Artikel

10 Tips Menjaga Hafalan Al Qur`an

Bina Insan Sahabat Al Qur’an – Memang menjaga hafalan Al-Qur’an lebih berat ketimbang menghafalnya dari nol, namun jangan berkecil hati bahwa bila niat kita baik, ikhlas karena Allah, insya Allah Dia akan membimbing kita dalam menghafal dan menjaga kitab sucinya. kalau Allah ridha kepada kita, maka kemudahan-kemudahan yang akan kita dapati. Berikut adalah beberapa Tips untuk menjaga hafalan Al-Qur’an, semoga bermanfaat buat anda khususnya dan buat kita semua yang memiliki tekad yang kuat dalam menghafalkan Al-Qur’an :  1. Pengaturan waktuPandai mengatur waktu akan dapat membantu seorang penghafal Al-Qur’an dalam memelihara hafalannya. Mengatur waktu untuk mengulang-ulang hafalan yang senantiasa terus berkelanjutan, harus terus dilakukan oleh seorang penghafal Al-Qur’an. Biasakan jangan melewatkan waktu tanpa melakukan hal-hal yang bermanfaat.Rasulullah SAW telah memperingatkan, bahwa hafalan Al-Qur’an akan lebih cepat hilang  dan lepas bila dibandingkan dengan seekor onta yang terikat kuat apa bila dia tidak selalu mengulang-ulang hafalannya tersebut.عَنْ أَبِى مُوسَى عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « تَعَاهَدُوا هَذَا الْقُرْآنَ فَوَالَّذِى نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَهُوَ أَشَدُّ تَفَلُّتًا مِنَ الإِبِلِ فِى عُقُلِهَا »  “ Jagalah Al-Qur’an, demi Yang jiwaku berada di tangan-Nya, Al-Qur’an itu lebih cepat lepas dari pada seekor onta dari ikatannya” (H.R. Bukhari) 2. Menyediakan waktu khususDalam proses muraja’ah (mengulang) hafalan, seorang penghafal Al-Qur’an harus menyediakan waktu khusus, misalnya sebelum atau sesudah subuh, sebelum tidur, sebelum dan sesudah shalar fardhu. Siapapun dia, bila mana sedang menekuni suatu pekerjaan dan memberikan porsi waktu yang khusus, maka dia akan mendapatkan hasil yang tidak akan mengecewakannya. Tengoklah bagaimana kehidupan para Ulama terdahulu dalam pengaturan waktu, sehingga mereka dapat mewariskan karya-karya besar mereka yang sampai hari ini masih menjadi rujukkan. Sabagian mereka wafat diusainya yang belum begitu lanjut, akan tetapi mereka dapat menulis dan menyusun banyak kitab. 3. Wirid Al-Qur’anSelain menyediakan waktu khusus, seorang penghafal Al-Qur’an harus memperbanyak tilawah, dia harus memiliki wirid Al-Qur’an yang rutin dia lakukan setiap hari. Usahakan dapat membaca Al-Qur’an minimal satu juz setiap hari, sehingga dalam waktu tiga puluh hari / satu bulan anda akan mengkhatamkan tilawah Al-Qur’an. Sering membaca Al-Qur’an akan dapat memudahkan seseorang dalam menghafal Al-Qur’an. 4. Menjadi Imam ShalatHafalan anda akan selalu melekat dalam ingatan  anda apabila selalu anda baca dalam shalat, khususnya saat shalat malam atau qiyamullail. Terlebih saat menjadi imam shalat tarawih di suatu masjid yang antara pengurus jamaah meresa tidak keberatan bila mana sang iman membaca satu juz untuk setiap malamnya. 5. Mengajarkan orang lainSalah satu cara yang paling efektif dalam menjaga hafalan adalah mengajarkan orang lain, karena pada saat mendengarkan hafalan muridnya, maka secara tidak langsung dia sedang mengulang-ulang hafalan. 6. Mendengarkan bacaan orang lainBanyak mendengar akan memudahkan kita menghafal, cepat hafal, selain sering membaca juga karena sering mendengar bacaan orang lain. Buatlah kesepakan atau janji bersama teman anda yang sedang menghafal Al-Qur’an untuk saling menyimak, sehingga bila mana anda atau teman anda keliru dalam membaca maka saat itulah anda berdua akan saling mengoreksi. 7. Mendengarkan kaset atau CD Al-Qur’anPilihlah salah satu bacaan syaikh terkenal, yang tilawahnya tersebar di seluruh dunia dan cenderung diminati lagunya dalam membaca Al-Qur’an, seperti Syaikh Mahmud Khalil Al-Hushari, Syaikh Muhammad Siddiq Al-Minsyawi, Syaikh Abdullah bin Ali Bashfar, Syaikh Abdurrahman Al-Hudzaifi, Syaikh Suud Syuraim, Syaikh Abdurrahman Al-Sudais dll. 8. Membaca sejarah para penghafal Al-Qur’an Untuk memberikan motivasi dan semangat baru maka anda juga harus membaca perjalanan para ulama dan orang-orang yang menghafal Al-Qur’an, anda akan dapat mengambil pelajaran dari pengalaman mereka serta dapat memperbaharui semangat anda. 9. Membiasakan membaca tanpa melihat MushafBiasakan mengulang hafalan tanpa melihat mushaf, karena bila mana membaca hafalan selalu melihat mushaf maka akan ada ketergantung selalu ingin melihatnya. Kecuali apa bila anda sudah tidak dapat melanjutkan bacaan, maka boleh anda melihat mushaf. 10. Menjauhi kemaksiatanJiwa yang selalu berlumuran kemaksiatan dan dosa, sulit untuk menerima cahaya Al-Qur’an, hati yang tertutup disebabkan dosa-dosa yang senantiasa dilakukannya, tidak mudah menerima kebaikan, mentadaburi ayat-ayat Al-Qur’anأَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآَنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا  “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur’an ataukah hati mereka terkunci?” (Q.S. Muhammad : 24)Dalam sejarah tercatat bahwa Imam Syafi’i rahimuhullah tergolong ulama yang memiliki kecepatan dalam menghafal, bagaimana dia mengadu kepada gurunya, Waki’, suatu hari dia mengalami kelambatan dalam menghafal. Maka gurunya lalu memberikan obat mujarrab, yaitu agar dia meninggalkan perbuatan maksiat dan mengosongkan hati dari setiap penghalang antara dia dan Tuhannya.Imam Syafi’i rahimahullah berkata : Aku mengadu kepada (guruku) Waki’ atas buruknya hafalanku. Maka diapun memberiku nasihat agar aku meninggalkan kemaksiatan. Dia memberitahuku bahwa ilmu itu adalah cahaya. Dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada orang yang bermaksiat. Wallahu ’alam bishshawab.

10 Tips Menjaga Hafalan Al Qur`an Read More »

Menghafal Quran Bukan Sekedar Kerja Mengingat

Bina Insan Sahabat Al Qur’an – Menghafal Quran bukanlah sekedar perkara mengingat. Tidak seperti kita menghafal beragam pelajaran di sekolah ataupun di kampus. Menghafal Quran adalah upaya meletakkan petunjuk dan pengingat di dada kita, sehingga kapanpun, apapun dan dimanapun kita menemukan perkara terkait hidup dan kehidupan, maka dengan mudah kita merujuk kepada Quran sebagai panduan solusi sikap. Dengan adanya Quran di dada, dan kewajiban untuk menjaganya agar tidak hilang, maka penuhlah jadwal harian kita dengan interaksi erat dengan Al Quran. Dengan demikian otomatis pula penuh hari kita dengan jadwal mengingat Allah, mengingat tujuan akhir kehidupan di dunia. Menghafal Quran bukan sekedar masalah memorizing. Menempatkannya bukan sekedar di bilik otak, tapi di ruang dada. Agar hafalan yang kita miliki dapat menjadi pengingat di kala gembira, penghibur di kala duka, penerang di kala gelap gulita, pemandu jalan agar tak hilang arah, penyembuh penyakit hati dan rahmat bagi diri serta orang di sekeliling kita. Semoga Allah mencintai kita karena kita mencintai Quran sumber

Menghafal Quran Bukan Sekedar Kerja Mengingat Read More »

Menghafal Al-Qur’an itu Semudah Tersenyum

Bina Insan Sahabat Al Qur’an – Sebuah kalimat di spanduk yang membuatku terhenyak.. Kalimat tersebut kudapati saat hendak berpergian menggunakan angkot di kota Bogor. Ajakan luar biasa dari salah seorang Ustadz yang terkenal di televisi, ajakan untuk menghafal Al-Qur’an.. Aku lupa siapa ustadznya, kemungkinan besar Ustadz Arifin Ilham atau Yusuf Mansyur.. Entahlah.. (Akhir2 ini baru aku tau kalo itu ternyata metode Kauny Quantum Memory dari Ustadz Bobby Herwibowo) Yang pasti, kalimat dalam spanduk itu sempat membuatku berpikir. Apakah iya? Ah, apakah semudah itu menghafalkan Al-Qur’an? Semudah tersenyum? Mungkinkah? Sebenarnya, jujur sih.. menjadi seorang penghafal Al-Qur’an bukanlah cita-citaku sejak dulu. Karena aku yakin hal itu mustahil bagiku.. Aku merasa hal itu mustahil hingga aku diizinkan Allah SWT (Alhamdulillah) untuk bertemu dengan para penghafal Al-Qur’an dan teracuni canduan ini.. Meski seluruh kitab dan buku di dunia ini ditenggelamkan ke dalam lautan, hanya akan ada satu buku yang kembali, yakni Al-Qur’an, karena banyak orang yang menghafalkannya.. Banyak orang (mungkin termasuk aku juga dahulu), bertanya2: “Sepenting apa sih menghafal Al-Qur’an? Wong baca aja masih nggak bener kayak gini? Yang penting bacaan Qur’an udah cukup buat sholat, at least kulhuwalloh, Al-Falaq sama An-Naas deh, ya nggak? Yang penting ya Qur’an tuh diamalkan.. ngapalin mah nggak perlu, kan udah ada Qur’annya.. buat apa?” Mungkin kau bertanya2 seperti pertanyaan2ku dahulu.. Ya, untuk apa tujuan mereka menghafalkan Al-Qur’an? Ustadzku pernah mengajarkan padaku, bahwa keutamaan menghafal Al-Qur’an adalah: 1. Menjadi Keluarga Allah di bumi Keluarga. Arti harfiah dari keluarga adalah orang terdekat yang paling dicintai dan diutamakan untuk ditolong saat mereka butuh pertolongan. Begitu juga dengan orang2 yang menghafal Al-Qur’an. Mereka menjadi keluarga Allah di bumi. Siapa sih yang nggak mau dicintai dan diutamakan saat kita butuh pertolongan? Itulah mereka, para keluarga Allah.. 2. Syahid Balasan Allah SWT di akhirat tidak hanya bagi para penghapal dan ahli Al Quran saja, namun cahayanya juga menyentuh kedua orang tuanya, dan ia dapat memberikan  sebagian cahaya itu kepadanya dengan berkah Al Quran. Dari Buraidah ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang membaca Al Quran, mempelajarinya dan mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari Kiamat, cahayanya seperti cahaya matahari,  kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan), yang tidak pernah didapatkan di dunia, keduanya bertanya: mengapa kami dipakaikan jubah ini: dijawab: “karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al Quran” 3. Masuk pintu Surga dari mana saja Dari Abi Hurairah r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Penghapal Al Quran akan datang pada hari kiamat, kemudian Al Quran akan berkata: Wahai Tuhanku, bebaskanlah dia, kemudian orang itu dipakaikan mahkota karamah (kehormatan), Al Quran kembali meminta: Wahai Tuhanku tambahkanlah, maka orang itu dipakaikan jubah karamah. Kemudian Al Quran memohon lagi: Wahai Tuhanku, ridhailah dia, maka Allah SWT meridhainya. Dan diperintahkan kepada orang itu: bacalah dan teruslah naiki (derajat-derajat surga), dan Allah SWT menambahkan dari setiap ayat yang dibacanya tambahan ni`mat dan kebaikan “ 4. Baca Qur’an 1 huruf = 10 kebaikan Makin banyak baca, makin banyak kebaikan dan makin banyak dosa2 terhapus. Mau itung2an.. Sok dikali2in ajah.. 5. Dan masih banyak keutamaan lainnya… Salah satunya adalah awet muda.. beneran lhoh.. seperti yang sudah pernah kutuliskan pada tulisanku sebelumnya, ustadzku dan gurunya ustadz terlihat lebih muda dari usia yang seharusnya karena menghafal Qur’an (meski  samplingnya kurang random dan base-nya kurangà pake bahasa market riset :p). Tahukah kau bahwa di dunia ini kita semua saling bersaing? Bukan bersaing dengan orang lain, tapi bersaing dengan diri sendiri? Somehow, for some reasons, aku suka melakukan riset sendiri, baik riset dunia kanan maupun riset dunia kiri.. Subhanallah, ternyata banyak sekali orang2 di dunia ini yang berlomba-lomba untuk masuk Surga. Mereka menjaga kehormatan mereka, berakhlakul karimah, berilmu dan tentu saja, mereka juga menghafalkan Al-Qur’an. Di sisi lain, di dunia ini juga banyaaaaak banget orang2 yang melakukan segala sesuatu yang sia2, hanya untuk nafsu duniawi sesaat, meski tau bahwa malaikat mencatat segala perbuatan mereka, meski mereka pun tau akan ada pertemuan dengan Tuhan mereka dan mempertanggungjawabkan semuanya nanti.. Astaghfirullah.. mau pilih yang mana? Sakarepmu, hehehe.. But anyway, kata ustadzku, menghafal Al-Qur’an itu emang godaannya beraaaaat banget. Itu karena setan juga tau, ini AMALAN YANG SANGAT BESAR! Makanya Setan akan melakukan SEGALA CARA untuk menghentikan para manusia menghafalkan Al-Qur’an. Nah, sekarang gimana caranya melawan godaan setan yang super berat itu? Caranya adalah.. (kata ustadz saya): 1. Berguru à ini hal yang penting banget and the most important. Kalo nggak ada guru, jangan harap bisa menghafal dengan bacaan yang bener (karena hafal tanpa membaca Qur’an dengan tartil pun akan sia2.. sayang atuh, artinya jadi lain2 🙁 so, cari guru terdekat yang bisa ngajarin kita gimana cara baca yang bener. Mungkin bisa temen, keluarga, ustadz, atau siapapun yang kamu kenal atau ada rekomendasi dari orang lain mengenai guru ini. Selamat mencari! 2. Mulai dari sekarang Berapa umurmu? Sampai kapan hidupmu? Sumpah, nggak ada kesempatan lagi selain sekarang. Waktu kita terbatas and berapapun usiamu, yuk mulai aja dari sekarang^^ 3. Berkumpul dengan orang2 sholih Bukan berarti kita nggak boleh bergaul sama yang nggak sholih.. boleh, asal tidak bercampur dengan mereka. Karena banyak orang yang bermaksud mewarnai namun ternyata mereka jadi terwarnai.. esensinya, berkumpul dengan orang2 sholih adalah saling mendukung dan mensupport satu sama lain untuk meningkatkan hafalan Al-Qur’an. Saling menjaga motivasi dikala iman meningkat maupun menurun hehehe.. Carilah teman sejiwa yang memiliki cita2 sama: menghafal Al-Qur’an. Selamat mencari jodohmu! hehehe 4. Murokkaz Murokkaz adalah membaca Al-Qur’an dalam waktu2 tertentu (sesuai dengan kemampuan masing2) untuk membersihkan karat2 di hati. Misalnya gini: Azzamkan dengan kuat dalem hati bahwa selama 15 menit ke depan saya akan baca Al-Qur’an tanpa henti, tanpa diganggu oleh SMS, BBM, FB, Twitter or anything. Apakah saya sanggup membaca 15 menit tanpa itu semua? Kalau mampu, lanjutkan! Hingga 1 jam, 2 jam dst.. Insha Allah bisa, karena nggak ada yang nggak bisa kita lakukan! Dengan murokkaz, kita makin akrab dengan dia! (baca: Al-Qur’an =)) 5. Konsisten Well, ini tips yang saya dapat berkali-kali, baik dari ustadz, dari buku maupun dari para hafidz2 ABG yang diundang di masjid lantai 16 di kantor saya. Tips yang sangaaat mudah diucapkan namun sangat sulit dilaksanakan. Gunakan waktu yang

Menghafal Al-Qur’an itu Semudah Tersenyum Read More »

Motivasi Al Quran: Hafal Al-Quran Berkah Doa Orangtua

Bina Insan Sahabat Al Qur’an – Begini kisahnya; di keluarga kami ada 11 bersaudara, 2 laki-laki, sisannya perempuan. Waktu kumpul-kumpul bersama keluarga, Ummi bilang, pingin banget ada salah satu dari anaknya  hafal Al-Qur’an. Waktu itu saya masih kelas 3 MTS. Tahun 1999, Allah uji saya dengan penyakit tipus 3 bulan lamanya. Waktu itu saya mondok di Pesantren Darus-Salam, Ciamis Jawa-Barat, tingkat MAK (Madrasah Aliyah Keagamaan). Awalnya sempat frustasi, sampai-sampai ada saudara yang membawakan obat cacing tanah untuk diminum. Sempat dirawat satu minggu di RSU  Ciamis, namun akhirnya saya dan keluarga memutuskan pulang  untuk dirawat di rumah, agar tidak merepotkan pihak pesantren. Di sinilah, awal skenario Allah dimulai. Ketika hanya bisa berbaring dan istirahat, Allah ingatkan saya untuk banyak membaca Al-Qur’an dan mentadabburinya, merenungi alam ini, memikirkan siapa penciptanya. Siapa yang menciptakan matahari, bulan, bintang…. Kaki dan tangan saya begitu ringan membuka mushaf Al-Quran, membaca berikut terjemahannya. Di sela-sela itu saya juga sempat menulis biografi para ulama. Waktu, hari dan jam terus berlalu. Setelah satu bulan setengah perasaan itu semakin kuat mendorong untuk menghfal al-Qur’an. Mulai dari juz 1, juz 2 dan 3. Allah gerakkan hati dan pikiran saya untuk ke masjid. Serasa hari-hari hanya untuk Al-Qur’an. Tiada waktu yang kosong terbuang kecuali selalu bersama Al-Qur’an. Sholat sunah juga menjadi rutinitas, baik dhuha, qiyaamullail, qobliyah-ba’diyah. Begitu ringan hati dan pikiran untuk melakukan sholat sambil muroja’ah Al-Qur’an. Sambil sholat dan ngaji, kadang hati ini sering diingatkan untuk tadabbur/merenungi ayat-ayat yang dibaca. Hati begitu dekat dan semakin dekat, jiwa begitu rindu dan semakin rindu. Aduhai, jika Engkau izinkan masa-masa itu kembali lagi… Teringat akan pesan dalam Al-Qur’an, “Sungguh, orang yang selalu baca Al-Qur’an, menegakkan sholat, dan bersedeqah. Dia sedang berbisnis dengan Allah yang tidak akan pernah merugi. Malah Allah sempurnakan rizkinya dan tambahkan karunianya. Sungguh Allah Maha Pengampun lagi Maha bersyukur”. (QS. Faathir 29-30). Sembuh dari penyakit tipus, saya balik ke pondok sudah hafal 3 juz. Semangat saya bertambah dan semakin menggebu-gebu untuk menghafal  juz yang tersisa. Akhirnya, ketika wisuda paripurna, saya dapat menyelesaikan 10 juz. Alhamdulillaah. Demikian pula ketika masuk bangku perkuliahan,  semakin terdorong menuju Al-Qur’an.  Saya bersyukur, tahun 2000-2002, media-media elektronik, telpon dan HP tidak seperti sekarang yang serba canggih dan serba ada. Allah menjaga saya dari kesibukan dunia mahasiswa yang mayoritas diwarnai pemikiran liberal, pluralis, dan lain-lain, tapi malah disibukkan dengan Al-Qur’an. Tiap hari saya bawa mushaf kantong. Sebelum kuliah biasannya sering saya dengarkan tilawah Al-Qur’an dengan walkman yang besar. Kadang sambil jalan, di motor, dan angkutan umum. Dulu, saya masih mengalami kuliah di gedung-gedung lama, dosen biasanya jarang masuk. Saat itulah saya manfaatkan bersama Al-Qur’an. Di sudut-sudut  ruang kuliah, di taman-taman kampus, dan pastinya di dalam Masjid Fathullah UIN Jakarta. Allah ingatkan saya tentang suatu ayat, “Sesiapa orang yg bersungguh-sungguh di jalan kami, akan kami tunjukkan jalan-jalan kemudahan baginya.” Akhir tahun 2002, alhamdulillah saya sudah khatam 30 Juz. Saya setorkan hafalan tersebut kepada Ust. Ali Nurdin, Syeikh Kamal, Syeikh Ibrahim, Ust. H. Muhammad Ali, Ust. H. Musthofa, dan Ust. Khoiruddin. Benar-benar pengalaman yang begitu berkesan dan tak terlupakan, pengalaman yang begitu bersejarah, apalagi ketika menghatamkan 30 juz di hadapan Syeikh Kamal, serasa hidup begitu damai, tenang, tiada kekhawatiran apalagi masalah. Selepas kuliah, semua hajat-hajat hidup serasa begitu mudah. Pekerjaan, istri, rumah, kendaraan, gaji, anak-anak, sampai urusan dapur dan keseharian,  semuannya ada di depan mata, seolah-olah seperti diantarkan tanpa dicari. Sampai ketika usia saat ini pun, saat saya sering keliling keluar kota, Palembang, Palangkaraya, Medan, Pekanbaru dan lain-lain. Semua demi dakwah bil Qur’an. Akhirnya, saya  teringat, apakah ini sebab-musabbab do’a dari orang tua? Ya benar. Ini karena do’a beliau. Semua ini karena do’a beliau. Hati, perasaan, dan tangisan ini tidak bisa terbendung, saat bulan February tahun 2013 lalu, Allah panggil Ummi, setelah berjuang dengn penyakit paru-parunya selama 2 tahun. Inna lillahi wa inna ilaihi roji’uun.Saya sendiri tidak sempat bertemu ketika itu, karena sedang berdakwah di Pekanbaru. Allah begitu sayang dan cinta kepada Ummi, sampai saat wafatnya, terpancar cahaya dan rautan wajah yang tersenyum. Do’a dan amal-amal terbaik selalu saya munajatkan pahalanya buat beliau. Semoga kisah inspiratif ini bisa menjadi pelajaran buat saya dan keluarga. Begitu pun siapa saja yang terketuk hati dan pikirannya untuk berjuang bersama menjadi Ahli Al-Qur’an. Mohon maaf lahir dan batin. sumber

Motivasi Al Quran: Hafal Al-Quran Berkah Doa Orangtua Read More »

Kiat Menjaga Hafalan Al Qur’an

Bina Insan Sahabat Al Qur’an –  Anda punya hafalan al-Qur’an, pernah menghafal al-Qur’an tapi sudah lama lupa atau masih tetap memiliki hafalan dan bisa menghadirkannya setiap saat?  Apabila anda termasuk salah satu dari mereka, maka syukurilah dengan segenap hati. Karena itu pertanda Allah masih sayang kepada kita dan dikaruniakan nikmat yang tidak diberikan kepada kebanyakan orang. Kita yakin, bahwa bisa hafal al-Qur’an, berapapun jumlah hafalan itu, merupakan karuniakan Allah yang besar kepada kita. Demikian pula dengan memori yang merupakan ruang penyimpanan segala bentuk hafalan kita, termasuk di dalamnya hafalan al-Qur’an. Ia juga merupakan salah satu karunia yang teramat besar kepada kita. Pernahkah kita menjaga nikmat memori ini? Pernahkah kita mengembangkan memori kita itu untuk menyimpan jutaan GB (Gigabyte) isi al-Qur’an dengan terus memupuknya? Pasti kita akan menggeleng-gelengkan kepada kita. Jangankan mengembangkannya, malah diri kita sendiri kurang mengetahui pasti apa itu memori. Padahal memori adalah ruang di mana kita bisa mengingat apa saja dan memanggilnya kembali untuk dihadirkan kapan saja. Dan memori bisa dikembangkan sistem kerjanya dengan cara latihan dan membiasakan apa saja, terlebih yang sulit-sulit. Insya Allah dengan begitu memori kita akan kembali hidup dan memaksimalkan fungsi sel-sel otak kita yang kanan yang berperan penting dalam menaruh segala sesuatu dalam jangka waktu yang sangat lama. Nah, erat kaitannya dengan menjaga hafalan al-Qur’an kita, setidaknya ada 5 cara menjaga hafalan kita di dalam memori kita masing-masing agar hafalan kita tetap kuat dan ingatan kita semakin mantap. Kelima cara itu adalah: 1) Senantiasa memurojaahnya kalau tidak ingin hilang. Tidak melakukan murojaah adalah sebab mendasar sebuah kelupaan. Anda bisa menghadapinya dengan cara mendengarkannya berulang-ulang dan murojaah terhadap apa yang ingin anda ingat.2) Penuh perhatian terhadap hal itu. Ada sebuah kecenderungan alami untuk mengingat apa yang kita perhatikan. Kita bisa mengingat apa yang ingin kita ingat. Oleh karena itu berikan cukup perhatian kepada apa yang hendak anda hafal dan anda ingat melebihi dari apa yang biasanya anda perhatikan atau mengistimewakannya. Dan saat itulah anda akan mengingat dengan gambaran yang lebih baik.3) Hendaknya memori anda memiliki tujuan. Sulit rasanya mempelajari sesuatu apabila anda tidak mempunyai tujuan dalam mempelajarinya. Berbeda halnya jika anda sudah punya tujuan, maka pasti anda akan terasa mudah melakukannya. Ketika anda memiliki orientasi yang luhur pada sesuatu maka anda akan dengan sangat mudah untuk menghadirkannya kapan saja secara berkesinambungan.4) Pikirkanlah selalu mengenai hal-hal yang berhubungan dengan apa yang hendak anda ingat. Menghadirkan kaitan-kaitan, yakni hal-hal yang ingin selalu anda hadirkan setiap saat pada dasarnya akan membantu tujuan awal anda.5) Rileks dan ambil nafas dalam-dalam. Pada saat-saat tertentu ada kondisi yang membuat perasaan tertekan dan mempengaruhi memori ingatan. Nah, solusinya ada pada kerilekan. Begitulah yang terjadi pada seorang siswa –misalnya- setelah ia menerima lembar jawaban. Ia akan menjumpai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang sulit hadir berseliwerang dalam benaknya. Terkadang perasaan tertekan hilang serta-merta dan memorinya kembali hadir. Demikian pula yang terjadi pada khatib setelah mereka menyampaikan khutbahnya. Di dalam pikirannya berseliwerang poin-poin penting yang baru saja ia sampaikan ketika khutbah jum’at. Menghirup nafas dalam-dalam, rileks dan memejamkan kedua mata, semua ini membantu hadirnya semua informasi yang terekam dalam memori Anda.sumber Wallahu A’lam Bish-Showab

Kiat Menjaga Hafalan Al Qur’an Read More »

Motivasi menghafal al Qur’an itu perlu

Bina Insan Sahabat Al Qur’an – Motivasi itu perlu untuk menyemangati dalam mencapai suatu target. Tapi dosisnya perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan diri. Bila motivasi berkelebihan dari yang semestinya, ia bukannya memberikan dorongan terhadap cita-cita yang ingin dicapai, tapi malah mengendorkan semangat atau bahkan membunuh sama sekali. Contoh: Motivasi menghafal al Qur’an itu perlu, tapi berikan lah sesuai dengan realiata dan kemampuan yang wajar. Hafal al Qur’an dalam 40 hari, 2 bulan, 6 bulan, kalau menurut saya itu motivasi yang membunuh. Yang membuat orang bisa stres, bahkan gila. Atau paling kurang membuat dia justru kabur dari al Qur’an. Awalnya mungkin semangat, namun akhirnya bisa-bisa ia menjadi orang yang trauma dengan al Qur’an. Kita yang diberi motivasi pun jangan sampai terlalu bernafsu hingga kehilangan akal sehat. Semangati lah diri untuk selalu mau membaca dan menghafal al Qur’an. Yang penting kontinyu. Jangan terlalu ditekan dengan target-target cepat bisa hafal. Ingat…..cepat hafal juga akan cepat hilang. Bahkan akan cepat bosan. Apalagi kalau kita bukanlah pelajar khusus pesantren tahfiz atau bukan pelajar takhasus agama. Jadikan lah target utama kita dekat dengan al Qur’an, selalu mentadabburi dan mengamalkannya. Tidak mesti hafal seperti hafalan Imam Syuraim.

Motivasi menghafal al Qur’an itu perlu Read More »

Motivasi Menghafal Al Quran

Jangan merasa cukup dengan apa yang sudah kita lakukan. ”ah, tadi pagi kan sudah membaca Al Qur’an, sekarang tidak perlu”. ”ah, kemarin kan sudah, sekarang tidak usah” harus dihilangkan. Berusahalah untuk merasakan kenikmatan dan mendambakan kenikmatan berlama-lama berinteraksi dengan Al Qur’an Yakinlah atas mu’jizat Al Qur’an sehingga kita bisa merasakan keagungan Al Qur’an Benchmark: rokok saja (yang jelas-jelas tidak ada gunanya bahkan haram menurut fatwa MUI) bisa membuat orang ”sangat akrab”, masa tidak bisa  akrab dengan Al Qur’an Perbanyak tilawah Qur’an dengan belajar dari best practice: Abu Hanifah sepanjang hayatnya mengkhatamkan Al Qur’an 7000 x (anggap saja umurnya 70 th, sehingga kurang lebih sepekan khatam 2 kali) Tidak memakai ”tapi” dalam membangun motivasi. ”saya ingin menghafal Al Qur’an, tapi kan saya sibuk”, ”tapi kan saya sudah 60 th”, ”tapi kan saya harus berinteraksi intensif dengan anak’, ”tapi kan …. tapi kan … tapi kan …” hilangkan ”tapi”, ganti dengan YAKIN, YAKIN dan YAKIN Jika sudah YAKIN, lanjutkan dengan ”BERAKSILAH”, yaitu perbanyak tilawah dan hafalan Cari dan tumbuhkan segala macam alasan agar tekad bulat selalu terjaga Tinggalkan logika manusia (terlalu banyak yg dihafal, sibuk, sudah tua, dll) yang bisa menghambat semangat menghafal Al Qur’an  Konsentrasi pada ”AKSI”, jangan konsentrasi pada hasil dan jangan memikirkan kendala  Jangan jadikan usia sebagai kendala, banyak sudah contoh saudara kita yang berhasil menjadi penghafal Al Qur’an dalam usia yang sudah lanjut Targetkan ”Al Fatihahkan” semua surat dalam Al Qur’an (hafal betul seperti menghafal Al Fatihah) Tetapkan target, misal ”sebelum usia 40 th, saya harus sudah menghafal Al Qur’an). Target yg paling baik adalah ”sebelum tutup usia, saya harus sudah selesai menghafal Al Qur’an”, karena usia manusia tidak ada yang tahu, sehingga kita akan semangat setiap saat untuk menghafal. Tanamkan dalam diri bahwa hidup hanya sekali dan sebentar, harus manfaatkan waktu yang sekali dan sebentar ini untuk menghafal Al Qur’an Sering-seringlah mentafakuri kehidupan Perbanyak berdoa dan beramal sholeh ”Semoga kita semua ditakdirkan oleh Allah menjadi bagian dari para penghafal Al Qur’an”

Motivasi Menghafal Al Quran Read More »

Motivasi Untuk Dapat Istiqomah dengan Al Qur’an

Bina Insan Sahabat Al Qur’an – Betapa nikmatnya manakala kita telah mampu istiqomah berinteraksi dengan Al Qu’ran. Nikmat membaca kalam – kalam NYA , nikmatnya merasakan seakan-akan kita berbicara dengan NYA, nikmat merasakan Al Qur’an mampu memberikan ruh dan petunjuk dalam tiap langkah kehidupan kita , nikmatnya Al Qur’an menjadi petunjuk pembeda antara yang haq dan yang batil, serta nikmat syafaat kelak bagi sesiapa yang ikhlas senantiasa membaca & bersahabat dengan AL Qur’an. (Insya Allah) Untuk memulai langkah mencintai Al Qur’an . Berikut upaya-upaya jiwa untuk mampu senantiasa bersahabat dengannya  I MENDAMBAKAN AL QUR’AN SEBAGAI KENIKMATAN SEPERTI KITA MENDAMBAKAN HARTA “Tidak boleh iri kecuali dalam dua kenikmatan: seseorang yang diberi Al-Qur’an oleh Allah kemudian ia membacanya sepanjang malam dan siang, dan orang yang diberi harta oleh Allah lalu ia membelanjakannya di jalan Allah sepanjang malam dan siang.” (Muttafaqun ‘alaih) Melihat orang yang hartanya berlimpah tentu membuat kitapun mendambakannya. Hal itu lumrah dan fitrah sekaligus fitnah bagi manusia. Tetapi percayalah bahwa keimanan yang baik tidak saja menjadikan manusia memimpikan kepemilikan dunia tetapi juga memimpikan dan menginginkan akhirat. Dengan iman, ketika melihat orang lain yang memiliki kelebihan dalam urusan akhiratnya – misalnya sangat baik interaksinya dengan Al-Qur’an, hafalannya banyak, rajin beribadah, serta banyak kontribusinya dalam dakwah – maka kita pun sangat mendambakannya. Itulah ghibthah, menginginkan kenikmatan orang lain tanpa membenci dan mengharapkan hilangnya nikmat dari orang tersebut. Berikut ini beberapa perasaan yang harus menjadi pertanyaan dan perhatian kita: 1. Adakah perasaan iri (ghibthah) dalam diri kita ketika melihat saudara kita memiliki kemampuan berinteraksi dengan Al-Qur’an yang lebih baik? Ataukah hanya iri dan menginginkan sesuatu yang terkait dengan harta yang dimiliki saudara kita, tapi untuk Al-Qur’an hati kita adem ayem saja? Jika demikian adanya, itulah bukti lemahnya syu’ur Qur’ani (perasaan ingin membangkitkan diri dengan Al-Qur’an). Para salafush shalih selalu berkompetisi dalam hal interaksi dengan Al-Qur’an dan hal ukhrawi. Telah menjadi tabiat manusia untuk berkompetisi, dan jika tidak diarahkan maka kompetisi tersebut akan cenderung ke hal-hal duniawi seperti harta, jabatan dan lawan jenis. 2. Rasulullah Saw menjanjikan bahwa setiap orang beriman yang bersahabat akrab dengan Al-Qur’an dijamin akan mendapat syafa’at dari Al-Qur’an: “Bacalah Al-Qur’an, sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat menjadi pemberi syafa’at bagi orang-orang yang bersahabat dengannya.” (HR. Muslim). Tanyakan pada diri kita masing-masing, sudahkan kita menjadi sahabat akrab Al-Qur’an? Benarkah di akhirat nanti kita berharap akan mendapat syafa’at dari Al-Qur’an? Alangkah sengsaranya kita bila di akhirat tanpa syafa’at, karena “…Tidak ada yang dapat memberi syafa’at kecuali atas seizin Allah…” (QS Al-Baqarah [2]:255) 3. Kualitas iman kita diukur dengan sejauh mana kualitas dan kuantitas interaksi kita dengan Al-Qur’an. Apakah kita masa bodoh dan tidak merasa sedih jika dalam sebulan tidak khatam Al-Qur’an? Adakah perasaan sedih jika kita tidak punya hafalan ayat-ayat Al-Qur’an? Sedihkah kita karena awam dengan kandungan dan makna Al-Qur’an? Jika belum, dikhawatirkan bahwa kitalah yang disebut Rasulullah yang menjadikan Al-Qur’an sebagai mahjuran. “Berkatalah Rasul: ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Qur’an itu sesuatu yang diabaikan.’ “ (QS Al-Furqan [25]:30) 4. Pernahkah kita menghitung tentang berapa banyak informasi tentang hal-hal yang bersifat duniawi yang ada di kepala kita dibandingkan dengan hal-hal yang berkaitan dengan Al-Qur’an? Jika tentang Al-Qur’an lebih banyak maka bersyukurlah, jika tidak maka bertaubatlah kepada Allah Swt dan segera upayakan untuk kembali kepada Al-Qur’an agar tidak dikecam Allah Swt: “Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia, sedang tentang (kehidupan) akhirat mereka lalai.” 5. Sabda Rasulullah Saw: “Barangsiapa yang belajar Al-Qur’an dan mengamalkannya akan diberikan kepada orang tuanya pada hari kiamat mahkota yang cahanya lebih indah daripada cahaya matahari. Kedua orang tua itu akan berkata, ‘Mengapa kami diberi ini?’ Maka dijawab, ‘Karena anakmu yang telah mempelajari Al-Qur’an’ “ (HR Abu Dawud, Ahmad dan Hakim) Tidakkah hadits tersebut menggugah kita sebagai orang tua untuk memberi perhatian yang lebih pada anak dalam hal pendidikan Al-Qur’annya? Bagaimana mungkin seorang anak dapat mencintai Allah Swt kalau tidak dapat menikmati shalat dengan baik? Bagaimana mungkin dapat shalat dengan baik kalau kemampuannya dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an, khususnya hafalan, lemah dan terbatas? Jangan sampai kita hanya kecewa bila anak tak mampu berbahasa Inggris atau menggunakan komputer tetapi santai saja dengan keterbatasannya dengan Al-Qur’an. Isi Al-Qur’an sesungguhnya menjelaskan bagaimana semua urusan dunia itu bisa mengantarkan manusia kepada suksesnya urusan akhirat. Kita, memang tidak ingin menjadi orang yang dekat dengan Al-Qur’an hanya secara huruf-hurufnya saja tetapi jauh dari dari ruh Al-Qur’an itu sendiri, Insya Allah II. MERAYU ( MEMOTIVASI) DIRI/JIWA SENDIRI AGAR MENCINTAI AL QUR’AN “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku. Masuklah ke dalam surga-Ku” (QS Al-Fajr [89]:27-30) Ungkapan lembut tersebut adalah rayuan Allah kepada hamba-hamba-Nya yang juga disertai ajakan yang provokatif. Bagaimana mungkin kita tidak tergiur dengan rayuan semacam itu? Kita bisa bekerja dengan keras saat jiwa kita sedang asyik dengan Al-Qur’an. Tetapi di saat yang lain, kita mungkin mengalami kondisi keengganan yang besar, jangankan disuruh menghafal, sekedar melihat mushaf pun sangat tidak siap. Untuk kondisi seperti itu, kita perlu merayu diri sendiri, merenungi kehidupan diri kita sendiri sambil mencari bahasa apa yang dapat membangkitkan energi kita untuk kembali bekerja: meraih cita-cita hidup bersama Al-Qur’an. Berbagai permasalahan umum pada diri kita saat berinteraksi dengan Al-Qur’an antara lain: 1. Kita sadar sepenuhnya bahwa tilawah setiap hari adalah keharusan, tetapi jiwa kita belum siap untuk komitmen secara rutin sehingga dalam sebulan, begitu banyak hari-hari yang terlewatkan tanpa tilawah Al-Qur’an. 2. Kita paham bahwa menghafal Al-Qur’an adalah kemuliaan yang besar manfaatnya, tetapi jiwa kita belum siap untuk meraihnya dengan mujahadah. 3. Kita sadar bahwa masih banyak ayat yang belum kita pahami, namun jiwa kita tidak siap untuk melakukan berbagai langkah standar minimal untuk dapat memahami isi Al-Qur’an. 4. Kita sadar bahwa mengajarkan Al-Qur’an sangat besar fadhillahnya, tetapi karena minimnya apresiasi dan penghargaan ummat terhadap para pengajar Al-Qur’an maka sangat sedikit yang siap menjadi pengajar Al-Qur’an. 5. Kita paham bahwa shalat yang baik – khususnya shalat malam – adalah shalat yang panjang dan sebenarnya kita mampu membaca sekian banyak ayat, namun jiwa kita kadang tidak tertarik terhadap besarnya fadhillah membaca Al-Qur’an di dalam shalat. 6. Kita

Motivasi Untuk Dapat Istiqomah dengan Al Qur’an Read More »

Menghafal Al Qur’an, Mencari Inspirasi Menjaga Motivasi

Bina Insan Sahabat Al Qur’an – Hal seperti di atas, dimana terdapat orang yang bisa menghafal seluruh ayat Al Qur’an, memang bukanlah hal yang baru dan aneh. Alhamdulillah saya diberi kesempatan bertemu dan berinteraksi oleh Allah dengan orang yang hafal Al Qur’an. Mulai dari teman dimana beliau sekeluarga –bersaudara 10 orang– hafal Al Qur’an (Ada bukunya lho tentang keluarga ini, judulnya: 10 Bersaudara Bintang Al Qur’an: Kisah Nyata Membesarkan Anak Menjadi Hafiz al-Quran dan Berprestasi ). Dan ada juga seseorang yang baru memulai menghafal Al Qur’an setelah “besar” dan berhasil menghafal Al Qur’an. Ma sha Allah! Selalu saya merasa takjub dan “iri”. Betapa beruntungnya mereka yang berhasil menghafal semua ayat Al Qur’an tersebut dan betapa bahagianya orang tua mereka. Sekaligus harus menjadi motivasi bagi saya pribadi khususnya, untuk konsisten memperbaiki bacaan Al Qur’an dan menghapalkannya. Diriwayatkan Ibnu Abbas ra, ia berkata, Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya orang yang tidak ada sedikitpun al-Qur`an di dalam rongganya, ia seperti rumah yang runtuh”. (HR. at-Tirmidzi 2910) [1]. “Qur’an is words of God”, kata salah seorang komentator dalam film Koran By Heart. Maha Besar Allah, Dia telah menjamin sendiri bahwasanya Al Qur’an akan tetap terjaga keaslian dan kesuciannya sampai akhir zaman [2]. Dan Maha benar Allah, ini terbukti! Seperti sedikit contoh di atas, Al Qur’an dihafalkan oleh banyak anak manusia, tidak peduli asalnya, warna kulitnya, apakah bisa bahasa Arab atau tidak. Dan tidak disitu saja, Al Qur’an pun tak hanya sekedar dihapalkan begitu saja, tapi harus lengkap dengan kebenaran cara bacanya. Dan sungguh itu mudah saja bagi Allah untuk mewujudkannya, dan imbasnya berbagai usaha untuk memalsukan Al Qur’an, alhamdulillah tergagalkan dengan seiring berjalan waktu. Takbir! Namun, perlu kita catat menghafal Al Qur’an sendiri bukanlah tujuan akhir. Sepaham saya inilah salah satu jalan bagi umat manusia untuk bisa memahami sumber petunjuk hidupnya untuk keselamatan hidup dunia akhirat. Dari hafal sedikit demi sedikit (apakah paralel atau setelahnya) mulai memahami maknanya sekaligus kemudian mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, dan kemudian mengajarkannya kepada orang lain. Ini tidaklah mudah memang, saling jaga, saling dukung dari lingkungan, komunitas (bisa itu keluarga, sekolah, masyarakat dlsb) sangatlah diperlukan. Tidak dapat dipungkiri banyak juga kasus anak yang waktu kecilnya rajin menghafal Al Qur’an, kemudian hilang hafalannya seiring dengan hilang atau berkurangnya fungsi kontrol dari lingkungan atau komunitas sebelumnya. Semakin tinggi pohon semakin kuat tantangan anginnya. Begitu juga saya yakin dengan para penghafal Al Qur’an, semakin banyak hafalan Al Qur’an seseorang semakin tinggi pula godaan dan cobaan bagi dirinya. Dan yang seperti baru saya baca beberapa hari lalu di tulisannya Ustadz Mohammad Fauzil Adhim di sini, bahkan tercatat dalam sejarah seorang Abu Muhammad al-Hajjaj bin Yusuf ats-Tsaqafi yang hafal Al Qur’an tapi jatuh menjadi seorang pemimpin sangat zhalim. Ini adalah pelajaran berharga bagi siapa pun, terutama yang menghafal Al Qur’an. Akan selalu ada “bisikan-bisikan” setan yang menjerumuskan, dan tidak menutup kemungkinan akan banyak pujian datang yang kalau salah menanggapi bisa menjerumuskan pada jurang ujub atau kesombongan. Namun, tentunya bukan berarti yang belum dan sedang berusaha menghapal Al Qur’an menjadi lemah atau hilang niat dan apatah lagi berhenti usaha untuk menghafal Al Qur’an, logika sederhananya orang yang sudah hapal Al Qur’an saja masih ada peluang menjadikannya tidak selamat (baik dunia maupun akhirat), apalagi yang tidak hafal. Tetap semangat,bismillah 🙂 Sekali lagi menghafal Al Qur’an bukanlah tujuan akhir dari segalanya, kita perlu merenungkan nasihat dalam tulisan Ustadz Mohammad Fauzil Adhim tersebut, bahwasanya penghafalan (tahfidz) Al Qur’an adalah penempaan iman dulu. Dan berikutnya harapan saya dengan mengutip perkataan Ibnu Khaldun rahimullah: hapalan Al Qur’an bisa lebih mengokohkan iman [3]. Cita-cita besar yang terpaut rindu akan terwujudnya lagi generasi mulia semoga menjadi kenyataan berupa banyaknya muncul para pemimpin umat, ilmuan, profesional, dokter,pengacara,konsultan, pegawai, guru, wirausahawan yang tidak saja ahli dalam bidangnya tapi juga hapal Al Qur’an, sekaligus menerapkan, mengajarkan nilai-nilai Al Qur’an dalam kehidupannya. Aamiin ya Allah. PS: Mari menghafal Al Qur’an sekaligus sama-sama senantiasa mengiringinya, memperbaikinya dengan belajar membaca Al Qur’an secara benar atau istilahnya belajar Tahsin:) Dan jangan lupa harus ada Guru yang membimbing agar bacaan kita benar sesuai dengan kaidah ilmunya. Dari Utsman bin ‘Affan ra, dari Nabi saw, beliau bersabda, “Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari al-Qur`an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari) [1].

Menghafal Al Qur’an, Mencari Inspirasi Menjaga Motivasi Read More »

Tak Ada Kata Sulit Dalam Menghafal Al Qur’an

Bina Insan Sahabat Al Qur’an – Pada umumnya, biografi para tokoh dari ulama yang sering kita baca menggambarkan mereka telah hebat sejak belia. Ketika usia balita telah mampu menghafal Al-Qur’an, masa kanak-kanak yang dihiasi dengan thalabul ‘ilmi dan kecerdasan yang telah nampak sejak usia dini. Bagi orang yang ‘terlanjur’ dewasa, kisah seperti itu terkadang hanya sebagai hiburan dan hanya bisa menikmati kekaguman terhadap figur ulama. Sebagian lagi menjadikannya sebagai motivasi dalam mendidik anak-anaknya. Peluang Masih Ada Yang paling disayangkan, kisah-kisah seperti itu malah ‘membunuh’ motivasi sebagian orang dewasa yang merasa masih biasa-biasa saja dan tak memiliki kemampuan istimewa. Timbul rasa pesimis dibenaknya, “Masa kecilku tak sehebat mereka, masa mudaku tak sebrilian mereka, kini aku sudah tua, tak mungkin lagi bisa hebat seperti mereka.” Motto salah alamat pun sering dijadikan alasan. “Belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu, belajar di usia dewasa bagai mengukir di atas air.” Ia pun merasa sia-sia untuk belajar. Sesekali mendendangkan motto, “Barangsiapa tidak menanam benih (di usia muda) tak akan menuai hasil panen (di usia tua)”. Kemudian ia merasa sudah tua dan terlambat untuk mencoba. Mengapa kita tidak ambil motto lain yang lebih cocok dengan usia kita dan lebih memotivasi diri. Seperti perkataan Ahnaf bin Qais untuk mengimbangi motto yang pertama, “Wal kabiiru aktsaru ‘aqlan”, tetapi orang tua lebih banyak akal. Orang dewasa memiliki kreativitas untuk mengembangkan potensi. Mereka punya banyak cara yang bisa dicoba, tidak sebagaimana anak kecil yang hanya bisa berbuat sesuai dengan apa yang dicontohkan kepadanya. Kenapa pula kita tidak menggunakan motto, “Jangan katakan kesempatan telah berlalu, karena siapa berusaha niscaya sampailah ia ke tempat yang dituju.” Bukankah seandainya kiamat tinggal sehari, lalu di tangan kita ada biji tanaman yang siap kita tanam, kita diperintahkan untuk menanamnya? Ini menunjukkan bahwa setiap kebaikan yang kita usahakan tidaklah sia-sia. Sejarah juga tidak hanya menyajikan sosok-sosok yang istimewa sedari kanak-kanak. Ada yang biasa-biasa saja seperti Malik bin Dinar, setelah putrinya meninggal ia bertaubat sekaligus memulai belajar agama di usia dewasa. Bahkan ulama kenamaan di zaman tabi’in Fudhail bin ‘Iyadh lebih gelap lagi latar belakangnya. Dahulunya ia seorang perampok. Setelah bertaubat dan belajar akhirnya menjadi ulama besar. Dari zaman ke zaman, selalu ada contoh-contoh yang mewakili sebagai orang-orang biasa, namun menjadi luar biasa karena kesungguhannya yang luar biasa. Seperti yang dilakukan oleh seorang warga Saudi bernama Malik Muhammad Abdul Malik. Meski sudah lebih dari 60 tahun usianya dan mata pencahariannya sebagai seorang sopir, tak menghalangi dirinya untuk mengikuti halaqoh tahfizh Al-Qur’an. Hingga akhirnya beliau mampu menyelesaikan hafalan 30 juz selama 15 tahun. Motivasi yang beliau pegang adalah, “Jika tekad sudah bulat, maka yang susah akan terasa mudah.” Muna Sa’id al-Ulaiwah dalam bukunya Qishshati fi hifzhil Qur’an mengisahkan ada kakek tua berumur 80 tahun mendatangi salah seorang ustadz di Masjid Nabawi dan berkata, “Saya ingin menghafal Al-Qur’an, tolong ajari saya.”  Ustadz menjawab, “Wahai Bapak, umur Anda sudah tua, duduk saja bersama kami untuk mendengarkan.” Tapi dia tetap bersikukuh pada pendiriannya, “Tapi saya ingin menghafal.” Sang guru menyuruhnya membaca Al-Qur’an, tapi ia berkata, “Saya belum lancar membacanya, tolong ajari saya dari awal.” Tapi, siapa sangka lima tahun kemudian sang kakek telah hafal 30 juz, Allah tidak menyia-nyiakan usaha hamba-Nya yang bersungguh-sungguh. Bagi sebagian kita yang merasa sibuk dengan urusan ma’isyah (pencaharian), ada baiknya menyimak kisah yang disebutkan Muna al-Ulawiah di buku tersebut. Yakni tentang sopir yang senantiasa menyempatkan diri untuk menghafal Al-Qur’an saat menanti pergantian lampu merah di persimpangan jalan. Ia bekerja sebagai sopir. Ia sengaja menyimpan musshaf di mobilnya, saat lampu merah menyala, ia sempatkan untuk membuka musshaf dan menghafalkan satu-dua baris dari ayat-ayat Al-Qur’an. Dia memberikan kesaksian tentang dirinya. “Aku hafal surat Al-Baqarah sepenuhnya di jalan saat menanti lampu merah.” Sangat berbeda dengan kebiasaan orang yang hanya melihat mobil di sekitarnya atau bahkan menggerutu dan mengungkapkan kekesalannya. Jangan Berkata “Sulit!” DR.Abdullah Mulhim menegaskan, “Seseorang bisa mewujudkan mimpi-mimpinya dengan cara mengubah pola pikirnya.” Ketika seseorang mengubah persepsi susah, sulit, sukar, mustahil diganti dengan mudah dan mungkin, ini sangat membantu seseorang untuk mewujudkan cita-citanya. Begitupun sebaliknya. Masih di buku yang sama, Muna al-Ulaiwah mengisahkan seorang bapak yang memiliki anak yang sedang menghafalkan Al-Qur’an. Bapak itu bercerita, “Saya memiliki anak yang masih kecil, hafalannya sangat bagus. Setiap hari ia menghafal dan menyetorkan hafalannya kepada ustadznya satu setengah halaman dengan lancar. Dengan cara ini, ia telah hafal juz Amma, juz 29 dan juz 28. Saat hendak memulai juz ke-27, ia bertanya kepadaku, “Ayah, apakah saya memulai dari depan atau belakang?”. “Dari belakang saja, nak.” Kataku. Ia bertanya, “Kenapa dari belakang?”. Ku katakan, “Karena surat Al-Hadid itu sulit.” Sang anak pun menurut, seperti biasanya ia mampu melalui surat demi surat dengan mudah. Namun, tatkala smapai pada Surat Al-Hadid, ia merasa kesulitan untuk menghafalnya, hingga butuh waktu selama satu setengah bulan untuk menghafalnya. Kenapa bisa sesulit itu? Karena telah ter-install di pikirannya bahwa menghafal Surat Al-Hadid itu sulit. Maka persepsi itu snagat mempengaruhi kemampuan seseorang. Begitupun dengan orang yang sudah dewasa, ketika telah terpatri dibenaknya bahwa menghafal itu sulit, maka kesulitan akan dialaminya. Singkat kata, orang yang optimis, satu tekad saja sudah cukup baginya untuk menepis seribu halangan. Berbeda dengan orang yang pesimis, seribu alasan akan diungkapkan untuk menghindari satu tantangan. Pilihan selanjutnya terserah kita. Wallahu a’lam…,sumber

Tak Ada Kata Sulit Dalam Menghafal Al Qur’an Read More »