Artikel

5 Cara Menjaga Hafalan al-Qur’an Dalam Memori

Bina Insan Sahabat Al Qur’an  – Anda punya hafalan al-Qur’an, pernah menghafal al-Qur’an tapi sudah lama lupa atau masih tetap memiliki hafalan dan bisa menghadirkannya setiap saat?  Apabila anda termasuk salah satu dari mereka, maka syukurilah dengan segenap hati. Karena itu pertanda Allah masih sayang kepada kita dan dikaruniakan nikmat yang tidak diberikan kepada kebanyakan orang. Kita yakin, bahwa bisa hafal al-Qur’an, berapapun jumlah hafalan itu, merupakan karuniakan Allah yang besar kepada kita.  Demikian pula dengan memori yang merupakan ruang penyimpanan segala bentuk hafalan kita, termasuk di dalamnya hafalan al-Qur’an. Ia juga merupakan salah satu karunia yang teramat besar kepada kita. Pernahkah kita menjaga nikmat memori ini? Pernahkah kita mengembangkan memori kita itu untuk menyimpan jutaan GB (Gigabyte) isi al-Qur’an dengan terus memupuknya? Pasti kita akan menggeleng-gelengkan kepada kita. Jangankan mengembangkannya, malah diri kita sendiri kurang mengetahui pasti apa itu memori. Padahal memori adalah ruang di mana kita bisa mengingat apa saja dan memanggilnya kembali untuk dihadirkan kapan saja. Dan memori bisa dikembangkan sistem kerjanya dengan cara latihan dan membiasakan apa saja, terlebih yang sulit-sulit. Insya Allah dengan begitu memori kita akan kembali hidup dan memaksimalkan fungsi sel-sel otak kita yang kanan yang berperan penting dalam menaruh segala sesuatu dalam jangka waktu yang sangat lama. Nah, erat kaitannya dengan menjaga hafalan al-Qur’an kita, setidaknya ada 5 cara menjaga hafalan kita di dalam memori kita masing-masing agar hafalan kita tetap kuat dan ingatan kita semakin mantap. Kelima cara itu adalah: 1)      Senantiasa memurojaahnya kalau tidak ingin hilang. Tidak melakukan murojaah adalah sebab mendasar sebuah kelupaan. Anda bisa menghadapinya dengan cara mendengarkannya berulang-ulang dan murojaah terhadap apa yang ingin anda ingat.2)      Penuh perhatian terhadap hal itu. Ada sebuah kecenderungan alami untuk mengingat apa yang kita perhatikan. Kita bisa mengingat apa yang ingin kita ingat. Oleh karena itu berikan cukup perhatian kepada apa yang hendak anda hafal dan anda ingat melebihi dari apa yang biasanya anda perhatikan atau mengistimewakannya. Dan saat itulah anda akan mengingat dengan gambaran yang lebih baik.3)      Hendaknya memori anda memiliki tujuan. Sulit rasanya mempelajari sesuatu apabila anda tidak mempunyai tujuan dalam mempelajarinya. Berbeda halnya jika anda sudah punya tujuan, maka pasti anda akan terasa mudah melakukannya. Ketika anda memiliki orientasi yang luhur pada sesuatu maka anda akan dengan sangat mudah untuk menghadirkannya kapan saja secara berkesinambungan.4)      Pikirkanlah selalu mengenai hal-hal yang berhubungan dengan apa yang hendak anda ingat. Menghadirkan kaitan-kaitan, yakni hal-hal yang ingin selalu anda hadirkan setiap saat pada dasarnya akan membantu tujuan awal anda.5)      Rileks dan ambil nafas dalam-dalam. Pada saat-saat tertentu ada kondisi yang membuat perasaan tertekan dan mempengaruhi memori ingatan. Nah, solusinya ada pada kerilekan. Begitulah yang terjadi pada seorang siswa –misalnya- setelah ia menerima lembar jawaban. Ia akan menjumpai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang sulit hadir berseliwerang dalam benaknya. Terkadang perasaan tertekan hilang serta-merta dan memorinya kembali hadir. Demikian pula yang terjadi pada khatib setelah mereka menyampaikan khutbahnya. Di dalam pikirannya berseliwerang poin-poin penting yang baru saja ia sampaikan ketika khutbah jum’at. Menghirup nafas dalam-dalam, rileks dan memejamkan kedua mata, semua ini membantu hadirnya semua informasi yang terekam dalam memori Anda. Wallahu A’lam Bish-Showab Sumber

5 Cara Menjaga Hafalan al-Qur’an Dalam Memori Read More »

Bagaimana Hilangnya Hafalan Al Qur’an Karena Musik

Bina Insan Sahabat Al Qur’an Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan  sahabatnya. Kisah ini adalah kisah berharga yang kami tujukan bagi para penghafal Al Qur’an. Terserah ia adalah penghafal qur’an yang kaamil (sempurna), atau hanya 10 juz, 5 juz atau bahkan beberapa surat saja. Ia adalah seorang yang Allah telah beri nikmat untuk menghafalkan Al Qur’an sejak kecil. Ia sudah menghafalkannya dengan tertancap mantap di dalam hati. Sampai katanya, ia tidak pernah melupakan satu ayat pun dalam bacaannya dan hafalannya. Dan ini sudah dikenal oleh guru dan orang-orang sekitarnya. Suatu waktu, ia berpindah ke negeri lain untuk bekerja. Di sana ia tinggal bersama beberapa orang ikhwan dan sahabatnya. Beberapa hari berlalu, beberapa temannya menyetel kaset yang berisi lagu-lagu sehingga ia pun mendengarnya. Pada awalnya, ia enggan memperhatikan musik tersebut. Bahkan ia sendiri menasehati teman-temannya akan terlarangnya musik. Namun apa yang terjadi beberapa waktu kemudian? Perlahan-lahan, ia terbuai dengan musik. Bahkan ia pun mendengar bagaimana senandung indah dari musik tersebut. Ia dan teman-temannya sampai-sampai mendengarkan musik tersebut sepanjang malam hingga datang fajar. Hal di atas berlangsung selama tiga bulan lamanya. Setelah itu, ia kembali ke negerinya. Suatu saat ia shalat. Setelah membaca Al Fatihah, ia membaca surat lainnya. Apa yang terjadi? Ketika itu ia tidak mampu melanjutkan bacaan selanjutnya dari surat tersebut. Ia pun mengulanginya lagi setelah itu, ia pun tidak bisa melanjutkannya. Hingga ia menyempurnakan shalatnya. Setelah itu ia membuka mushaf Al Qur’an Al Karim dan mengulangi ayat yang tadi ia membaca. Ia pun mengulangi bacaan ayat tadi dalam beberapa shalat. Yang ia dapati seperti itulah. Setiap kali ia mengulangi hafalannya, ternyata sudah banyak ayat yang terlupa. Setelah itu ia pun merenung. Ia memikirkan bagaimanakah dulu ia adalah orang yang telah hafal qura’an dengan begitu mantap. Namun sekarang banyak yang terlupa. Ia pun akhirnya menangis tersedu-sedu. Ia kemudian menunduk pada Allah sambil menangis. Ia menyesali dosa, segala kekurangan dan kelalaian yang ia lakukan. Ia betul-betul menyesali bagaimana bisa lalai dari amanat Al Qur’an yang telah ia emban. Ia pun akhirnya menjauh dari sahabat-sahabatnya tadi. Ia kembali mengulang hafalan Qur’annya siang dan malam dalam waktu yang lama. Ia pun meninggalkan musik. Ia akhirnya benar-benar bertaubat pada Allah. Namun usaha dia untuk mengulangi hafalan saat itu lebih keras dari sebelumnya Benarlah kata penyair Arab: Jika engkau diberi nikmat, perhatikanlah Ingatlah bahwasanya maksiat benar-benar menghilangkan nikmat. Perhatikanlah untuk selalu taat pada Rabb Al Baroyaa Karena Rabb Al Baroyaa itu amat pedih siksa-Nya. Benarlah kata Imam Asy Syafi’i: Aku pernah mengadukan pada Waki’ tentang buruknya hafalaku Maka ia pun menunjukiku untuk meninggalkan maksiat Ia mengabarkan padaku bahwa ilmu adalah cahaya Cahaya Allah tidak mungkin ditujukan pada orang yhang bermaksiat[1] Benar pula kata Ibnul Qayyim: “Sungguh nyanyian dapat memalingkan hati seseorang dari memahami, merenungkan dan mengamalkan isi Al Qur’an. Ingatlah, Al Qur’an dan nyanyian selamanya tidaklah mungkin bersatu dalam satu hati karena keduanya itu saling bertolak belakang. Al Quran melarang kita untuk mengikuti hawa nafsu, Al Qur’an memerintahkan kita untuk menjaga kehormatan diri dan menjauhi berbagai bentuk syahwat yang menggoda jiwa. Al Qur’an memerintahkan untuk menjauhi sebab-sebab seseorang melenceng dari kebenaran dan melarang mengikuti langkah-langkah setan. Sedangkan nyanyian memerintahkan pada hal-hal yang kontra (berlawanan) dengan hal-hal tadi.”[2] Semoga jadi renungan berharga bagi kita semua, pecinta Al Qur’an dan yang ingin menghafalkannya secara sempurna atau sebagiannya. Renungkan haramnya musik dan nyanyian di sini. Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Sumber

Bagaimana Hilangnya Hafalan Al Qur’an Karena Musik Read More »

Kiat Menjaga hafalan Al-Qur’an

Bina Insan Sahabat Al Qur’an –   Bismillahirrahmanirrahim Segala puji hanya bagi Allah, kami memuji-Nya, memohon pertolongan dan ampunan kepada-Nya, kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diri-diri kami dan kejelekan amal perbuatan kami. Barangsiapa yang Allah beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang Allah sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.Sebelumnya perlu diketahui bahwa saya bukanlah seorang penghafal Al-Qur’an. Sudah ada begitu banyak artikel yang membahas permasalahan ini, mulai dari pembahasan ulama, ustadz, dll. Adapun tulisan ini hanyalah menyadur dari tulisan yang saya baca. Diantara kiat-kiat dalam menjaga hafalan Al-Qur’an adalah 1. Membaca ayat-ayat yang telah dihapal di dalam shalat sunnah Terkadang, di dalam shalat sunnah rawatib, kita ingin ‘menyegerakan’ untuk mengakhirinya, sehingga surah-surah yang kita baca adalah surah-surah pendek seperti Al-Ikhlas dan Al-Kautsar. Padahal, pada shalat tersebut seharusnya kita bisa membaca ayat-ayat yang baru saja kita hafalkan. Karena itulah, adalah salah satu kebiasaan yang baik bagi kita yang ingin menghafalkan Qur’an untuk membaca ayat-ayat tersebut pada shalat-shalat sunnah, karena pada shalat wajib, rasanya tidak memungkinkan untuk menyesuaikan bacaan kita dengan sang imam. Dengan demikian, shalat sunnah juga bisa menjadi fasilitas muroja’ah bagi kita karena sesuatu yang kita baca berulang-ulang akan tertanam dengan sangat kuat di pikiran kita. Maka dari itu, jangan sampai kita memisahkan shalat dari hafalan Al-Qur’an. 2. Mengulang-ulang hafalan di setiap waktu dan kesempatan Seseorang yang memang berniat untuk menghafalkan Al-Qur’an sudah seharusnya menyibukkan waktunya dengan Al-Qur’an dan menjaga diri dari kesibukan yang dapat melalaikan diri dari Al-Qur’an. Rasulullah bersabda,     “Apabila orang yang menghafal Al Qur’an membacanya di waktu malam dan siang hari, dia akan mengingatnya. Namun jika dia tidak melakukan demikian, maka dia akan lupa.” (HR. Muslim) Begitu banyak waktu-waktu senggang kita terbuang sia-sia karena hal yang tidak bermanfaat, padahal bisa kita manfaatkan dengan baik untuk menambah hafalan kita. Misalnya, ketika kita sedang janjian dengan teman, ternyata teman tersebut datang terlambat 5-15 menit. Apakah yang kita lakukan dalam 5-15 menit itu? Mungkin kadang kita menggumam, kesal, mencaci teman kita, dan menghabiskan energi-energi berlebihan yang tidak perlu. Padahal, seharusnya dalam waktu yang sempit itu, kita bisa menambah hapalan kita 1-2 baris jika kita benar-benar mencoba mengkonsentrasikan diri. Selain itu, berdasarkan cerita dari seorang teman saya, ketika ke kampus dia menghabiskan waktu di dalam bus sekitar 30 menit – 1 jam, jadi di dalam bus itu beliau berusaha untuk menambah hafalannya atau membaca buku yang bermanfaat. Dari sini seharusnya kita belajar bahwa begitu banyak waktu kita yang tersiakan begitu saja. Padahal seandainya waktu-waktu ini kita manfaatkan dengan baik, pasti kita akan mampu menambah hafalan kita menjadi lebih banyak. Pada waktu-waktu seperti yang kami sebutkan di dalam contoh inilah seharusnya kita bisa mengulang-ulang halaman yang baru kita hafalkan, atau menggabungkannya dengan halaman-halaman sebelumnya. 3. Bacaan penguji Bacaan penguji adalah bacaan yang mengetes dan menguji kita. Dengan adanya bacaan penguji ini kita bisa tahu apakah ayat yang kita hafalkan ini sudah benar atau tidak. Oleh karena itu, jika kita memiliki kesempatan untuk menjadi imam shalat, maka bacalah apa yang telah kita hafalkan. Bila kita telah merasa nyaman dengan bacaan tersebut tanpa terbata-bata, takut, atau berhenti di tengah ayat, maka bacaan tersebut insya Allah sudah benar. Tapi, jika kita melakukan kesalahan dalam membaca ayat, hendaklah kita langsung ruku’ (tidak mengganti surah); dan jika melakukan hal yang sama pada rakaat berikutnya, maka ganti dengan surah lainnya. 4. Mendengarkan kaset-kaset murottal Al-Qur’an Salah satu nikmat yang harus kita syukuri karena hidup pada zaman ini adalah dengan berkembangnya teknologi. Dengan berkembangnya teknologi, sekarang kita bisa menggunakan kaset-kaset mp3 untuk membantu kita bisa mendengarkan bacaan Al-Qur’an dari qari-qari yang ada untuk membenarkan cara baca kita, tentu dengan kontennya juga. Kita bisa menggunakannya di rumah, di kampus, di kantor, di tempat tidur dll tanpa harus dibatasi oleh waktu-waktu tertentu. Untuk yang memiliki iphone, saya menyarankan untuk menggunakan aplikasi Memorize Quran for Kids & Adults yang informasinya bisa dilihat pada link berikut, https://itunes.apple.com/us/app/memorize-quran-for-kids-adults/id413035746 . Aplikasi ini adalah aplikasi gratis tetapi hanya untuk juz 30 saja, adapun juz-juz sebelumnya kita harus membayar agar bisa menggunakannya. Untuk yang memiliki komputer/laptop, saya menyarakan untuk menggunakan software Juz 30 yang informasinya bisa dilihat pada link berikut, http://www.imaanstar.com/juz30.php 5. Konsisten dengan satu mushaf Menggunakan satu mushaf juga memudahkan kita untuk menghafal. Karena dengan menggunakan satu mushaf memudahkan anda untuk mengingat letak dari ayat tersebut. Apalagi jika mushaf tersebut adalah mushaf berwarna, tentu warna-warna ini juga bisa membantu ingatan kita untuk mengingat pola pada ayat-ayat yang kita hafalkan. Dan mushaf yang paling bagus adalah mushaf yang ayatnya tidak terpotong pada halaman selanjutnya, karena hal ini bisa mengganggu proses menghafal. 6. Mengoptimalkan seluruh fungsi panca indera Ini adalah faktor yang terpenting dari semuanya. Karena dari sudut pandang keilmuan, diketahui bahwa menggunakan satu panca indera pada suatu pekerjaan akan memberikan hasil dengan persentase tertentu. Maka jika kita mampu memanfaatkan panca indera kita, tentu kita akan mampu menambah kemampuan hafalan kita. Bagaimanakah cara menggunakan indera tersebut? Sebagian dari kita hanyalah membaca dengan menggunakan mata saja. Padahal ini melemahkan lisan kita. Seharusnya kita membaca dengan mata dan juga lisan. Marilah mengeraskan suara kita sehingga kita juga mampu mendengarkan bacaan kita sendiri. Kemudian, tulislah ayat tersebut. Salah satu alasan pada zaman dahulu, orang-orang dengan mudah menjaga hapalannya karena mereka banyak menulisnya. 7. Memahami lalu mengamalkan Tidak diragukan lagi bahwa dengan memahami apa yang kita baca lalu mengamalkannya, bisa menjaga apa yang kita hapalkan. Berdasarkan sebuah tulisan dijelaskan bahwa cara untuk belajar yang efektif adalah dengan cara berikut disertai dengan persentase kemungkinan untuk memahaminya; yaitu 10 persen dengan membaca, 20 persen dengan mendengar, 30 persen dengan melihat, 50 persen dengan melihat dan mendengar, 70 persen dengan membicarakan/mengatakannya, dan 90% dengan mengamalkannya. Karena itulah, tidak diragukan lagi bahwa hal ini bisa menambah hapalan. Menurut Ibnu Abbas Radhiallahu anhu, “Dahulu di seseorang antara kami, jika tengah mempelajari sepuluh ayat, maka ia tidak lewat dari sepuluh ayat tersebut sampai ia benar-benar memahami maknanya dan beramal dengan kandungannya.” 8. Menjauhi maksiat Modal yang utama lagi bagi penghafal qur’an adalah ia harus menjauhi maksiat. Imam Syafi’i berkata,     “Aku pernah mengadukan kepada Waki’ tentang jeleknya hafalanku. Lalu

Kiat Menjaga hafalan Al-Qur’an Read More »

Menghafal Al Quran Lebih Mudah Dari Baca-Tulis

Bina Insan Sahabat Al Qur’an –  ANDA pasti tahu bagaimana kisah Rasulullah SAW menerima wahyu pertama. Jibril berkali-kali bilang, “Bacalah!” Maka Rasul SAW menjawab, “Saya tidak bisa membaca.”  Namun keajaiban terjadi, hanya dalam tempo singkat, Rasul SAW yang tadinya tidak bisa membaca apalagi menulis, pulang ke rumah sudah membawa 5 ayat pertama surat Al Alaq!  Bila Anda bersedia merenung, maka Anda akan dapati Rasul SAW melakukan sebuah teknik quantum dalam pembelajaran!Biasanya semua orang melalui proses baca, paham, tulis dalam pembelajaran. Adapun menghafal ada pada nomer sekian yang jarang disukai manusia.  Namun pembelajaran yang diberikan kepada Rasul SAW secara otomatis membuat Beliau (Rasul SAW) merasa bahwa menghafal jauh lebih mudah dari baca-tulis. Benar tidak yah…?Ini bukan hanya terjadi pada Rasul SAW, bahkan kepada seluruh sahabatnya. Mereka lebih mudah untuk menghafal dibanding baca-tulis!  Bila mereka dulu mudah hafal, susah lupa, manusia sekarang malah kebalikan; susah hafal, mudah lupa. Betul kan?!  Ayo renungi firman Allah Swt ini:“Kami akan bacakan (Alquran) kepadamu (Muhammad) maka engkau tidak akan lupa, kecuali bila Allah berkehendak.” QS 87: 6-7  Fakta ini harus diungkap kembali oleh ummat Muhammad SAW di akhir zaman ini. Inilah yang membuat umat Muhammad SAW menjadi genius dan brillian. Mereka mampu membuktikan bahwa menghafal lebih mudah dari baca-tulis. Sumber

Menghafal Al Quran Lebih Mudah Dari Baca-Tulis Read More »

One Day One Ayat

Bina Insan Sahabat Al Qur’an -Tulisan ini terinspirasi dari para hafiz-hafiz cilik kita. Ini terjadi beberapa tahun yang lalu, tepatnya saat hari test tahsinul Qur’an di suatu lembaga rumah Al-Qur’an yang berada di daerah Bangka Jakarta Selatan. Pagi itu sengaja aku dan salah satu seorang kawanku datang lebih awal daripada waktu test masuk rumah Al-Qur’an yang ditentukan oleh panitia sebelumnya. Kupikir kami lah peserta yang datang paling awal atau setidaknya baru ada beberapa peserta saja. Namun, subhanallah… begitu kami melangkahkan kaki memasuki halaman Rumah Al-Qur’an tersebut, peserta sudah mengantri panjang. Dan akhirnya panitia pun membuka registrasi lebih awal. Yang membuatku terpana adalah peserta yang ada bukan hanya dari kalangan mahasiswa maupun usia produktif saja, tetapi banyak di antara mereka adalah anak-anak. Bahkan ada juga yang masih balita. Begitu takjubnya aku waktu itu (maklum… baru pertama ikut kegiatan seperti ini hehe…) Untuk dapat belajar membaca Al-Qur’an di Lembaga Rumah Al-Qur’an tersebut, memang diadakan test terlebih dahulu. Biasanya itu dilakukan untuk menentukan kelas sesuai dengan kemampuan membaca Al-Qur’an kita. Test pun dimulai. Para peserta di bagi ke dalam kelompok-kelompok berbentuk lingkaran dan di murabbi kan oleh seorang ustadz. Satu per satu peserta ditanya motivasi untuk mengikuti kegiatan seperti ini, juga pertanyaan ‘sudah hafal berapa juz’, ‘berapa kali membaca Al-Qur’an dalam sehari’, ‘sudah berapa kali khatam’. Aku tercengang mendengar jawaban dari teman-teman peserta kelompok ku. Selain mereka mayoritas berasal dari universitas-universitas ternama di Jakarta mereka juga sudah banyak yang hafal Al-Qur’an. Ada yang hafal 7 juz. Ada yang hafal 8 juz. Bahkan lebih. Juga ada peserta dari kelompok lain yang ketika ia muraja’ah hafalannya lancar dan terdengar seperti Ahmad Saud. Baik dari nada, tartil dan tajwidnya. Subhanallah… sungguh indah bacaan para calon bidadari itu, menyejukkan dan menenangkan jiwa. “Yaitu, orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenang dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah, hati menjadi tenang.” (Ar-Ra’d: 28) “Sesungguhnya, Al-Qur’an ini diturunkan dengan syahdu, maka apabila kamu membacanya berusahalah untuk syahdu.” (HR. Abu Ya’la dan Abu Nu’aim) Aku tercengang bukan main. Hatiku sedikit tersentil dengan apa yang aku lihat di sekitarku waktu itu. Usiaku sama dengan mereka. Namun percepatanku sungguh tertinggal. Mereka sudah hafal ber juz-juz al-Qur’an. Sementara aku? Jangankan 1 juz Al-Qur’an, Juz Amma pun masih bolong-bolong. Aku memang bukanlah berasal dari keluarga kyai atau lulusan pesantren, bukan pula lulusan dari sekolah Islam maupun universitas Islam. Namun itu sungguh bukanlah alasan untukku menunda-nunda percepatan kebaikan ini. Memang benar dengan apa yang dikatakan oleh DR Fathi Yakan, dalam bukunya yang berjudul ‘Apa Bentuk Komitmen Saya Kepada Islam?’ bahwa menjadi muslim yang baik tidak cukup dengan hanya mengandalkan faktor keturunan, identitas maupun penampilan luar, tidak cukup pula hanya sekadar tahu ilmunya tanpa ada aplikasi atau amal di sana. Untuk menjadi muslim yang sejati kita harus memilih, berkomitmen dan berinteraksi dengan Islam dalam segenap aspek kehidupan. Pengumuman kelulusan test masuk Rumah Al-Qur’an beberapa hari kemudian, Alhamdulillah seperti ada embun penyejuk yang masuk ke dalam jiwa, aku lulus. Rasa senang karena lulus test baca Al-Qur’an sangatlah berbeda. Ia seperti embun penyejuk di antara dahaganya ruh. Minggu selanjutnya adalah tahsin perdana, di dalam agenda tersebut ada acara wisuda hafiz. Kupikir peserta wisuda adalah kalangan mahasiswa atau orang dewasa. Namun, ternyata mereka bukanlah para mahasiswa. Bukan pula para orang dewasa. Mereka adalah para hafiz kecil. Usia mereka antara 5 sampai 9 tahun. Tidak tanggung-tanggung, yang mereka baca bukanlah juz 30 atau juz ‘amma, para hafiz cilik itu membaca surat Ath-Thur juz ke 27. Gerimis hati ini mendengar para hafiz cilik itu melantunkan ayat demi ayat Al-Qur’an dengan polos dan lancarnya tanpa membuka mushaf Al-Qur’an. Teman-teman di sekitarku tampak sudah khusyuk mendengarkan dengan mushafnya. Ada juga yang mengikuti bacaan para hafiz cilik tanpa membuka mushafnya. Sementara aku masih sibuk mencari halaman demi halaman. Surat apa lalu ayat berapa. Di halaman mana. Malu rasanya diri ini. Terlebih kepada para hafiz cilik itu. Usia mereka sangat jauh lebih muda, namun prestasi yang mereka capai amatlah luar biasa dan hebat. Lebih hebat dari prestasi matematika. Lebih hebat dari prestasi bahasa inggris. Lebih hebat dari prestasi informatika dan teknologi. Lebih hebat dari prestasi karir yang gemilang. Lebih hebat dari prestasi sebuah jabatan di dunia. Sungguh malu dan pilu rasanya diri ini. Merasa selama ini tengah tertidur. Mungkin di saat diri ini sedang bermalas-malasan atau berhalangan untuk membaca dan menghafal Al-Qur’an, dalam waktu yang bersamaan mereka para hafiz cilik itu tengah sibuk membaca dan menghafal Al-Qur’an. Satu ayat demi satu ayat. Mereka sedikit tidur, sedikit bermain hanya untuk membaca dan menghafal Al-Qur’an. Saudaraku, sudahkah kita mencoba untuk menghafal Al-Qur’an? Berapa juz yang sudah kita hafal? Berapa ayat yang sudah coba kita hafal dan amalkan? Ya, begitulah pertanyaan yang selalu mengusik hatiku. Entah, kapan aku bisa mengejar ketinggalan ini. Kapan aku bisa seperti para hafiz cilik itu. Berapa berat sudah amal yang akan ku bawa di yaumil hisab nanti? Kapan Malaikat maut akan bertandang? Seberapa cepat percepatan ku dengan malaikat maut, karena kematian itu pasti dan kita tak akan pernah bisa menebak kapan ia datang. Masih ingatkan kita dengan kejadian awal tahun 2009? Saat itu adalah saat para media puncak-puncaknya meliput peperangan di Palestina. Pernah suatu ketika tertangkap sebuah gambar para mujahid Palestina yang masih saja membaca Al-Qur’an, walaupun dalam posisi berdiri, duduk maupun memegang senjata. Dan ketahuilah saudaraku, bahwasanya banyak beribu-ribu anak di Palestina di tengah keadaan peperangan mencekam yang sudah hafal Al-Qur’an. Padahal usia mereka sangat jauh lebih muda daripada kita. Mulai sekarang mari kita bersama membaca dan menghafal Al-Qur’an. Semampu yang kita bisa. Semaksimal mungkin kemampuan dan usaha yang kita bisa. Jika merasa berat untuk menghafal Al-Qur’an langsung 30 juz, kita bisa mencobanya dari juz 30 atau juz amma. Kita mulai dari menghafal surat-surat pendek. Jika kita masih merasa berat lagi karena kesibukan dunia kita, kita bisa menghafal dengan target 5 ayat untuk 1 hari, paling tidak luangkanlah waktu 5 menit setelah shalat lima waktu untuk menghafal satu ayat. Namun, apabila masih terasa berat dan belum sanggup, kita bisa menghafal 1 ayat untuk 1 hari. One day One Ayat to save our life. Secara continue atau berkesinambungan. Dalam menghafal

One Day One Ayat Read More »

Yuk, Menghafal Al-Quran!

Bina Insan Sahabat Al Qur’an – “Kak, saya enggak hafal-hafal nih Kak. Saya tuh susah banget Kak menghafal. Udah ngafalin ini Kak, nanti minggu depan lupa lagi,” cerita seorang adik. Seringkali, sebagian dari kita ingin menjadi penghafal Al-Quran tapi selalu saja mengeluh kesulitan ketika berada dalam prosesnya. Ada saja alasan untuk memaklumi diri hingga akhirnya hafalan stagnan, bahkan luntur dari waktu ke waktu. Tak bisa diabaikan memang, menjadi diri yang bisa banyak hal itu tidak mudah. Ada orang yang mudah dalam menghafal, sebagian lebih senang memperbanyak tilawahnya, ada juga yang mudah melakukan bidang lainnya. Utamanya, kita bisa menemukan di mana ahlinya kita, saya pikir itu sudah cukup baik. Ahli di sini spesifiknya lebih kepada amalan syar’i. Mengapa? Seperti halnya para sahabat Rasulullah SAW, yang memiliki amalan andalan berbeda-beda, maka, masing-masing dari kita hendaklah memiliki suatu amalan tertentu sebagai amalan andalan yang bagi kita mudah untuk dikerjakan secara rutin. Karena amalan sedikit yang dikerjakan kontinyu sungguh lebih baik dibanding amalan banyak tapi hanya sekali dilakukan.  Akan tetapi, bukan berarti kita meninggalkan amalan lainnya dan fokus pada apa yang menurut kita mudah. Oleh karena, belum tentu satu amalan tersebut sudah pasti akan diterima Allah. Maka, di samping kita memiliki amalan utama, tetap kita kerjakan amalan makruf lainnya. Misalnya di sini, menghafal Al-Quran. Kita tahu, menghafal sebagian dari Al-Quran adalah fardhu ‘ain bagi setiap insan beriman. Sedangkan, menghafal keseluruhannya ialah fardhu kifayah. Karena itu, paling tidak kita memiliki hafalan sebagian dari Al-Quran. Oleh karena, dalam hadist riwayat At-Tirmidzi dikatakan, “Sesungguhnya orang yang di dalam dadanya tidak ada Al-Quran sama sekali, tidak ubahnya seperti rumah yang rusak.” Realitanya, masih banyak orang yang belum memiliki hafalan Al-Quran yang benar (tajwidnya). Bahkan, terkadang, beberapa orang beralasan sulit menghafal, dari pekan ke pekan hafalannya tidak bertambah, atau bukannya menambah hafalan malah mengganti hafalan lama dengan hafalan baru. Fenomena ini membuat saya berpikir, “Bagaimana cara memperbaiki untuk ke depannya?” Menghafalkan Al-Quran itu mudah, mengutip Ust. Abdul Aziz Abdur Rauf. Jujur, saya awalnya tak percaya, dengan perkataan seperti itu. “Gimana caranya? Al-Quran itu kan jumlahnya 30 juz/114 surat/terdiri dari 6236 ayat. Belum lagi, banyak surat dengan surat lainnya yang memiliki kalimat yang hampir sama.” Namun ternyata, di antara mereka yang belum berhasil, banyak juga orang yang bisa menghafalkan seluruh ayat Al-Quran, juga paham isi kandungan dari setiap ayat yang dihafalkan. Mulai dari usia balita, pemuda, orang tua, semua pernah saya dengar/baca bisa selesai menghafalkan Al-Quran. Lalu, apa yang membuat kita ragu untuk menghafal? Kuncinya, mulai dari sekarang. Kalau bukan kita lantas siapa lagi? Kitab yang Allah jaga kemurniannya hingga hari kiamat ini siapa yang akan menghidupkan kalau bukan penganutnya sendiri? Mulai Dari Mana dan Bagaimana? Sebelum menghafal Al-Quran hendaknya perbaiki dahulu bacaan Al-Quran kita. Kitab ini diturunkan dengan kaidahnya (tajwid) maka kita pun harus melafazkan sesuai dengan kaidahnya, seperti kata Imam Ibnu Al-Jazari, “Membaca Al-Quran dengan tajwid itu hukumnya wajib. Siapa yang tidak membetulkan bacaan Al-Qurannya berdosa. Karena Allah menurunkannya dengan tajwid. Dan demikian Al-Quran dari-Nya sampai kepada kita.” Jelas dari sini kita pahami bahwa membaca Al-Quran itu ada ilmunya. Demikian saat menghafal, ucapannya harus benar, karena kita tahu, ada dua kesalahan dalam membaca Al-Quran, lahnul jaaly (kesalahan besar/fatal) dan lahnul khofiy (kesalahan ringan). Lahnul jaaly contohnya saat kita salah mengucap huruf karena makhorijul hurufnya tidak tepat, ketika hamzah dan ‘ain misalnya, kita baca sama, maka ketika ini terjadi hukumnya haram dan artinya kita berdosa, sebab salah ucap berarti mengubah arti. Contoh lainnya terjadi saat mad thabi’i dibaca lebih/ kurang dari dua harakat. Sedangkan lahnul khofiy, terjadi saat kita kurang ghunnah (dengung), kurang dalam mengucapkan mad selain mad thabii, atau kurang tafkhim (tebal)/tarqiq (tipis). Kemudian, sama seperti mengerjakan hal lainnya, mulailah menghafal Al-Quran dari yang mudah, dari juz yang paling familiar di telinga kita. Umumnya, lembaga tahsin-tahfizh Al-Quran menyarankan untuk memulai dari juz 30, kemudian 29, ke juz 28/juz 1, juz 2, dst. Memulai dari yang mudah, bertujuan agar penghafal lebih semangat ketika menjalani proses. Kian lama, penghafal akan terbiasa untuk menghafal, diawali dari surat yang memiliki jumlah ayat sedikit hingga bisa sampai pada surat yang panjang. Lebih dari itu, bagi yang ingin serius menghafal Al-Quran, lebih baik mencari tahu berbagai macam metode menghafal Al-Quran dan temukan metode yang paling sesuai dengan kondisi dan waktu yang dimiliki. Tak perlu khawatir jika kita memiliki aktivitas lain, karena banyak orang yang aktif dakwah, membina, kerja, memiliki anak banyak, dan lainnya, mampu meluangkan waktu untuk menghafal. Istilah saya “Al-Quran itu bukan hanya milik anak pesantren.” So, pasti bisa (insya Allah). Hal lain yang bisa dilakukan, buatlah target hafalan, baik per hari, per bulan, per tahun, hingga kapan akan menyelesaikan hafalan. Kemudian, muahadah kepada Allah dan bersungguh-sungguh dalam prosesnya. Tentunya hal ini diiringi dengan berdoa kepada Allah, agar dimudahkan dalam menghafal, mencerna ayat, dan memahaminya. Rajin Muraja’ah Semakin banyak surat yang kita hafal, hendaknya semakin sering pula kita memuraja’ah (mengulang) surat yang telah selesai dihafal. Hal ini agar ingatan kita terhadap surat tersebut lebih kuat dan tidak tercampur-campur dengan surat-surat yang memiliki kalimat atau kata yang hampir sama. Cara memuraja’ah bisa melalui shalat, di buku-buku tentang menghafal Al-Quran seringkali disarankan untuk menghafal ketika dini hari, saat otak masih fresh, begitu juga dengan muraja’ah, bisa dilakukan saat shalat tahajud, atau dhuha. Namun, bagi saya itu relatif. Ada juga orang yang memiliki waktu lain untuk menghafal dan muraja’ah, entah malam atau siang. Sesuaikan saja dengan kondisi kita. Cari waktu rehat, yang tidak ada aktivitas terlalu berat, atau usahakan tidak menghafal saat kondisi lelah karena kinerja otak sedang tidak maksimal sehingga cenderung sulit untuk menangkap apa yang sedang kita pelajari. Jadi, bukan waktu sisa yang dipakai untuk menghafal, tapi benar-benar waktu terbaik yang kita miliki. Ikuti juga komunitas-komunitas penghafal Al-Quran, agar budaya menghafal lebih terasa. Tujuan lainnya supaya bisa saling mengingatkan dan memotivasi diri untuk menambah hafalan. Ketika menghafal, semakin banyak anggota tubuh kita digunakan dalam proses menghafal, endapan ayat juga akan lebih cepat dicerna. Telinga misalnya dengan sering-sering mendengar murattal, tangan dengan menulis ayat Al-Quran dan saat menulis juga mata dan otak kita bekerja untuk menyimpan memori. Kontinuitas proses seperti ini akan mempercepat kerja

Yuk, Menghafal Al-Quran! Read More »

Langkah Praktis Mempersiapkan Anak Hafal al-Qur’an

Bina Insan Sahabat Al Qur’an – Pertama: Bagaimana kita mempersiapkan anak untuk menghafal al-Qur’an? Proses penyiapan anak untuk hafal al-Qur’an terlihat pada beberapa poin berikut: –          Menciptakan lingkungan rumah Qur’ani untuk anak. Dalam arti seorang anak tidak akan memberikan perhatian dan cintanya kepada al-Qur’an, selama tidak ada contoh dari keluarganya yang terdiri dari kedua orangtua dan saudara-saudaranya. Oleh karena itu hendaknya kedua orangtua harus memulai menghafal dan mempelajari al-Qur’an terlebih dahulu. Pasti setelah itu anak akan belajar dari mereka. Dan hendaknya ada jadwal-jadwal khusus membaca al-Qur’an walaupun hanya beberapa rubu’ (seperempat halaman) saja sehari.    Orangtua harus berusaha menghafal al-Qur’an beberapa juz dari al-Qur’an dan konsisten dengannya. Mereka bisa menghafal 10 ayat dalam sepekan dengan berusaha untuk menyetorkan juz yang dihafalkannya itu kepada orang lain. Atau bisa saling berlomba siapa yang bisa menyesaikan juz yang sedang dihafal terlebih dahulu. Dan itu dilakukan dengan disaksikan anak-anak mereka. Bisa juga dilakukan di depan seorang qori atau pakarnya. Entah di rumah atau di masjid. Anak-anak juga harus dibiasakan diajak ke masjid agar mereka juga terbiasa melakukannya. Perlu juga kita ingatkan bahwa hafalan al-Qur’an harus diiringin dengan amal. Sehingga perilaku kedua orang tua sejalan dengan ajaran-ajaran al-Qur’an. Para sahabat dahulu tidak sampai melewati 10 ayat al-Qur’an sampai mereka bisa mengamalkan apa yang mereka hafal. –          Kedua orangtua saling memberi hadiah ketika keduanya menyelesaikan juz yang telah dihafal. Dan hendaknya anak-anak juga mengetahuinya. Atau kalau bisa juga turut serta membelikan hadiah untuk keduanya. –          Kedua orangtua konsisten mendengarkan program-program radio atau mendengarkan rekaman-rekaman kaset (atau yang lainnya) dan mendiskusikannya di depan anak-anak. Nah dari sini keduanya bisa mengembangkan skill pendengaran pada anak. –          Memperdengarkan kepada anak suara kaset-kaset rekaman salah seorang qori terkenal dan memiliki suara dan bacaan yang bagus ketika mereka sedang mengerjakan hal-hal yang mereka senangi seperti menggambar (melukis) atau mewarnai. –          Menggunakan rekaman-rekaman hafalan al-Qur’an di komputer sehingga akan membangkitkan keinginan anak duduk di depan komputer dan melatihnya mengikuti ayat-ayat yang hendak dihafal. –          Memperkenalkan anak dengan al-Qur’an yang mulia ini. Misalnya tentang kisah turunnya al-Qur’an kepada Rasulullah saw, jumlah juz-juz dan surat-surat di dalamnya. Serta menceritakan kepadanya beberapa kisah-kisah al-Qur’an seperti kisah dalam surat al-Baqoroh, dua orang pemilik kebuh dan kisah-kisah para nabi. Kedua: Kapan Seorang Anak Mulai Menghafal Al-Qur’an?                 Sebagian orang mengatakan bahwa anak mulai bisa menghafal al-Qur’an sejak usia 3 tahun. Sementara yang lain mengatakan pada usia empat tahun. Tapi saya yakin menghafal bisa dilakukan sebelum itu dan semuanya tergantung dari pengalaman. Oleh karena itu banyak anak-anak yang cerdas sepanjang sejarah yang telah menyelesaikan hafalan al-Qur’an di usia-usia ini. Sebagian mereka ada yang hafal pada usia 5 tahun. Dan ini tergantung dari kondisi individunya. Perlu kita ketahui bahwa Allah tidak membeban suatu jiwa melainkan apa yang ia sanggupi. Untuk anak anda hendaknya anda memperhatikan hal-hal berikut: ·         Kenali sejauh mana kemampuan anakmu dalam mengafal. Pada umumnya, setiap ibu pasti tahu apakah anaknya cepat dalam menghafal, kuat ataukah lemah memorinya? Apabila sekarang anda belum mengenal, maka kenalilah saat ini juga. Apabila anda sudah mengetahui bahwa dia cepat dalam menghafal atau sudah bagus hafalannya –dan itu bisa dilihat dari kemampuannya menyanyikan nasyid-nasyid, lagu-lagu yang ia lihat di TV, radio atau rekaman-rekaman lainnya, maka yang harus anda lakukan adalah: ·         Buatlah perencaaan bersama suami (rencana tahunan, bulan, pekanan dan harian menghafal al-Qur’an) dalam sebuah jadwal yang dipantau oleh mereka misalnya dalam menyelesaikan 6 juz dalam setahun. Atau menyelesaikan hafalan al-Qur’an seluruhnya dalam 5 tahun Insya Allah. Anak bisa menghafal 20-25 ayat dalam sepekan atau sekitar seperempat hizb. Ada orang yang bisa menghafal lebih banyak dari itu. Tapi cukuplah kadar di atas agar tidak menjadi beban atau kesulitan. Tapi ada juga orang yang tidak memperhatikan ini semua. Tapi saran saya jangan ada paksaan dalam hal ini. Sesuatu yang sedikit tapi tetap dilakukan secara rutin lebih baik dari pada banyak tapi terputus-putus, tidak ada berkah dan cepat lupa karena tidak dijaga. ·         Anak memulai hafalannya dari juz Amma.·         Anak mendengarkan sampai juz yang sudah ditentukan dalam sehari melalui kaset rekaman 4-5 ayat. Bisa jadi ayatnya akan lebih apabila ayat-ayat yang hendak dihafal adalah ayat-ayat pendek. Dan itu bisa dibiasakan saat sedang mewarnai atau menggambar. Kita tidak harus memaksakan anak duduk mendengarkan ayat-ayat yang akan dihafal dan mengulang-ulanginya. ·         Pada akhir pekan kita bisa melihat ayat-ayat al-Qur’an sudah mulai melekat di benaknya. Akan tetapi hanya butuh pengikatan saja pada ayat-ayatnya. Nah saat itu usahakan anak diajak pergi ke masjid untuk melihat anak-anak lainnya yang juga sedang melakukan apa yang ia lakukan. Dan ini akan membangkitkan semangat perlombaan. “dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba.”(Qs al-Mutaffifin: 26). Hendaknya anak difokuskan di bawah penanganan seorang guru yang spesialis. Apabila belum memungkinkan, maka ayahnya bisa melakukan hal itu. Dan itu dilakukan pada setiap akhir pekan (weekend). Caranya, anak duduk di depan ayahnya, lalu ayahnya membacakan ayat terlebih dahulu, kemudian anaknya mengikutinya. Dan umumnya aktifitas ini hanya memakan waktu 20 menit saja. Seyogyanya ini dilakukan secara terus-menerus dan jangan sampai meninggalkannya sampai anak benar-benar melakukannya dengan baik. Ini dilihat dari satu sisi. Dari sisi lainnya, agar terbentuk pada anak kebiasaan membaca al-Qur’an, menjaga, memelihara dan mencintainya. Akan lebih bagus lagi apabila kegiatan ini dilakukan dengan sesuatu yang disukai anak, misalnya mengajaknya jalan-jalan atau rihlah di akhir pekan. Saya tidak bermaksud mengajaknya rihlah atau jalan sebagai syarat ia menghafal. Sebagaimana saya juga mengingatkan keharusan membangkitkan semangat kegembiraan dan gairah terhadap kegiatan ini tanpa mengurangi sedikitpun perasaan menghormati dan menjunjung tinggi dari yang dibaca. ·         Mengapresiasi anak ketika ia bisa melakukan hafalannya lebih cepat dengan kata-kata yang baik, penuh pujian dan mengingatkannya bahwa apa yang dilakukannya itu akan membahagiakan kedua orangtuanya sebelum ia mendapatkan ridho dari Tuhannya. Atau bisa juga dengan mentraktirnya makan di luar rumah.·         Mengadakan pesta setelah ia berhasil menghafal satu juz. ·         Agar hafalan al-Qur’an tidak mudah hilang, maka kita harus menjaganya dengan murojaah secara berkesinambungan. Anak harus melakukan murojaah hafalannya setiap pekan dengan cara yang sudah saya sebutkan di atas. Ia juga harus melakukan murojaah bulanan. Murojaah dilakukan dengan mendengarkan kembali ayat-ayat yang dihafal pada 3 hari terakhir dalam sebulan, lalu dengan cara yang

Langkah Praktis Mempersiapkan Anak Hafal al-Qur’an Read More »

Bersahabat Dengan Al Quran

Bina Insan Sahabat Al Qur’an – Sesulit apapun kehidupan yang sedang dijalani, dan seberat apapun perjuangan yang sedang dihadapi, pasti akan terasa lebih ringan dan damai jika ada sahabat yang selalu setia menyertai, dibanding jika semuanya harus ditanggung seorang diri.  Dan sebaliknya, keberhasilan spektakuler yang kita raih pun terasa tak berarti apabila tidak ada siapa-siapa untuk tempat berbagi. Demikianlah hidup ini jadi miris sekali jika selamanya harus dijalani sendiri, maka itu sahabat yang setia harus kita cari sebagai teman berbagi apa saja yang kita alami. Sebelum mencari sahabat manusia, kita sebaiknya bersahabat terlebih dulu dengan Al-Quran. Dikarenakan dalam Al-Quran kita dapat menemukan panduan hidup yang benar. Sebaliknya apabila kita jauh dari Al-Quran dan tidak menjadikannya sahabat kita, maka hidup kita akan mudah diperdaya oleh rayuan dan bujukan setan untuk dijadikan sahabatnya. Hal ini sebagaimana telah dijelaskan dalam firman Allah: “Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al Quran), kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.” (QS. Az-Zukhruf {43} : 36). Intinya, dalam kehidupan kita memiliki dua pilihan untuk dijadikan sahabat, Al-Quran atau setan. Manakala kita bersahabat dengan Al-Quran maka kita akan selamat di jalan Allah. Sebaliknya bersahabat dengan setan kita akan merugi dan jatuh ke lembah kehancuran dan kesesatan. Agar kita terhindar dari persahabatan dengan setan, Al-Quran telah memberikan tips yaitu sering-sering membaca ta’awwudz yaitu ungkapan A’udzubillahi minasy-syaithonir rajim. “Aku memohon perlindungan kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.” (QS. An-Nahl 98). Kita harus bisa bersahabat dengan Al-Quran, karena Al-Quran adalah mukjizat khalidah (mukjizat abadi). Keberadaannya diyakini sebagaimana kata pepatah “tak lekang oleh panas, tak lapuk oleh hujan.” Ia akan senantiasa shalih fil al-zaman wa al-makan (selalu relevan di setiap waktu dan tempat). Jadi kita sangat beruntung bila dapat bersahabat dengan Al Quran.   Untuk menjadikan Al-Quran sebagai sahabat karib, tentu kita harus memposisikan dan memperlakukannya seperti kita memperlakukan sahabat. Yakni menjadikannya sebagai teman curhat, mendengar nasehatnya, mengikuti petuahnya dan ingin selalu dekat di sisinya.  Dalam hal ini, bersahabat dengan Al Quran dengan selalu membaca, menjadikannya petunjuk, memahaminya dan mengamalkannya. Dengan begitu kita akan memperoleh kebahagiaan hakiki dunia-akhirat. Rasulullah Saw menjanjikan, bahwa setiap orang beriman yang bersahabat akrab dengan Al Quran, dijamin akan mendapat syafa’at dari Al-Qur’an: “Bacalah Al-Qur’an, sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat menjadi pemberi syafa’at bagi orang-orang yang bersahabat dengannya”. (HR. Muslim) Rasulullah Saw bersabda “Bacalah Al-Qur’an, karena ia akan datang pada hari Kiamat sebagai pemberi syafa‘at bagi pembacanya.” (HR. Muslim dari Abu Umamah).) “Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (QS.An-Nahl: 89) Firman Allah Swt: “Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” (QS. Al-Ma’idah: 15-16) Al-Quran turun kepada Baginda Nabi Saw. memang untuk didakwahkan. Allah Swt. berfirman: ”Dan sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia itu dibawa turun oleh Ruh al-Amin (Jibril) ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan” (QS. asy-Syu’ara [26]:192-194). Rasulullah Saw. bersabda, “Sebaik-baik ucapan adalah Kitabullah…” (HR Ahmad). Karena itu, sudah selayaknya para aktifis dakwah senantiasa berinteraksi dengan Al Quran, bersahabat dengan Al Quran, bahkan harus merasa bergantung pada Al Quran. Sebagaimana seorang prajurit di medan perang bergantung pada senjatanya, demikian pula seharusnya pengemban dakwah  selalu bergantung pada Al Quran. Apa jadinya prajurit berperang tanpa senjata? Apa jadinya pengemban dakwah berlaga di medan dakwah tanpa Al Quran di hati dan pikirannya? Rasulullah Saw. bersabda, sebagaimana dituturkan oleh Abu Hurairah ra, “Tidaklah suatu kaum berkumpul di suatu rumah Allah, membaca kitab Allah dan mempelajarinya, melainkan akan diturunkan kepada mereka ketenangan; mereka akan diliputi oleh rahmat, dikelilingi oleh malaikat dan akan disebut-sebut Allah di hadapan orang-orang yang ada di sisi-Nya (para malaikat).” (HR Muslim). Kecintaan dan interaksi kita dengan Al Quran juga merupakan ukuran kebersihan hati kita. Jika suatu ketika hari kita  merasa berat untuk membaca Al Quran, bisa jadi itu adalah pertanda bahwa hati kita kotor. Untuk membersihkannya, paksakanlah untuk membaca Al Quran, InsyaAllah ayat-ayat Al Quran yang kita baca akan membersihkan kotoran-kotoran tersebut. Allah Swt berfirman: “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi ouang-orang yang beriman. ” (QS. Yunus {10} : 57). Sungguh pantas, kiranya setiap kaum muslim menjadikan Al Qur’an sebagai sahabat karibnya, yaitu dengan berakhlak sebagaimana akhlak Al Qur’an, menerapkan manajemen hidup yang Qurani, cara bergaul ala Al Qur’an. Misalnya tentang perlunya menjaga tali persaudaraan, saling tolong menolong, tidak boleh bercerai-berai, bermusuhan, berkelahi, bunuh-membunuh, caci-mencaci, ghibah. Dan setiap orang selalu berusaha untuk hidup rukun dan damai dengan orang lain. Wahai diri… tidakkah kamu malu kepada Allah Swt? Mengaku cinta kepada-Nya, tetapi tidak merasa senang berinteraksi dengan kalam-Nya. Bukankah ketika manusia cinta dengan manusia lain, dia menjadi senang membaca surat atau sms nya, bahkan berulang-ulang? Mengapa kamu begitu berat dan enggan hidup dengan wahyu Allah Swt? Adakah jaminan bahwa kamu mendapat pahala gratis tanpa beramal shalih? Infaq cuma sedikit, jihad belum siap, kalau tidak dengan Al Quran, lalu dengan apa lagi? Mulai sekarang, mari kita jadikan Al Quran sebagai sahabat terbaik kita. Sumber

Bersahabat Dengan Al Quran Read More »

Faedah Ilmiah Menghafal Al-Qur’an

Bina Insan Sahabat Al Qur’an – Banyak sekali ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits nabi yang menegaskan tentang keutamaan menghafal Al-Qur’an. Selain keutamaan spiritual seperti yang telah disebutkan tadi, guru saya Dr. KH. A. Muhaimin Zen, MA., menerangkan bahwa menghafal Al-Qur’an juga mempunyai faidah-faidah ilmiah. Diantara faidah ilmiah tersebut adalah: Pertama, Al-Qur’an memuat 77.439 kalimat. Jika penghafal Al-Qur’an bisa menguasai arti kalimat-kalimat tersebut, berarti telah menguasai banyak arti kosa kata bahasa arab. Seakan-akan ia telah menghafal sebuahh kamus bahasa arab. Kedua, dalam Al-Qur’an banyak sekali kata-kata bijak yang sangat bermanfaat dalam kehidupan. Dengan menghafal Al-Qur’an seorang akan banyak menghafalkan kata-kata bijak tersebut. Ketiga, bahasa dan susunan kalimat Al-Qur’an sangatlah memikat dan mengandung sastra yang tinggi. Seorang penghafal Al-Qur’an yang mampu menyerap wahana sastranya akan mendapatkan dzauq adabi (rasa sastra) yang tinggi. Ini akan sangat bermanfaat dalam mendalami sastra Al-Qur’an yang indah dan menggugah jiwa; yang tidak mampu dinikmati oleh mereka yang belum menghafal Al-Qur’an. Keempat, dalam Al-Qur’an banyak sekali contoh-contoh yang berkenaan dengan ilmu nahwu dan sharaf. Seorang penghafal Al-Qur’an akan dengan cepat menghadirkan dalil-dalil dari ayat Al-Qur’an untuk sebuah kaidah nahwu sharaf Kelima, Al-Qur’an adalah sumber hukum utama. Seorang penghafal Al-Qur’an akan dengan cepat pula menghadirkan ayat-ayat hukum yang ia perlukan dalam menjawab suatu persoalan hukum. Keenam, seorang penghafal Al-Qur’an akan mudah menghadirkan ayat-ayat yang mempunyia tema yang sama. Hal ini sangat berguna untuk menafsirkan Al-Qur’an dengan Al-Qur’an atau untuk menulis tafsir tematik (maudhu’i). Ketujuh, seorang penghafal Al-Qur’an ketika ia ditunjuk menyampaikan khutbah, pidato atau ceramah, ia tidak akan kesulitan dan dapat dengan segera menghadirkan tema yang ia kehendaki. Seorang penghafal Al-Qur’an akan terus melatih otaknya. Semakin dilatih, maka otak itu akan semakin kuat, sebagaimana anggota tubuh yang lainnya. Para ulama menyatakan bahwa semulia-mulia hamba di sisi Allah setelah para nabi adalah para ulama yang mengamalkan ilmu mereka. Berikutnya adalah para penghafal Al-Qur’an. Mereka meninggal dunia sama dengan meninggalnya para nabi. Mereka akan dibangkitkan dari kubur mereka dan dikumpulkan di Padang Mahsyar bersama-sama para nabi. Mereka pun meraih pahala seperti raihan pahala para nabi. Oh, alangkah beruntungnya para penghafal Al-Qur’an! Sumber

Faedah Ilmiah Menghafal Al-Qur’an Read More »

Mulailah Dengan Juz yang Mudah…!

Bina Insan Sahabat Al Qur’an –  Ketika mengetahui keutamaan menghafal Al-Qur’an, tiba-tiba diri ini langsung bersemangat untuk menghafal Al-Qur’an. Selanjutnya bingung, mau mulai dari mana? Mulai saja dari juz-juz atau surah-surah yang paling mudah terlebih dahulu. Dr. Raghib As-Sirjani menyatakan bahwa menghafal Al-Qur’an tidak mesti sesuai urutan dalam Al-Qur’an, apalagi sewaktu awal menghafal. Beliau lebih cenderung apabila kita memulai dari juz-juz Al-Qur’an yang lebih mudah. Hal ini dilakukan agar bisa menghafalnya dengan cepat, serta menghasilkan hafalan yang baik dalam waktu yang relatif singkat. Sebagai contoh, kita bisa memulai dari beberapa juz-juz berikut: Pertama, Juz ke-30 Kedua, Juz ke-29 Ketiga, Surah Al-Baqarah Keempat, Surah Ali Imran Mungkin pada mulanya merasa khawatir tidak sanggup menyelesaikan hafalan kedua Surah ini, yaitu Al-Baqarah dan Ali Imran. Tapi sesungguhnya dibanding surah lainnya, kedua surah ini sangat mudah karena sejumlah alasan. –          Banyak sekali ayat-ayat yang sering kita dengar dari kedua surah tersebut. Sebab ia seringkali dibaca oleh imam dalam shalat –          Kedua surah ini mengandung banyak kisah. Orang yang telah mengetahui dan menguasai kisahnya, akan sangat mudah menghafal ayat-ayat tersebut. –          Di hari kiamat kelak, surah Al-Baqarah dan Ali Imran akan membela penghafalnya. Kemudian kita lanjutkan hafalan Surah An-Nisa, lalu Surah Al-Maidah dan seterusnya hingga selesai 30 juz, insya Allah. Sumber

Mulailah Dengan Juz yang Mudah…! Read More »