) mereka dan menempuh contoh jalan hidayah Allah. Dahulu, salaf sholeh memulai menghafal al-Qur’an sebelum menghafal ilmu-ilmu lain dan memberikan perhatian lebih kepadanya sebelum kepada disiplin keilmuan lainnya. Tidaklah anda membaca tentang biografi para ulama dahulu melainkan engkau pasti akan membaca di dalamnya bahwa ia, “menghafal al-Qur’an dahulu lalu baru kemudian menuntut ilmu-ilmu keislaman lainnya.” 6. Menghafal al-Qur’an adalah karakteristik umat Rasulullah saw. Imam Jazari mengatakan: “Dahulu itu, para ulama menukilkan al-Qur’an melalui dada-dada dan hati-hati yang dipenuhi hafalan al-Qur’an. Bukan melalui tulisan mushaf dan kitab-kitab. Inilah karakteristik yang paling mulia yang Allah berikan kepada umat ini.”Sungguh, aktifitas menghafal al-Quran ini akan senantiasa menjadi syiar bagi umat ini dan menjadi duri di kerongkongan musuh-musuh Islam. Laura Faghliry, wanita orientalis mengatakan: “Sungguh, hari-hari ini kita tidak bisa membendung terjangan ombak keimanan ribuan umat muslim yang mampu mengulang-ngulan bacaan al-Qur’an dengan hafalan. Di Mesir sendiri jumlah huffazul qur’an (penghafal al-Qur’an) jauh melebihi jumlah kaum Nasrani yang mampu membaca Injil secara hafalan di seluruh Eropa.” James Minzez, seorang non Islam yang diharamkan mendapatkan cahaya al-Qur’an mengatakan: “Mungkin itulah, al-Qur’an merupakan kitab yang paling banyak dibaca manusia di atas dunia ini. Sungguh, ia adalah bacaan yang paling mudah dihafal manusia.” 7. Menghafal al-Qur’an adalah proyek ibadah yang tidak mengenal bahasa kegagalan. Takut gagal dan tidak berhasil saat ini sudah menjadi rintangan dan sekat yang menghalangi antara seseorang dan angan-angannya. Dan bisa jadi semua akhir dari semua proyek manusia adalah benturan keras yang terjadi karena sekat kegagalan dan ketidakmampuan untuk melanjutkan sebuah pekerjaan. Akan tetapi proyek menghafal al-Qur’an tidak akan pernah mengenal yang namanya pemikiran tersebut. Ketika seorang pemuda memulai pekerjaan menghafal al-Qur’an ini, kemudian berhenti dan melemah tekadnya sebelumnya selesai menghafal, apakah bisa dikatakan ia telah gagal sesungguhnya, misalnya saja ia telah menghafal beberapa juz?! Tentu saja usahanya tidak sia-sia dalam sekejap. Hanya saja hafalannya itu hilang sejenak. Seluruh waktu yang pernah ia kerahkan untuk membaca dan menghafal yang membuatnya mengorbankan segala kenikmatan dunia tentu saja adalah bagian dari ketaatan kepada Allah swt. Bisa dibayangkan, berapa surat dan berapa ayat yang pernah ia ulang-ulang?! Sementara setiap huruf akan dibalas dengan sepuluh kali lipat oleh Allah swt. 8. Menghafal al-Qur’an itu mendapat garansi kemudahan untuk semua orang.Banyak orang yang bercita-cita bisa merealisasikan impiannya dan mengukir prestasi yang memuaskan. Namun, seringkali kemampuan akalnya menjadi penghalang untuk menggapai itu semua. Tapi tidak untuk al-Qur’an. Bisa kita saksikan betapa banyak orang-orang yang memiliki keterbatasan fisik dan lemah dalam hafalan, tapi mampu menghafal al-Qur’an.Qurthubi mengatakan tentang ayat: “Sungguh telah Kami mudahkan al-Qur’an untuk diambil pelajaran.”(Qs al-Qomar: 17), yakni, “Kami mudahkan al-Qur’an ini untuk dihafal, dan akan Kami bantu mereka yang mau menghafal. Lalu, adakah orang yang mau menghafal lalu mendapatkan pertolongan-Nya?” 9. Penghafal al-Qur’an adalah keluarga Allah dan orang-orang pilihan-Nya.Di antara penyempurnaan penghormatan Allah dalam menjaga kitab suci-Nya adalah dengan menjadi dari hamba-hamba-Nya yang hafal al-Qur’an. Sungguh itu merupakan sebuah kehormatan yang tidak ada bandingannya bagi manusia di dunia ini. Di mana dengan sifat

16 ALASAN MENGAPA KITA HARUS MENGHAFAL ALQURAN Read More »

Hukum Lupa Hafalan Quran

Bina Insan Sahabat Al Qur’an  –  Soalan Apa hukumnya apabila ayat-ayat al-Quran yang dihafal semasa zaman kanak-kanak, terlupa apabila dewasa? Adakah kita berdosa kerana tidak mengulang bacaan ayat-ayat tersebut sehingga menyebabkan kita lupa? Jawapan Ust Zaharuddin Asas hukum di dalam isu ini adalah hadith-hadith berikut :- قال  رسول الله صلى الله عليه وسلم : ” ما من امرئ يقرأ القرآن ثم ينساه إلا لقي الله عز وجل أجذم “ Ertinya : “Tiada siapa pun yang membaca Al-Quran kemudian melupakannya kecuali ia akan bertemu Allah SWT di hari kiamat dalam keadaan kerdil” ( Riwayat Abu Daud ; Al-Munziri mengatakan ada perawinya Yazid Bin Abi Ziyad, hadithnya tidak dijadikan hujjah; Dhoif menurut Albani ; no 1474, hm 176) Abu Ubayd menyebut : “Ajzam” di dalam hadith di atas bermaksud terpotong tangan, manakala Ibn Qutaybah pula menyebut ianya bermakna kerdil. ( Ma’alim as-Sunan, AL-Khattabi, 1/253 ; Awnul Ma’bud, Ibn Qoyyim) Terdapat ulama yang menjadikan hadith di atas sebagai hujjah dalam isu melupakan hafazan al-Quran. Disebut huraian “yaqra” di atas merangkumi maksud membaca dengan melihat, membaca secara hafaz dan membaca makna Al-Quran kemudian meninggalkan pembacaannya secara lupa atau sengaja. Bagaimanapun hadith di atas telah dihukum sebagai dhoif. Antara hadith lain adalah :- “عرضت عليّ ذنوب أمتي فلم أر ذنباً أعظم من سورة من القرآن – أو أية –  أوتيها رجل ثمّ نسيها” Ertinya : ” Dibentangkan kepadaku dosa-dosa umatku dan tidak aku nampak dosa yang lebih besar dari satu surah dari Al-Quran atau satu ayat ,yang diberikan kepada seorang lelaki kemudian ia melupakannya” ( Riwayat At-Tirmidzi, bab Fadhail Quran dari Rasulullah SAW, no 2840 ; At-Tirmidzi : Gharib; Al-Munziri : Dhoif kerana perawi bernama Abd Majid Bin Abd Aziz ; rujuk Tuhfatul Ahwazi)  Para ulama salaf berbeza pandangan dalam bab melupakan ayat Al-Quran, sebahagian mereka menjadikannya sebagai dosa besar, antaranya Ulama Syafie seperti Syeikh Ar-Ruyani, Al-Qurtubi dan lain-lainnya yang mengatakan melalaikan pembacaanya adalah penyebab kepada lupa ayatnya, lupa ini menunjukkan tidak memberi perhatian sewajarnya terhadap Al-Quran. Malah di sebut dalam sebuah riwayat Mawquf : ”  ما من أحد تعلم القرآن ثم نسيه إلا بذنب أحدثه , لأن الله يقول (( وما أصابكم من مصيبة فبما كسبت أيديكم)) “ Ertinya : Tiada seorang pun yang mempelajari Quran kemudian melupakannya kecuali ditimpa dosa, kerana Allah berfirman : ” Tiadalah musibah yang menimpa kamu kecuali dengan sebab tangan-tangan kamu sendiri” ” mereka menambah : tiada musibah yang lebih besar dari melupakan al-Quran. Sebuah lagi sambungan hadith di atas tetapi bertaraf mursal menurtu Al-Hafidz Ibn Hajar Al-Asqolani; Ertinya : “..tidak aku nampak dosa yang lebih besar dari dosa penghafaz al-Quran kemudian meninggalkannya” (Dikeluarkan oleh Ibn Abi Daud ; Rujuk Fath Al-Bari) Imam Al-Qurtubi pula berpendapat bahawa sesiapa yang menghafaz Al-Quran maka telah tinggi darjatnya sekadar mana yang ia hafaz, apabila rosak kedudukan ini kerana lupa maka ia akan membawa kepada jahil, maka jahil selepas berilmu adalah amat buruk. ( Rujuk Fath al-Bari, bab : Kelebihan Al-Quran, no 4650) Bagaimanapun, sebahagian ulama salaf pula pula menhuraikan maksud lupa di sini adalah melupakannya dengan meninggalkan beramal degan ayat itu. Ini kerana amaran jikakalau lupa ini hanya tertakluk kepada lupakan hafazan al-Quran maka akan berkatalah seseorang , bahawa LEBIH BAIK TIDAK PERLU MENGAHAFAZ TERUS. Maka ia bertentangan dengan objektif Shariah. Kesimpulannya : Apapun tafsiran dan kekuatan dan kelemahan rawi hadith, sememangnya menjadi kewajiban bagi menjaga hafazan Al-Quran demi mengekalkan ketinggian maqam di sisi Allah, juga amat wajib bagi yang telah mempelajari ilmu-ilmu dari Al-Quran dan memahaminya kemudian melupakannya. Justeru, amat perlu bagi kita umat Islam mengingati hafazan dan ilmu dari al-Qurana untuk di baca dan di amal. Wallahu ‘alam. Sumber

Hukum Lupa Hafalan Quran Read More »

Adab dan Etika Membaca Al Qur’an: Menghadap Kiblat

Bina Insan Sahabat Al Qur’an  –  Diutamakan bagi pembaca Al Qur’an di luar sembahyang supaya menghadap kiblat. Hal ini telah banyak disebut dalam beberapa hadits: “Sebaik-baik majelis adalah yang menghadap kiblat.” Hendaklah dia duduk dengan khusyuk dan tenang sambil menundukkan kepalanya dan duduk sendiri dengan adab baik dan tunduk seperti duduknya di hadapan gurunya, inilah yang paling sempurna. Diharuskan baginya membaca sambil berdiri atau berbaring atau di tempat tidurnya atau dalam keadaan lainnya dan dia mendapat pahala, akan tetapi nilainya kurang dari yang pertama. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:  “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (keagungan Allah Subhanahu wa Ta’ala) bagi orang-orang yang berakal. (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan Bumi…” (QS Ali-Imran 3:190-191) Diriwayatkan dalam Shahih dari Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, katanya: “Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersandar di pangkuanku ketika aku sedang haid dan beliau membaca Al Qur’an.” (Riwayat Bukhari & Muslim) Dalam suatu riwayat: “Beliau membaca Al Qur’an sedang kepalanya berada dipangkuanku.” Diriwayatkan dari Abu Musa Al Asy’ari Radhiyallahu ‘Anh, katanya: “Aku membaca Al Qur’an dalam sembahyangku dan membacanya di atas tempat tidurku.” Diriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu ‘Anh, katanya: “Sungguh aku membaca hizibku ketika aku berbaring di atas tempat tidurku.” Imam An Nawawi Sumber

Adab dan Etika Membaca Al Qur’an: Menghadap Kiblat Read More »

Kelebihan Orang yang Membaca dan Memuliakan Al Qur’an

Bina Insan Sahabat Al Qur’an  –  Ibnu Mas’ud Al Anshari Al Badri Radhiyallahu ‘Anh meriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, sabdanya, “Orang yang paling berhak menjadi imam dari suatu kaum adalah orang yang terpandai membaca Kitab Allah diantara mereka. Jika mereka sama taraf dari segi bacaan. maka yang lebih mengetahuai tentang sunnah.” (HR Muslim) Diriwayatkan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anh, katanya, “Adalah para pembaca Al Qur’an hadir di majelis Umar Radhiyallahu ‘Anh bermusyawarah dengannya, terdiridari orang tua dan pemuda.” (Riwayat Al Bukhari dalam Shahih-nya) Setelah ini insya-Allah , saya akan mengemukakan hadits-hadits yang masuk dalam Bagian ini. Ingatlah bahwa madzhab yang shahih dan terpilih yang diambilkan para ulama ialah bahwa membaca Al-Qur’an adalah lebih utama dari membaca tasbih dan tahlil serta dzikir-dzikir lainnya. Banyak dalil kuat yang mendukung hal itu, Wallahua’lam. Menghormati dan Memuliakan Golongan Al Qur’an Allah Azza wa Jalla telah berfirman, “Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketaqwaan hati. (QS Al-Hajj 22:32) “Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya.” (QS Al-Hajj 22:29) “Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman (mukmin).” (QS Asy-Syu’araa’ 26:215) “Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” (QS Al-Azhab 33:58) Dalam bagian ini terdapat hadits Ibnu Mas’ud Al Anshari dan hadits Ibnu Abbas yang telah disebut di atas. Diriwayatkan dari Abu Musa Al Asy’ari Radhiyallahu ‘Anhu, katanya: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Sesungguhnya termasuk menggagungkan Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah memuliakan orang tua yang Muslim dan pengkaji Al-Qur’an yang tidak melampau batas dan tidak menyimpang dari padanya serta memuliakan penguasa yang adil.” (Riwayat Abu Dawud dan ia hadits hasan) Diriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu ‘Anhu katanya, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyuruh kami menempatkan orang-orang dalam kedudukan mereka.” (Riwayat Abu Dawud dalam sunnannya dan Al-Bazzar dalam Musnadnya. Abu Abdillah Al-Hakim berkata dalam Ulumul hadits, dia hadits sahih). Diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah Radhiyallahu ‘Anhu, “Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengumpulkan antara dua orang korban perang Uhud, kemudian berkata, ‘Siapa yang lebih banyak hafal Al Qur’an di antara keduanya, beliau mendahulukannya masuk ke liang lahat.” (Riwayat Al Bukhari) Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, “Diriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla berfirman, ’Siapa yang yang mengganggu wali-Ku, maka Aku telah menyatakan perang kepadanya.” (Riwayat Al Bukhari) Diriwayatkan dalam Shahihain (Bukhari dan Muslim) dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bahwa baginda bersabda,  “Barangsiapa shalat Subuh, maka dia berada dalam jaminan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh sebab itu jangan sampai kamu dituntut oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala atas sesuatu dari jaminan-Nya.” Diriwayatkan dari dua imam yang agung yaitu Imam Abu Hanifah dan Imam Asy Syafi’i Rahimahullah, keduanya berkata: “Jika para ulama bukan wali Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak punya wali.” Imam Al Hafizh Abu Qasim Ibnu Asakir rahimahullah berkata: “Ketahuilah wahai saudaraku – mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan keridhaan-Nya bagi kita dan menjadikan kita termasuk orang yang takut dan bertaqwa kepada-Nya dengan taqwa yang sebenarnya bahwa daging para ulama itu beracun, kebiasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam menyingkap tabir para pencela akan terlihat dengan sendirinya. Dan siapa melecehkan para ulama, Allah Subhanahu wa Ta’ala menimpakan bencana atasnya sebelum kematiannya dengan kematian hati.” Allah berfirman, “Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya, takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (QS An-Nur 24:63) Imam An Nawawi Sumber

Kelebihan Orang yang Membaca dan Memuliakan Al Qur’an Read More »

Tips Dari Rasulullah Bagi Penghafal Al Qur’an

Bina Insan Sahabat Al Qur’an  –  Pembaca yang budiman, ternyata Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam telah memberikan tips dalam menghafalkan Al Qur’an agar cepat hafal dan tidak mudah hilang dari ingatan. Simak hadits berikut ini.. Dicatat oleh Ibnu Nashr dalam Qiyamul Lail (73), حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ عَبْدِ الأَعْلَى ، أَخْبَرَنِي أَنَسُ بْنُ عِيَاضٍ ، عَنْ مُوسَى بْنِ عُقْبَةَ ، عَنْ نَافِعٍ ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : ” إِذَا قَامَ صَاحِبُ الْقُرْآنِ فَقَرَأَهُ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ ذَكَرَهُ وَإِنْ لَمْ يَقُمْ بِهِ نَسِيَهُ “ “Yunus bin Abdil A’la menuturkan kepadaku, Anas bin ‘Iyadh mengabarkan kepadaku, dari Musa bin ‘Uqbah, dari Nafi’ dari Ibnu Umar radhiallahu’anhu, dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, beliau bersabda: ‘Jika seseorang shahibul Qur’an membaca Al Qur’an di malam hari dan di siang hari ia akan mengingatnya. Jika ia tidak melakukan demikian, ia pasti akan melupakannya‘” hadits ini dicatat juga imam Muslim dalam Shahih-nya (789), oleh Abu ‘Awwanah dalam Mustakhraj-nya (3052) dan Ibnu Mandah dalam Fawaid-nya (54)Derajat hadits Hadits ini shahih tanpa keraguan, semua perawinya tsiqah. Semuanya perawi Bukhari-Muslim kecuali Yunus bin bin Abdil A’la, namun ia adalah perawi Muslim.Faidah hadits     1. Hafalan Al Qur’an perlu untuk dijaga secara konsisten setiap harinya. Karena jika tidak demikian akan, hilang dan terlupa. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam,     إنما مَثَلُ صاحبِ القرآنِ كمثلِ الإبلِ المعَقَّلَةِ . إن عاهد عليها أمسكَها . وإن أطلقها ذهبَت     “Permisalan Shahibul Qur’an itu seperti unta yang diikat. Jika ia diikat, maka ia akan menetap. Namun jika ikatannya dilepaskan, maka ia akan pergi” (HR. Muslim 789)     Imam Al ‘Iraqi menjelaskan: “Nabi mengibaratkan bahwa mempelajari Al Qur’an itu secara terus-menerus dan membacanya terus-menerus dengan ikatan yang mencegah unta kabur. Maka selama Al Qur’an masih diterus dilakukan, maka hafalannya akan terus ada”.     Beliau juga mengatakan: “dalam hadits ini ada dorongan untuk mengikat Al Qur’an dengan terus membacanya dan mempelajarinya serta ancaman dari melalaikannya hingga lupa serta dari lalai dengan tidak membacanya” (Tharhu At Tatsrib, 3/101-102)     2. Kalimat فَقَرَأَهُ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ ذَكَرَهُ (membaca Al Qur’an di malam hari dan mengingatnya di siang hari) menunjukkan bahwa membaca Qur’an dan muraja’ah (mengulang) hafalan Al Qur’an hendaknya dilakukan setiap hari     3. Anjuran untuk terus mempelajari, membaca dan muraja’ah (mengulang) hafalan Al Qur’an secara konsisten, setiap hari, di seluruh waktu. Al Qurthubi menyatakan: “hal pertama yang mesti dilakukan oleh shahibul qur’an adalah mengikhlaskan niatnya dalam mempelajari Al Qur’an, yaitu hanya karena Allah ‘Azza wa Jalla semata, sebagaimana telah kami sebutkan. Dan hendaknya ia mencurahkan jiwanya untuk mempelajari Al Qur’an baik malam maupun siang hari, dalam shalat maupun di luar shalat, agar ia tidak lupa” (Tafsir Al Qurthubi, 1/20).     4. Anjuran untuk lebih bersemangat membaca Al Qur’an di malam hari. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:     إِنَّ نَاشِئَةَ اللَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْئًا وَأَقْوَمُ قِيلًا     “Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyu’) dan bacaan (Qur’an) di waktu itu lebih kuat masuk hati” (QS. Al Muzammil)     5. Anjuran untuk muraja’ah (mengulang) hafalan Al Qur’an di siang hari dan malam hari     6. Hadits di atas tidak membatasi membaca Qur’an dan muraja’ah (mengulang) hafalan Al Qur’an hanya malam dan siang saja, namun sekedar irsyad (bimbingan) dari Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam agar senantiasa melakukannya. Hadits riwayat Muslim di atas menunjukkan bahwa semakin sering membaca dan muraja’ah itu semakin baik dan semakin mengikat hafalan Al Qur’an. Dan pemilihan waktunya disesuaikan apa yang mudah bagi masing-masing orang. Syaikh Shalih Al Maghamisi, seorang pakar ilmu Al Qur’an, ketika ditanya tentang hal ini beliau menjawab: “waktu menghafal yang utama itu tergantung keadaan masing-masing orang yang hendak menghafal. Adapun berdasarkan tajribat (pengalaman), waktu yang paling baik adalah setelah shalat shubuh”     7. Hadits ini dalil bahwa shahibul qur’an, dengan segala keutamaannya, yang dimaksud adalah orang yang menghafalkan Al Qur’an, bukan sekedar membacanya. Al Imam Al Iraqi mengatakan: “yang zhahir, yang dimaksud shahibul qur’an adalah orang yang menghafalkannya” (Tharhu At Tatsrib, 3/101). Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani menyatakan, “ketahuilah, makna dari shahibul Qur’an adalah orang yang menghafalkannya di hati. berdasarkan sabda nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:     يؤم القوم أقرؤهم لكتاب الله     “hendaknya yang mengimami sebuah kaum adalah yang paling aqra’ terhadap kitabullah”     maksudnya yang paling hafal. Maka derajat surga yang didapatkan seseorang itu tergantung pada banyak hafalan Al Qur’annya di dunia, bukan pada banyak bacaannya, sebagaimana disangka oleh sebagian orang. Maka di sini kita ketahui keutamaan yang besar bagi pada penghafal Al Qur’an. Namun dengan syarat ia menghafalkan Al Qur’an untuk mengharap wajah Allah tabaaraka wa ta’ala, bukan untuk tujuan dunia atau harta” (Silsilah Ash Shahihah, 5/281).Sumber

Tips Dari Rasulullah Bagi Penghafal Al Qur’an Read More »

Pengaruh Hafalan Al-Qur’an Bagi Kefasihan Lidah

  Bina Insan Sahabat Al Qur’an  –  Sebuah studi berjudul “Pengaruh Tahfizh (Membuat Anak Hafal al-Qur’an) Juz ‘Amma Dalam memperbaiki lisan anak” mengungkap tentang lisan anak berawal dari usianya di 6 tahun sebelum ia belajar Tilawah al-Qur’an sampai ia menerima hafalan juz ‘Amma dari seorang guru al-Qur’an yang bagus. Studi ini menyingkap sejauh mana pengaruh lisan anak-anak dari al-Qur’an dengan bahasa al-Qur’an. Diawali dari praktek pengucapan makhorijul huruf, pengucapan yang lembut dari tempat suara dan seterusnya sampai benar-benar mengucapkan ayat-ayat. Studi ini memakan waktu sekitar 6 bulan lamanya, di mana peneliti mendengarkan anak-anak, bertanya dan mencatat materi suara yang akan dijadikan analisa. Selain itu, studi ini juga menjumpai bahwa anak-anak yang telah menyelesaikan hafalan juz ‘Amma memiliki banyak keunggulan berbahasa dibandingkan teman-teman mereka yang sama sekali belum hafal secukupnya dari al-Qur’an sampai usia 6 tahun. Di antara keunggulan ini adalah sebagai berikut: 1. Anak-anak yang hafal juz ‘Amma dapat dengan mudah melafazkan banyak lafaz-lafaz dan berbagai ungkapan sehingga ini membuat mereka diperkaya dengan khazanah bahasa mereka. 2. Anak-anak yang hafal juz’ Amma sebelum usia 6 tahun dapat dengan mudah mengucapkan lafaz-lafaz dengan tepat ketika mereka mengingat kata apapun yang terlintas di benaknya. Di antara manfaat yang juga ditemukan oleh peneliti adalah bahwa anak-anak terlatih lentur ketika mengucapkan huruf laam pada lafaz Allah (الله) setelah baris ‘kasrah’ di kalimat bismillah (بسم الله). Dan pada posisi tafkhim di lain ayat seperti نصر الله (nasrullah). 3. Ketika melakukan makhorijul huruf, anak-anak ini berusaha keras meniru guru mereka mengucapkan bacaannya. Alhasil, suara-suara mereka ini dinilai tepat pengucapan hurufnya, terlepas dari kelemahan masing-masinglisan bawaan mereka sejak kecil. Di antara mereka ada yang bawaannya mengucapkan huruf ra’ menjadi Laam, mengucapkan huruf Syin dengan Siin dan lain-lain. Banyak pula yang berat ketika melafazkan makhorijul huruf yang keluar dari lisan, misalnya Tsa, Dzal atau Tho’. Sebagaimana pula mereka belum tepat mengucapkan huruf Jiim, Kho’, Dhadh, dan Kaaf. Dan seringkali mereka tertukar antara huruf Qoof dengan huruf Kaaf. Dr. Yahya Bablawi Hasan Bablawi, dosen ilmu bahasa di Fakultas Banat di Universitas ‘Ain Syams menjelaskan dalam makalahnya bahwa faktor kesulitan dalam mengucapkan semua huruf di atas kembali pada perbedaan ketika mengucapkan huruf al-Qur’an dan huruf pasaran (bahasa pasaran/bukan al-Qur’an). Karena umumnya kebiasaan pengucapan logat-logat bahasa Arab setempat atau lokal berbeda dengan bahasa Arab fasih. Sebab lainnya ketidakbiasaan mereka terlatih dalam kadar yang cukup melafazkan huruf yang fasih. Sumber

Pengaruh Hafalan Al-Qur’an Bagi Kefasihan Lidah Read More »