August 2019

Amalan-Amalan Di Bulan Muharram

1 Muharram akan jatuh pada hari ahad tanggal 1 September 2019 besok. Bulan Muharram merupakan salah satu bulan yang istimewa dalam Islam, bahkan bulan ini mendapatkan julukan Syahrullah (Bulan Allah). Hal ini dikarenakan pada bulan Muharram banyak amalan-amalan yang dianjurkan untuk dikerjakan, bahkan di bulan ini diharamkan untuk berperang. Sesuai Firman Allah Ta’ala dalam Surat At-Taubah Ayat 36  : إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ ۚ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً ۚ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ Artinya : “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (Q.S At-Taubah:36). Sebagaimana bulan-bulan istimewa lainnya, didalam bulan Muharram juga terdapat amalan-amalan yang bisa dilakukan demi mengharapkan Ridho dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Amalan tersebut antara lain. Puasa Asyura (Puasa Sunnah tanggal 10 Muharram) Puasa Asyura merupakan salah satu puasa Sunnah yang sangat dianjurkan untuk dikerjakan oleh setiap umat Islam. Bahkan Rasulllah sangat bersemangat dalam melaksanakan puasa Asyura ini. Dari Ibnu Abbas berkata: مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَرَّى صِيَامَ يَوْمٍ فَضَّلَهُ عَلَى غَيْرِهِ إِلاَّ هَذَا الْيَوْمَ: يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَهَذَا الشَّهْرَ يَعْنِي شَهْرَ رَمَضَانَ Aku tidak pernah melihat Nabi benar-benar perhatian dan menyengaja untuk puasa yang ada keutamaannya daripada puasa pada hari ini, hari ‘Asyura dan puasa bulan Ramadhon. (HR. Bukhari & Muslim). Pada hari itu Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam menjalankan puasa Sunnah Asyura. Keutamaan dari melaksanakan puasa ini adalah mampu menghapus dosa satu tahun yang lalu, kecuali dosa besar dan syirik. Sesuai dengan sabda Rasulullah صِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ “Puasa ‘Asyura aku memohon kepada Allah agar dapat menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim) Puasa Tasu’a Rasulullah SAW menganjurkan kepada yang melaksanakan puasa ‘Asyura, untuk melengkapi dengan puasa Tasu’a sehari sebelumnya. Puasa pada tanggal 9 Muharram ini disyariatkan untuk menyelisihi syariat puasa Yahudi dan Nasrani. Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwa ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan puasa Asyura dan beliau perintahkan para sahabat untuk melakukan puasa di hari itu, ada beberapa sahabat yang melaporkan: يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى “Wahai Rasulullah, sesungguhnya tanggal 10 Muharram itu, hari yang diagungkan orang Yahudi dan Nasrani.” Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ “Jika datang tahun depan, insyaaAllah kita akan puasa tanggal 9 (Muharram).” Ibnu Abbas melanjutkan, “Namun belum sampai menjumpai Muharam tahun depan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah wafat.” (HR. Muslim 1916). Menyantuni Anak Yatim Pada tanggal 10 Muharram tidak hanya disebut sebagai hari Asyura saja, namun bisa disebut juga sebagai lebaran anak yatim. Dari Sahl ibnu Sa’ad, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda, أَنَا وَكاَفِلُ الْيَتِيْمِ فِي الْجَنَّةِ هَكَذَا” وَقَالَ بِإِصْبَعَيْهِ السَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى “Kedudukanku dan orang yang menanggung anak yatim di surga bagaikan ini.”   [Beliau merapatkan jari telunjuk dan jari tengahnya]. (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrod no. 135, shahih) Lihat As Silsilah Ash Shahihah (800): [Bukhari: Kitab Al Adab, 24-Bab Fadhlu Man Ya’ulu Yatiman] Terdapat sebuah hadis dalam kitab Tanbihul Ghafilin: من مسح يده على رأس يتيم يوم عاشوراء رفع الله تعالى بكل شعرة درجة “Siapa yang mengusapkan tangannya pada kepala anak yatim, di hari Asyuro’ (tanggal 10 Muharram), maka Allah akan mengangkat derajatnya, dengan setiap helai rambut yang diusap satu derajat.” Demikian amalan-amalan yang dianjurkan dikerjakan dalam bulan Muharram ini. Besar harapan kita bisa melaksanakan demi mengharapkan Ridho dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Amalan-Amalan Di Bulan Muharram Read More »

Tips Menghafal Al-Qur’an

Menghafalkan Al-Qur’an merupakan salah satu amal utama dalam Islam. menghafalkan Al-Qur-an juga merupakan salah satu ciri orang berilmu, sesuai Firman Allah Ta’ala dalam surat Al-Ankabut ayat 49 بَلْ هُوَ آَيَاتٌ بَيِّنَاتٌ فِي صُدُورِ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَمَا يَجْحَدُ بِآَيَاتِنَا إِلَّا الظَّالِمُونَ “Bahkan, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata, yang ada di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu.”(QS. al-Ankabut: 49). Salah satu kemuliaan orang-orang penghafal Al-Qur’an akan mendapatkan mahkota kemuliaan kelak di akhirat nanti. Dengan segala keutamaan, banyak kaum muslimin yang berbondong-bondong ingin menghafalkan Al-Qur’an. Baik secara mandiri maupun ke pondok-pondok khusus penghafal Al-Qur’an. Namun, menghafal Al-Qur’an ternyata tidak semudah apa yang orang bayangkan. Dari perbedaan tiap orang dalam menyerap hafalan, ada yang cepat ada yang lama sampai faktor teknis lainnya. Oleh karena itu kami akan memberikan tips khusus bagaimana menghafal Al-Qur’an itu. Berikut tips yang bisa kamu lakukan saat akan menghafalkan Al-Qur’an : 1.       Niat Karena Allah Segala amalan yang kita lakukan harus karena Allah, termasuk dengan Menghafal Al-Qur’an ini. Hal pertama yang kamu lakukan adalah meluruskan niat menghafalkan Al-Qur’an hanya untuk mengharap Ridho Allah Ta’ala. Dari Umar bin Khathab, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيِهِ “Sesungguhnya segala amalan itu tidak lain tergantung pada niat; dan sesungguhnya tiap-tiap orang tidak lain (akan memperoleh balasan dari) apa yang diniatkannya. Barangsiapa hijrahnya menuju (keridhaan) Allah dan rasul-Nya, maka hijrahnya itu ke arah (keridhaan) Allah dan rasul-Nya. Barangsiapa hijrahnya karena (harta atau kemegahan) dunia yang dia harapkan, atau karena seorang wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya itu ke arah yang ditujunya.” (HR. Bukhari & Muslim). 2.       Waktu terbaik untuk menghafal Setiap orang memiliki kemampuan menghafal yang berbeda ada yang cepat adapula yang lama. Namun Rasulullah sudah memberikan contoh bahwa waktu terbaik untuk menghafalkan Al-Qur’an adalah malam hari. Sesuai dengan Hadist Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ عَبْدِ الأَعْلَى ، أَخْبَرَنِي أَنَسُ بْنُ عِيَاضٍ ، عَنْ مُوسَى بْنِ عُقْبَةَ ، عَنْ نَافِعٍ ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : ” إِذَا قَامَ صَاحِبُ الْقُرْآنِ فَقَرَأَهُ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ ذَكَرَهُ وَإِنْ لَمْ يَقُمْ بِهِ نَسِيَهُ “ “Yunus bin Abdil A’la menuturkan kepadaku, Anas bin ‘Iyadh mengabarkan kepadaku, dari Musa bin ‘Uqbah, dari Nafi’ dari Ibnu Umar radhiallahu’anhu, dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, beliau bersabda:‘Jika seseorang shahibul Qur’an membaca Al Qur’an di malam hari dan di siang hari ia akan mengingatnya. Jika ia tidak melakukan demikian, ia pasti akan melupakannya‘” (HR. Bukhari & Muslim). 3.       Membaca berulang-ulang Ketika kita membaca sesuatu berulang-ulang maka dititik tertentu kita akan mengingat apa yang kita baca. Begitu juga saat kita akan menghafalkan Al-Qur’an, cara yang paling mudah dengan membaca ayat tersebut berulang-ulang. Berapa kalinya kita mengulang bacaan tentu sampai hafal tiap orang bisa jadi berbeda, namun lakukan minimal 20 kali pengulangan. 4.       Mendengarkan murotal surat yang mau kita hafalkan Kamu bisa mendengarkan murotal sebagai salah satu cara untuk menghafalkan Al-Qur’an. Carilah yang memiliki kualitas suara yang baik dan jernih serta bacaanny jelas sehingga memudahkan kamu untuk menghafalkan Al-Qur’an. Dengarkan berulang-ulang surat yang mau kita hafalkan. 5.       Menghafal dengan bertingkat Jangan memberatkan otak anda dengan langsung menghafal semua jadi satu, tapi cobalah bertahap dalam menghafalkan. Mulai dari 4 ayat pertama, dilanjut 8 ayat selanjutnya, kemudian 16 ayat lagi dan seterusnya. Sehingga hal ini bisa melatih otak anda untuk makin berkembang dalam menghafal surat-surat dalam Al-Qur’an. 6.       Tulis Ayat yang mau dihafalkan Menulis bisa mengikat ilmu, dengan menulis maka membuat apa yang kita dapatkan menjadi permanen. Begitu juga saat anda menghafalkan Al-Qur’an. Usahakan setiap kali anda menghafal, ayatnya ditulis, untuk mengikat hafalan kamu. 7.       Jauhi maksiat Maksiat merupakan penghalang yang nyata dalam menghafal Al-Qur’an. Godaan-godaan yang setan lakukan membuat kita lupa mengingat Allah. Dalam surat Al-Mujadilah ayat 19 Allah Ta’ala Berfirman اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ الشَّيْطَانُ فَأَنْسَاهُمْ ذِكْرَ اللَّهِ ۚ أُولَٰئِكَ حِزْبُ الشَّيْطَانِ ۚ أَلَا إِنَّ حِزْبَ الشَّيْطَانِ هُمُ الْخَاسِرُونَ Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah golongan syaitan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan syaitan itulah golongan yang merugi. (QS. Al-Mujadilah :19) Oleh karena itu jauhilah maksiat agar Allah memudahkan kamu dalam menghafal Al-Qur’an. Semoga tips-tips diatas bisa bermanfaat dan mampu membuat kita menjadi penghafal Al-Qur’an. Aamiin.

Tips Menghafal Al-Qur’an Read More »

adab Bertamu Dalam Islam

Islam mengatur banyak hal, termasuk hubungan antar manusia. Salah satu bentuk hubungan antar manusia yakni berkunjung kerumah orang lain atau biasa disebut bertamu. Bertamu dalam Islam adalah sesuatu yang baik, bahkan memuliakan tamu yang berkunjung merupakan indicator keimanan setiap muslim. Sesuai sabda rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam : مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلأخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ “Barang siapa yang beriman pada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya.” (HR. Bukhari) Meskipun bertamu dianjurkan dalam islam, tentu jangan lupakan adab saat bertamu. Jangan sampai yang niatnya menyambung dan mempererat tali silaturahim karena tidak memperhatikan adab malah membuat ukhuwah kita menjadi renggang karena ketersinggungan tersebut. Berikut adab bertamu dalam islam : 1.       Waktu bertamu Dalam bertamu mestinya memperhatikan waktu kapan untuk bertamu. Rasulullah memiliki kebiasaan untuk bertamu saat pagi dan sore hari. Sesuai dengan hadist Rasulullah yang Dikatakan oleh sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, “Rasulullah tidak pernah mengetuk pintu pada keluarganya pada waktu malam. Beliau biasanya datang kepada mereka pada waktu pagi atau sore.” (HR. Al-Bukhari no. 1706 dan Muslim no. 1928) 2.       Meminta izin bertamu Dalam surat An-Nur ayat 27 Allah Subhanahu wa Ta’ala Berfirman يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّى تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا عَلَى أَهْلِهَا ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ (27) “Hai orang-orang beriman, jangalah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.” (QS. An-Nur [24] :27) 3.       Jangan mengetuk pintu berlebihan Terkadang saking semangatnya kita bertamu, saat mengetuk pintu kita ketuk pintu dengan keras dan cenderung mengagetkan tuan rumah. Dalam Islam hal tersebut tidak diperbolehkan. Islam menganjurkan saat bertamu hendaknyalah dengan lembut mengetuk pintunya. Sesuai hadist Rasulullah sebagai berikut : “Kami di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengetuk pintu dengan kuku-kuku.” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrod bab Mengetuk Pintu) 4.       Jawab dengan nama jelas ketika ditanya tuan rumah “siapa” Saat bertamu, tuan rumah terkadang belum tau siapa yang dating bertamu. Maka sebaiknya ketika tuan rmah bertanya siapa yang bertamu. Hendaknya dijawab dengan jelas. Sebagaimana Sebagaimana terdapat dalam riwayat dari Jabir radhiallahu’anhu, dia berkata : أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي دَيْنٍ كَانَ عَلَى أَبِي فَدَقَقْتُ الْبَابَ فَقَالَ مَنْ ذَا فَقُلْتُ أَنَا فَقَالَ أَنَا أَنَا كَأَنَّهُ كَرِهَهَا “Aku mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka aku mengetuk pintu, lalu beliau bertanya, ‘Siapa?’ Maka Aku menjawab, ‘Saya.’ Lalu beliau bertanya, ‘Saya, saya?’ Sepertinya beliau tidak suka.” (HR. Bukhari dan Muslim) 5.       Segera kembali jika urusan sudah selesai Saat bertamu perhatikan juga berapa lamanya disana,  ketika sudah selesai dengan urusannya maka segeralah kembali. Sebagaimana Allah ta’ala dalam firman-Nya: يَاأََيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا لاَ تَدْخُـلُوْا بُيُـوْتَ النَّبِي ِّإِلاَّ أَنْ يُؤْذَنَ لَكُمْ إِلَى طَـعَامٍ غَيْرَ نَاظِـرِيْنَ إِنهُ وَلِكنْ إِذَا دُعِيْتُمْ فَادْخُلُوْا فَإِذَا طَعِمْتُمْ فَانْتَشِـرُوْا وَلاَ مُسْتَئْنِسِيْنَ لِحَدِيْثٍ إَنَّ ذلِكُمْ كَانَ يُؤْذِى النَّبِيَّ فَيَسْتَحِي مِنْكُمْ وَاللهُ لاَ يَسْتَحِي مِنَ اْلحَقِّ “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah-rumah Nabi kecuali bila kamu diizinkan untuk makan dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak makanannya! Namun, jika kamu diundang, masuklah! Dan bila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa memperpanjang percakapan! Sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu Nabi. Lalu, Nabi malu kepadamu untuk menyuruh kamu keluar. Dan Allah tidak malu menerangkan yang benar.” (Qs. Al Azab: 53) 6.       Mendoakan tuan rumah Jangan lupa mendoakan kebaikan bagi tuan rumah saat kita berkunjung kesana. Di antara doa yang diajarkan Rasulullah adalah اَللّهُـمَّ اغْـفِرْ لَهُمْ وَارْحَمْهُمْ وَبَارِكْ لَهُمْ فِيْمَا رَزَقْتَهُمْ “Ya Allah ampuni dosa mereka dan kasihanilah mereka serta berkahilah rezeki mereka.”

adab Bertamu Dalam Islam Read More »

Pentingnya Muhasabah Diri

Apa yang sudah kita lakukan hari ini? Sudahkah kita berbuat baik? Seberapa sering kita melakukan dosa pada hari ini? Atau malah kita lebih sering memikirkan dunia daripada akhiratnya?. Pernahkah temen-temen dalam setiap harinya terlintas pertanyaan tersebut, kalau belum beristghfarlah. Jangan-jangan kita sudah lupa hakikat hidup didunia ini. Seringkali kita mudah menilai seseorang namun begitu sulit ketika kita menilai diri kita sendiri. Efeknya dalam menjalankan segala aktifitas kitapun jadi lupabahwa setiap yang kita lakukan selalu dihisab oleh Allah. Disinilah perlu namanya setiap muslim untuk saling bermuhasabah diri. Ada beberapa hal yang membuat muhasabah diri itu penting. Antara lain 1.     Muhasabah Merupakan Perintah dari Allah SWT. Dalam Surat Al-Hasyr ayat 18 Allah Berfirman يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ  “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Q>S Al-Hasyr:18). 2.      Muhasabah Diri merupakan barometer keimanan Al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah mengatakan, “Mukmin itu yang rajin menghisab dirinya dan ia mengetahui bahwa ia akan berada di hadapan Allah kelak. Sedangkan orang munafik adalah orang yang lalai terhadap dirinya sendiri (enggan mengoreksi diri, pen.). Semoga Allah merahmati seorang hamba yang terus mengoreksi dirinya sebelum datang malaikat maut menjemputnya.” (Tarikh Baghdad, 4:148. Lihat A’mal Al-Qulub, hlm. 372). 3.     Muhasabah Diri adalah karakter orang yang bertakwa Dalam Surat Al-Hasyr ayat 18-19 Allah Berfirman يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (18) وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ (19) “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Hasyr: 18-19) 4.     Buah manis daripada Muhasabah adalah taubat  Ketika kita melakukan muhasabah diri, kita akan mengevaluasi dosa-dosa yang sudah kita lakukan. Harapannya kita menyesal dan akhirnya bertabat dari dosa-dosa yang sudah kita lakukan. Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda : النَّدَامَةُ تَوْبَةٌ “Menyesal adalah taubat.” (HR.Ibnu Majah no. 4252, Ahmad no.3568, 4012, 4414 dan 4016. Hadist ini dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahiih al-Jaami’ ash-Shaghir no.6678).

Pentingnya Muhasabah Diri Read More »

Nikmatnya Lautan Dalam Islam

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan begitu banyaknya nikmat kepada setiap manusia. Nikmat-nikmat yang telah Allah berikan tidak bisa lagi terhitung banyaknya. Salah satu nikmat yang Allah berikan yakni ditundukannya lautan yang luas lagi dalam agar bisa dinikmati oleh setiap manusia. Dalam surat An-Nahl ayat 14 Allah Azza wa Jalla berfirman :  وَهُوَ الَّذِي سَخَّرَ الْبَحْرَ لِتَأْكُلُوا مِنْهُ لَحْمًا طَرِيًّا وَتَسْتَخْرِجُوا مِنْهُ حِلْيَةً تَلْبَسُونَهَا وَتَرَى الْفُلْكَ مَوَاخِرَ فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ  “Dan Dialah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.” (Q.S An-Nahl :14) Dalam ayat tersebut memiliki kandungan bahwa atas kuasa dari Allah, manusia mampu berlayar dengan leluasa di lautan yang sangat luas ini. Yang dengan hal tersebut agar kita sebagai hamba-Nya mampu menikmati apa yang ada di dalam lautan. Dengan ikan-ikan yang dagingnya halal dimakan semua, perhiasab-perhiasan yang berasal dari mutiara yang sangat indah, serta berbagai macam kandungan dalam lautan baik gas, minyak, dan seghala sumber daya yang mampu untuk memenuhi segala kebutuhan daripada manusia itu sendiri. Lautan merupakan sesutau yang vital bagi kehidupan manusia. Dengan 2/3 dari dunia ini merupakan lautan yang luas dan dalam. Lautan juga menjadi sarana penghubung antar manusia di segala belahan bumi, maupun sebagai pemenuh kebutuhan manusia baik konsumtif, pengobatan sampai industri. Apalagi dizaman yang semakin canggih, semakin mudah pula manusia untuk mengeksploitasi kandungan dari dalamnya lautan, meskipun juga masih banyak misteri yang belum terpecahkan dibalik lautan ini. Lautan Anugerah Terindah Dari Illahi Lautan dan segala isinya merupakan salah satu tanda kebesaran dari Allah. Ia merupakan salah satu angerah terindah yang Allah berikan kepada manusia. Sebagai anugerah yang Allah berikan kepada makhluk-makhluknya, tentu saja lautan memiliki banyak manfaat yang bisa kita petik sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat lautan yang Allah berikan, berikut manfaat dari Lautan  1.       Segala jenis hewan laut seperti ikan halal untuk dimakan termasuk bangkainya Salah satu anugerah yang Allah berikan kepada hambaNya dari lautan adalah bahwa segala jenis hewan laut seperti ikan itu halal untuk dimakan. Dalam surat Al-Maidah ayat 96 Allah berfirman أُحِلَّ لَكُمْ صَيْدُ الْبَحْرِ وَطَعَامُهُ مَتَاعًا لَكُمْ وَلِلسَّيَّارَةِ Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari laut sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan. [al-Mâidah/5:96]. Tidak hanya ikan yang masih hidup, bahkan bangkainya pun juga halal untuk dimakan karena air laut itu suci dan menyucikan. Sebagaimana Sabda Rasulullah هُوَ الطَّهُوْرُ مَاؤُهُ، الْحِلُّ مَيْتَتُهُ “Air laut itu suci, (dan) halal bangkainya.” [HR Abu Dawud, Tirmidzi, an-Nasâ-i, Ibnu Mâjah, dan Ibnu Abi Syaibah, dan ini merupakan lafazhnya, dan telah dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah, dan Tirmidzi dan telah diriwayatkan pula oleh Malik, Syafi’i dan Ahmad].    2.       Perhiasan dari dalam lautan   Manusia suka akan segala bentuk keindahan terutama perhiasan-perhiasan. Allah memberikan anugerah berupa perhiasan yang bisa manusia dapatkan didalam lautan seperti mutiara, marjan dan sebagainya. Dalam Surat Fatir ayat 12 Allah berfirman        وَمَا يَسْتَوِي الْبَحْرَانِ هَٰذَا عَذْبٌ فُرَاتٌ سَائِغٌ شَرَابُهُ وَهَٰذَا مِلْحٌ أُجَاجٌ ۖ وَمِنْ كُلٍّ تَأْكُلُونَ لَحْمًا طَرِيًّا وَتَسْتَخْرِجُونَ حِلْيَةً تَلْبَسُونَهَا ۖ وَتَرَى الْفُلْكَ فِيهِ مَوَاخِرَ لِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ  “Dan tiada sama (antara) dua laut; yang ini tawar, segar, sedap diminum dan yang lain asin lagi pahit. Dan dari masing-masing laut itu kamu dapat memakan daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang dapat kamu memakainya, dan pada masing-masingnya kamu lihat kapal-kapal berlayar membelah laut supaya kamu dapat mencari karunia-Nya dan supaya kamu bersyukur” (Q.S. Fatir:12). 3.       Sarana Berdagang      Dalam Surat Al-Baqarah ayat 164 Allah berfirman      إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ مَاءٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ     “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (Q.S Al-Baqarah:164) Salah satu kandungan dalam ayat tersebut bahwa Allah menundukan lautan agar manusia bisa berlayar membawa segala hal yang berguna bagi mereka yang dalam hal ini segala bentuk perdagangan yang sudah disyariatkan.  Dengan berbagai macam anugerah tersebut, hendaknyalah kita sebagai HambaNya senantiasa bersyukur mengharapkan Ridho dariNya

Nikmatnya Lautan Dalam Islam Read More »

Makna Kemerdekaan Dalam Islam

Merayakan kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 74 pada besok tanggal 17 Agustus 2019, Semarak kemerdekaan terasa dari sabang sampai merauke. Bahkan semarak menyambut kemerdekaan ini sudah mulai terasa sejak agustus datang menyapa. Umbul-umbul Bendera Merah Putih, baliho, spanduk dan berbagai macam ucapan selamat Hari Ulang Tahun Indonesia ke 74 ada dimana-mana. Semarak ini menunjukan betapa bahagia rakyat Indonesia dalam menyambut hari kemerdekaan. Berbagai macam acara pun diadakan guna merayakan kemerdekaan ini. Namun, dibalik semaraknya tersebut. Benarkah bangsa ini sudah merdeka seutuhnya? Apa sih esensi dari kemerdekaan itu sendiri? Lalu sebagai bagian dari rakyat Indonesia, apa yang sudah kita lakukan/kontribusi apa yang sudah kita berikan untuk Indonesia itu sendiri? Atau malah kita hanya menuntuk hak kita tanpa memberikan kewajiban kita terhadap bangsa ini? Pada kesempatan kali ini, kami akan sedikit membahas makna kemerdekaan dalam Islam itu seperti apa. Tak dapat kita pungkiri bahwa umat Islam memiliki peran yang vital dalam perjuangannya untuk merebut kemerdekaan Republik Indonesia ini. Bahkan perjuangannya dikomandoi langsung oleh para Ulama pada zamannya. Dengan semangat jihad yang dikobarkan oleh para pejuang Islam bahkan jauh sebelum bangsa Indonesia merdeka. Perjuangan rakyat aceh dengan hikayat perang sabilnya, dijawa dari zaman Sultan Ageng Tirtayasa sampai pangeran Diponegoro yang hendak merdeka melawan penjajah, di makassar dengan sultan Hasanudin yang menjadi komando tertingginya dan semua wilayah-wilayah yang mayoritas Islam di seluruh penjuru Indonesia. Selanjutnya sumbu perjuangan memerdekakan negeri ini berlanjut dimulainya Serikat Islam, Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Persis dan berbagai macam ormas Islam serta Pesantren-pesantren dengan menggerakan para santrinya untuk berjuang dalam kemerdekaan Indonesia. Selain itu ruh perjuangan Jihad membela negara dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia juga dilakukan oleh mayoritas umat Islam. Makna Kemerdekaan Dalam Islam Kondisi masyarakat Mekah secara khusus dan jazirah arab serta dunia pada umumnya, manusia dalam kejahilan yang sungguh luar biasa, perbudakan, penindasan, diskriminasi terhadap perempuan dan segala bentuk kesengsaraan merajalela dimana-mana. Lalu Allah utus Nabi Muhammad untuk membawa Risalah Islam agar umat manusia kembali kepada jalan yang benar. Mengeluarkan manusia dari kondisi kegelapan menuju cahaya Islam yang damai. Makna kemerdekaan pertama dalam Islam yakni meluruskan kembali disorientasi hidup manusia. Disorientasi yang dilakukan oleh masyarakat kafir Quraisy dengan menyembah patung-patung berhala. Kemudian Rasulullah mengajarkan ketauhidan kepada Allah Azza wa Jalla sebagai satu-satunya Tuhan yang harus disembah oleh umat manusia,sedangkan selain itu hanya akan menurunkan harkat martabat sebagai umat manusia. Dalam surat Yusuf ayat 108 Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : قُلْ هَٰذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ ۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي ۖ وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ “Katakanlah : “Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”. (Q.S Yusuf : 108). Gaung akan kebebasan hak-hak asasi manusia baru digaungkan mulai abad ke 17 di revolusi Prancis, padahal sejak zaman Rasulullah SAW diutus dimuka bumi ini, beliau sudah mulai mengkampanyekan pembebasan budak, kesetaraan gender, kesetaraan bangsa-bangsa, serta semua manusia itu sama saja yang membedakan hanyalah ketaqwaannya saja. Dalam Surat Al-Hujurat Ayat 13 Allah berfirman  يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S Al-Hujurat :13). Terakhir terkait kesenjangan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang semakin memburuk. Dalam Islam salah satu kemerdekaan yakni bagaimana masyarakat bisa sejahtera dalam ekonominya. Dalam Surat Al-Hasyr ayat 7 Allah berfirman  مَا أَفَاءَ اللَّهُ عَلَىٰ رَسُولِهِ مِنْ أَهْلِ الْقُرَىٰ فَلِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ وَلِذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَابْنِ السَّبِيلِ كَيْ لَا يَكُونَ دُولَةً بَيْنَ الْأَغْنِيَاءِ مِنْكُمْ ۚ وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ “Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.” (Q.S Al-Hasyr : 7) Begitulah Islam mengajarkan kepada umatNya tentang makna sebenarnya kemerdekaan itu. Yakni kemerdekaan yang hakiki, meliputi Penyembahan kepada Allah Yang Maha Esa, kesejahteraan secara ekonomi, tidak adanya penindasan, kedzaliman, kesengsaraan dan sebagainya. Di usia Indonesia yang sudah 74 tahun ini marilah kita mensyukuri nikmat Merdeka yang telah Allah berikan kepada kita dan mengisi kemerdekaan ini dalam bentuk kontribusi yang nyata baik bagi bangsa, negara dan agama.

Makna Kemerdekaan Dalam Islam Read More »

Menjemput Rezeki

Allah senantiasa memberikan rezeki kepada Hamba-Nya. Baik yang Muslim maupun yang kafir, sama sekali tidak dibedakan dalam pemberian rezeki, hanya Ketaqwaanlah yang membedakan antara yang muslim dan yang kafir. Tidak ada selain Allah yang mampu memberikan rezeki kepada manusia, sesuai firman Allah Ta’ala, يَاأَيُّهَا النَّاسُ اذْكُرُوا نِعْمَةَاللَّهِ عَلَيْكُمْ هَلْ مِنْ خَالِقٍغَيْرُ اللَّهِ يَرْزُقُكُمْ مِنَالسَّمَاءِ وَالْأَرْضِ “Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah Pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezki kepada kamu dari langit dan bumi?” (QS. Fathir: 3). Dari Firman Allah tersebut secara gamblang disebutkan bahwa segala nikmat telah Allah berikan untukmu dari langit dan bumi. Menurunkan rezeki dari langit dan mengeluarkan rezeki dari dalam bumi, tidak ada yang bisa melakukan selain dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Meskipun Allah sudah memberikan rezekinya, bukan berarti kita sebagai Hamba-Nya malah pasif. Justru sebaliknya sebagai bentuk rasa syukur atas segala nikmat yang telah Allah berika, maka kita seharusnya menjemput rezekiNya tersebut. Dalam menjemput rezeki setiap muslim mesti memperhatikan dua hal berikut. Pertama, Rezeki yang didapatkan mestilah rezeki yang baik. Dalam surat Al-Baqarah ayat 172 Allah Azza wa Jalla berfirman يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوامِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوالِلَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُتَعْبُدُونَ Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah. (Q.S Al-Baqarah :172). Memakan rezeki yang baik dan kemudian menyukuri nikmat Allah tersebut menunjukan keimanan dari setiap muslim. Baik disini dalam artian bahwa rezeki yang kita dapatkan itu halal,bersih dan lurus serta tidak mengandung kedurhakaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kedua, selain rezeki yang kita dapatkan merupakan rezeki yang baik. Cara kita untuk memperolehnya pun dilakukan dengan cara yang baik pula. Islam melarang segala hal yang dzalim dalam mendapatkan rezeki. Seperti mengurangi timbangan, riba, penipuan dan sebagainya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman وَيْلٌلِلْمُطَفِّفِينَ﴿١﴾الَّذِينَإِذَا اكْتَالُوا عَلَى النَّاسِ يَسْتَوْفُونَ﴿٢﴾وَإِذَاكَالُوهُمْ أَوْ وَزَنُوهُمْ يُخْسِرُونَ﴿٣﴾أَلَايَظُنُّ أُولَٰئِكَ أَنَّهُمْ مَبْعُوثُونَ﴿٤﴾لِيَوْمٍ عَظِيمٍ﴿٥﴾يَوْمَ يَقُومُالنَّاسُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ Artinya : “Kecelakaan besar bagi orang yang curang. Yaitu orang yang menerima takaran, harus dipenuhi. Dan apabila mereka menakar, mereka akan mengurangi. Tidakkah orang-orang yakin mereka dibangkitakan pada hari yang besar yaitu hari saat manusia menghadap Rabb semesta alam” (QS. Al-Muthaffifin 1-6) Selain itu Rasulullah SAW bersabda :  افلاجعلته فوق الطعام كىيراه الناس؟ من غشفليس منا (رواه مسلمو ترمذى “Kenapa engkau tidak meletakkannya di atas agar bisa dilihat oleh pembeli? Barang siapa yang menipu, ia bukan termasuk golonganku. (Hadits riwayat Muslim dan Turmudzi)” Dan termasuk dalam kategori menipu ialah seseorang menjual barang miliknya yang cacat, tetapi ia tidak menjelaskannya kepada pembeli dengan jujur. Serta segala hal bentuk penipuan.

Menjemput Rezeki Read More »

Adab Terhadap Diri Sendiri

Tujuan penciptaan manusia adalah agar beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Namun dalam perjalannya manusia bisa melakukan salah dan khilaf baik yang disadari maupun tidak disadari oleh dirinya sendiri. Oleh karena itu setiap muslim seharusnya senantiasa memperbaiki dirinya sendiri agar terbebas dari perbuatan dosa yang mengotori jiwa dan amal perbuatan mereka. Ada adab-adab yang bisa dilakukan oleh setiap muslim agar dapat menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Berikut adab-adab seorang muslim terhadap dirinya sendiri. 1.       Taubat Manusia tidak bisa terlepas daripada perbuatan salah dan dosa. Makanya penting bagi setiap muslim untuk senantiasa bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena sebaik-baik manusia yang adalah mereka yang bertaubat saat menyadari telah melakukan perbuatan dosa dalam dirinya. sebagaimana sabda Rasûlullâh Shalllallahu ‘alaihi wa sallam : كُلُّ بَنِى آدَمَ خَطَّاءٌ، وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ Setiap anak Adam pasti berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang bertaubat. (HR. Ahmad) Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepada kita agar bertaubat dan itu merupakan sebuah kewajiban yang harus dikerjakan setiap muslim sebelum ajal menjemput. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ Dan bertaubatlah kamu semua kepada Allâh, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung. [An-Nûr/24:31] Dalam ayat yang lain Allah juga berfirman: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا Wahai orang-orang yang beriman! Bertaubatlah kepada Allâh dengan taubat yang semurni-murninya (ikhlas) [At-Tahrîm/66:8]. Allâh Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shalllallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk bertaubat, karena taubat merupakan jalan kebahagiaan, jalan menuju surga, pembersih hati, penghapus dosa, dan menjadi sebab keridhaan Allâh Azza wa Jalla . Taubat yang dimaksud ialah taubatan nasuha yakni bertaubat kepada Allah Azza wa Jalla dengan sesungguh-sungguhnya. Tanpa disertai niatan untuk kembali melakukan kesalahan yang sama atau jalan yang salah. 2.       Muhasabah Muhasabah diri adalah mengevaluasi setiap perbuatan yang telah dilakukan. Dalam kesehariannya setiap muslim hendaknya melakukan evaluasi terhadap dirinya sendiri akan perbuatan apa yang telah ia lakukan, baik aktifitas dunia maupun untuk akhiratnya. Muhasabah diri ini penting dilakukan agar setiap muslim orientasi hidupnya tidak keliru atau salah dengan tujuan utamanya sebagai hambaNya yakni untuk beribadah kepadanya. Allah berfirman: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18). Ketika seorang muslim melakukan muhasabah diri maka setelahnya ia akan bertaubat atas kesalahan dan khilaf yang sudah ia lakukan. Dan itulah sebaik-baik manusia karna bertaubat setelah menyadari dosa yang telah ia lakukan. 3.       Muraqabah Muraqabah merupakan perasaan bahwa apa ya yang kita lakukan senantiasa dengan segala gerak-geriknya dalam pengawasan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dengan memiliki perasaan ini, maka setiap muslim akan selalu berhati-hati dalam beraktifitas sehingga tidak mudah melakukan kesalahan dan dosa. Dalam surat Asy-Syu’ara’ Allah berfirman الَّذِي يَػرَاؾَ حِينَ تَػقُو . وَتَػقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَ “Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk sembahyang), dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud.” (QS Asy-Syu’araa’, 218-219). Dan sabda Rasulullah saw. tentang muraqabah yang diriwayatkan Muslim: اَلاِِحْسَانُ أَنْ تَعْبُدَ اﷲَ كَأنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ “Ihsan adalah, kamu menyembah Allah seolah-olah kamu melihat-Nya, dan jika memang kamu tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu”. 4.       Mujahadah Hidup didunia ini hanyalah sementara, yang mana muaranya adalah kehidupan kelak nanti diakhirat. Banyak orang yang bersungguh-sungguh dalam mengejar dunianya, seperti pekerjaan, pendidikan dan sebagainya.Namun, seringkali mereka malah tidak bersungguh-sungguh dalam beribadah, bertaubat serta perbuatan untuk bekal akhiratnya nanti. Ia menjalani ibadah dan berislam yang seadanya saja bahkan cenderung kearah “yang penting mengerjakan”. Padahal bersungguh-sungguh dalam beribadah akan membuat setiap muslim selamat nantinya. Allah Azza wa Jalla dalam surat Al-Muzzamil ayat 8 berfirman وَاذْكُرِ اسْمَ رَبِّكَ وَتَبَتَّلْ إِلَيْهِ تَبْتِيلًا Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadatlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan. (QS. Al-Muzzamil:8).  Rasulullah juga bersabda : حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَامِرِ بْنِ زُرَارَةَ وَإِسْمَعِيلُ بْنُ مُوسَى قَالَا حَدَّثَنَا شَرِيكُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَارِبُوا وَسَدِّدُوا فَإِنَّهُ لَيْسَ أَحَدٌ مِنْكُمْ بِمُنْجِيهِ عَمَلُهُ قَالُوا وَلَا أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ وَلَا أَنَا إِلَّا أَنْ يَتَغَمَّدَنِي اللَّهُ بِرَحْمَةٍ مِنْهُ وَفَضْلٍ Telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin ‘Amir bin Zurarah] dan [Isma’il bin Musa] keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami [Syarik bin Abdullah] dari [Al A’masy] dari [Abu Shalih] dari [Abu Hurairah] dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bertaqarublah kalian dan bersungguh-sungguhlah (dalam beribadah), sebab sesungguhnya tidak ada seorangpun dari kalian yang selamat karena amalnya.” Mereka berkata, “Begitu juga dengan anda wahai Rasulullah! ” Beliau menjawab: “Begitu juga dengan saya, hanya saja Allah meliputiku dengan rahmat dan kemuliaan-Nya.” (HR Ibnu Majah No 4191). Begitulah adab-adab terhadap diri sendiri dalam Islam, semoga dengan kita melaksanakan dengan mengharapkan RidhoNya kelak mendapatkan kebahagiaan dunia dan Akhirat.

Adab Terhadap Diri Sendiri Read More »

Hikmah Qurban

Besok sudah tanggal 10 Dzulhijjah, Umat Islam akan melaksanakan ibadah sholat Idul Adha dan penyembelihan hewan qurban sampai hari Tasyriq 11,12 dan 13 Hijriyah. Berqurban memiliki banyak hikmah yang terkandung didalamnya. Hewan qurban sendiri adalah hewan ternak yang disembelih pada hari Idul Adha dan hari Tasyriq dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah karena datangnya hari raya tersebut. Hewan ternak yang boleh untuk qurban sendiri yakni kambing,domba,sapi,kerbau, dan unta. Selain hewan tersebut tidak dibolehkan untuk diqurbankan. Diantara ketiga jenis hewan qurban maka menurut mayoritas ulama yang paling utama adalah berqurban dengan onta, kemudian sapi kemudian kambing, jika biaya pengadaan masing-masing ditanggung satu orang (bukan urunan). Dalilnya adalah jawaban Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika ditanya oleh Abu Dzar radhiallahu ‘anhu tentang budak yang lebih utama. Beliau bersabda, “Yaitu budak yang lebih mahal dan lebih bernilai dalam pandangan pemiliknya” (HR. Bukhari dan Muslim). (lihat Shahih Fiqih Sunnah, II/374) Qurban sendiri memiliki banyak kandungan didalamnya. Berikut hikmah yang terkandung dalam berkurban, diantaranya : 1.       Mengenang betapa cintanya Nabi Ibrahim kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala Momentum qurban senantiasa mengingatkan kepada kita tentang bagaimana kecintaan Nabi Ibrahim kepada TuhanNya dan keikhlasan dia menjalankan perintah dari Allah dengan menyembelih Ismail. Bayangkan setelah menunggu bertahun-tahun Nabi Ibrahim agar dikarunia anak, setelah anaknya Ismail tumbuh besar Allah memberikan perintah untuk menyembelih anaknya sendiri, kalau bukan asal dasar ketaqwaan dan kecintaannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala mustahil bakalan dilakukan hal tersebut. “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersamasama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” (QS Ash-Shafaat [37] : 102) Nabi Ismail pun menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. (QS Ash-Shafaat [37] : 102) Nabi Ismail meminta ayahnya untuk mengerjakan apa yang Allah perintahkan. Dan beliau berjanji kepada ayahnya akan menjadi seorang yang sabar dalam menjalani perintah itu. Sungguh mulia sifat Nabi Ismail. Allah melanjutkan kisahnya di dalam Al-Qur’an: “Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ).” (QS Ash-Shafaat [37] : 103) Nabi Ibrahim lalu membaringkan anaknya di atas pelipisnya (pada bagian wajahnya) dan bersiap melakukan penyembelihan dan Ismail pun siap menaati perintah ayahnya. “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS Ash-Shafaat [37] : 104:107) Allah SWT menguji Nabi Ibrahim dengan perintah untuk menyembelih anaknya tercinta, dan Nabi Ibrahim dan Ismail pun menunjukkan keteguhan, ketaatan dan kesabaran mereka dalam menjalankan perintah itu. Lalu Allah menggantikan dengan sembelihan besar, yakni berupa domba jantan dari Surga, yang besar berwarna putih, bermata bagus, bertanduk serta diikat dengan rumput samurah. 2.       Tanda orang bertaqwa Menyembelih qurban merupakan salah satu syariat yang telah Allah perintahkan. Dalam surat Al-kautsar ayat 2 Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ “Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. (QS. Al-Kautsar : 2)” Yang dimaksud: Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu; dan berqurbanlah, adalah jadikanlah shalatmu hanya karena Allah dan jangan ada niatan untuk yang selain-Nya. Begitu pula jadikanlah hasil sembelihan unta ikhlas karena Allah. Jangan seperti yang dilakukan oleh orang-orang musyrik di mana mereka melakukan sujud kepada selain Allah dan melakukan penyembelihan atas nama selain Allah. Bahkan seharusnya shalatlah karena Allah dan lakukanlah sembelihan atas nama Allah. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman, قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (162) لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ (163) “Katakanlah: sesungguhnya shalatku, ibadahku (sembelihanku), hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).” (QS. Al An’am: 162-163) 3.       Bentuk syiar Islam Ibadah Qurban merupakan salah satu bentuk syiar yang bisa dilakukan bagi setiap muslim yang mampu melaksanakannya dengan niatan karena Allah. Sesuai dengan Firman Allah di surat Al-Hajj ayat 36 yang berbunyi وَالْبُدْنَ جَعَلْنَاهَا لَكُمْ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ لَكُمْ فِيهَا خَيْرٌ ۖ فَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهَا صَوَافَّ ۖ فَإِذَا وَجَبَتْ جُنُوبُهَا فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْقَانِعَ وَالْمُعْتَرَّ ۚ كَذَٰلِكَ سَخَّرْنَاهَا لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ “Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari syi’ar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat). Kemudian apabila telah roboh (mati), maka makanlah sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan untua-unta itu kepada kamu, mudah-mudahan kamu bersyukur.” (QS. Al-Hajj : 36). 4.       Sedekah yang paling utama Jumhur ulama, menyatakan bahwa menyembelih qurban itu lebih utama dibandingkan dengan sedekah yang lainnya. Ibnul Qayyim berkata, “Menyembelih pada waktunya lebih utama daripada sedekah dengan harganya, sekalipun dengan jumlah sedekah yang lebih besar daripada harga Qurban, karena penyembelihan dan mengalirkan darah itu sendiri menjadi sasaran, ia adalah ibadah yang disandingkan dengan shalat”. Seperti Dalam surat Al-kautsar ayat 2 Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ “Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah.” (QS. Al-Kautsar : 2). 5.       Membangun kepedulian sosial Menyembelih qurban dan membagikannya merupakan bentuk kepedulian terhadap sesama. Ia merupakan ibadah yang bersifat horizontal, yang berkaitan dengan sesama manusia. Kurban sendiri memiliki posisi strategis dalam membangun kebersamaan dan pemerataan dalam masyarakat. Ia mampu membangun kebersamaan dan keharmonisan hubungan di masyarakat. 6.       Menumbuhkan rasa syukur Dengan melaksanakan qurban, kita menjadi hambaNya yang senantiasa bersyukur atas nikmat dan karunia yang telah Allah berikan kepada kita. Begitu melimpah nikmat yang telah Allah berikan kepada setiap makhluk-Nya. Allah SWT berfirman وَ اِنۡ تَعُدُّوۡا نِعۡمَۃَ اللّٰہِ لَا تُحۡصُوۡہَا ؕ اِنَّ اللّٰہَ لَغَفُوۡرٌ رَّحِیۡمٌ “Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang.”(QS. An-Nahl:18).

Hikmah Qurban Read More »

Hikmah Puasa Arafah

Bulan Dzulhijjah merupakan salah satu bulan yang istimewa didalam Islam. Banyak keutamaan dan hikmah yang terkandung didalam bulan tersebut. Maka tak heran bila banyak orang berlomba-lomba mendapatkan kebaikan di bulan ini. Bicara soal amalan baik dibulan Dzulhijjah, yakni tentang 10 hari pertama utama dalam bulan Dzulhijjah dari puasa sunnah sampai ke puncaknya Ibadah Haji dan Idul Adha. Pada kesempatan kali ini kami akan membahas tentang amalan yang utama di bulan Dzulhijjah yakni Puasa Arafah, puasa yang jatuh pada tanggal 9 Dzulhijjah ini. Puasa Arafah adalah puasa sunnah yang utama untuk dikerjakan oleh setiap muslim yang tidak melaksanakan ibadah haji.  Ada berbagai hikmah yang bisa didapatkan dari puasa Arafah, berikut diantaranya : 1. Menghapus dosa satu tahun yang lalu dan satu tahun yang akan datang Dari Abu Qatadah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ “Puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyura (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim, no. 1162). Hadist ini menunjukan keutamaan dari puasa Arafah, dan besarnya pahala yang didapatkan yakni menghapus dosa tahun lalu dan dosa tahun depan. Keempat: Dosa yang terampuni adalah dosa kecil (ash-shaghair). Adapun dosa besar (al-kabair) seperti zina, maka riba, sihir, dan lainnya mesti dengan taubat untuk menghapusnya, tidak cukup dengan melakukan amalan saleh semata. Demikian pendapat dari jumhur atau kebanyakan ulama. Namun Syaikhu Islam Ibnu Taimiyah masih berpendapat pengampunan dosa di sini adalah dosa kecil dan dosa besar, sebagaimana bahasan beliau dalam Majmu’ah Al-Fatawa, 7:489. 2. Mendapatkan Pahala yang berlipat  Puasa Arafah merupakan salah satu amal shalih khusus pada 10 hari pertama bulan Dzulhijjah. Amal shalih pada 10 hari pertama bulan Dzulhijjah sangat dicintai Allah dibanding waktu lainnya, bahkan setara dengan jihad fi sabilillah yang membuat seorang mujahid syahid dan hartanya habis di jalan Allah. مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ يَعْنِي أَيَّامَ الْعَشْرِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ “Tidak ada satu amal shalih yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal shaleh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah).” Para sahabat bertanya: “Tidak pula jihad di jalan Allah?” Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun.” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah. Hadits senada juga diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Ahmad). 3. Hari terbaik untuk berdoa Dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ “Sebaik-baik do’a adalah do’a pada hari Arafah.” (HR. Tirmidzi no. 3585. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan). Maksudnya, inilah doa yang paling cepat dipenuhi atau terkabulkan (Lihat Tuhfatul Ahwadzi, 10: 33).

Hikmah Puasa Arafah Read More »