Artikel

Nikmatnya Lautan Dalam Islam

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan begitu banyaknya nikmat kepada setiap manusia. Nikmat-nikmat yang telah Allah berikan tidak bisa lagi terhitung banyaknya. Salah satu nikmat yang Allah berikan yakni ditundukannya lautan yang luas lagi dalam agar bisa dinikmati oleh setiap manusia. Dalam surat An-Nahl ayat 14 Allah Azza wa Jalla berfirman :  وَهُوَ الَّذِي سَخَّرَ الْبَحْرَ لِتَأْكُلُوا مِنْهُ لَحْمًا طَرِيًّا وَتَسْتَخْرِجُوا مِنْهُ حِلْيَةً تَلْبَسُونَهَا وَتَرَى الْفُلْكَ مَوَاخِرَ فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ  “Dan Dialah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.” (Q.S An-Nahl :14) Dalam ayat tersebut memiliki kandungan bahwa atas kuasa dari Allah, manusia mampu berlayar dengan leluasa di lautan yang sangat luas ini. Yang dengan hal tersebut agar kita sebagai hamba-Nya mampu menikmati apa yang ada di dalam lautan. Dengan ikan-ikan yang dagingnya halal dimakan semua, perhiasab-perhiasan yang berasal dari mutiara yang sangat indah, serta berbagai macam kandungan dalam lautan baik gas, minyak, dan seghala sumber daya yang mampu untuk memenuhi segala kebutuhan daripada manusia itu sendiri. Lautan merupakan sesutau yang vital bagi kehidupan manusia. Dengan 2/3 dari dunia ini merupakan lautan yang luas dan dalam. Lautan juga menjadi sarana penghubung antar manusia di segala belahan bumi, maupun sebagai pemenuh kebutuhan manusia baik konsumtif, pengobatan sampai industri. Apalagi dizaman yang semakin canggih, semakin mudah pula manusia untuk mengeksploitasi kandungan dari dalamnya lautan, meskipun juga masih banyak misteri yang belum terpecahkan dibalik lautan ini. Lautan Anugerah Terindah Dari Illahi Lautan dan segala isinya merupakan salah satu tanda kebesaran dari Allah. Ia merupakan salah satu angerah terindah yang Allah berikan kepada manusia. Sebagai anugerah yang Allah berikan kepada makhluk-makhluknya, tentu saja lautan memiliki banyak manfaat yang bisa kita petik sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat lautan yang Allah berikan, berikut manfaat dari Lautan  1.       Segala jenis hewan laut seperti ikan halal untuk dimakan termasuk bangkainya Salah satu anugerah yang Allah berikan kepada hambaNya dari lautan adalah bahwa segala jenis hewan laut seperti ikan itu halal untuk dimakan. Dalam surat Al-Maidah ayat 96 Allah berfirman أُحِلَّ لَكُمْ صَيْدُ الْبَحْرِ وَطَعَامُهُ مَتَاعًا لَكُمْ وَلِلسَّيَّارَةِ Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari laut sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan. [al-Mâidah/5:96]. Tidak hanya ikan yang masih hidup, bahkan bangkainya pun juga halal untuk dimakan karena air laut itu suci dan menyucikan. Sebagaimana Sabda Rasulullah هُوَ الطَّهُوْرُ مَاؤُهُ، الْحِلُّ مَيْتَتُهُ “Air laut itu suci, (dan) halal bangkainya.” [HR Abu Dawud, Tirmidzi, an-Nasâ-i, Ibnu Mâjah, dan Ibnu Abi Syaibah, dan ini merupakan lafazhnya, dan telah dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah, dan Tirmidzi dan telah diriwayatkan pula oleh Malik, Syafi’i dan Ahmad].    2.       Perhiasan dari dalam lautan   Manusia suka akan segala bentuk keindahan terutama perhiasan-perhiasan. Allah memberikan anugerah berupa perhiasan yang bisa manusia dapatkan didalam lautan seperti mutiara, marjan dan sebagainya. Dalam Surat Fatir ayat 12 Allah berfirman        وَمَا يَسْتَوِي الْبَحْرَانِ هَٰذَا عَذْبٌ فُرَاتٌ سَائِغٌ شَرَابُهُ وَهَٰذَا مِلْحٌ أُجَاجٌ ۖ وَمِنْ كُلٍّ تَأْكُلُونَ لَحْمًا طَرِيًّا وَتَسْتَخْرِجُونَ حِلْيَةً تَلْبَسُونَهَا ۖ وَتَرَى الْفُلْكَ فِيهِ مَوَاخِرَ لِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ  “Dan tiada sama (antara) dua laut; yang ini tawar, segar, sedap diminum dan yang lain asin lagi pahit. Dan dari masing-masing laut itu kamu dapat memakan daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang dapat kamu memakainya, dan pada masing-masingnya kamu lihat kapal-kapal berlayar membelah laut supaya kamu dapat mencari karunia-Nya dan supaya kamu bersyukur” (Q.S. Fatir:12). 3.       Sarana Berdagang      Dalam Surat Al-Baqarah ayat 164 Allah berfirman      إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ مَاءٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ     “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (Q.S Al-Baqarah:164) Salah satu kandungan dalam ayat tersebut bahwa Allah menundukan lautan agar manusia bisa berlayar membawa segala hal yang berguna bagi mereka yang dalam hal ini segala bentuk perdagangan yang sudah disyariatkan.  Dengan berbagai macam anugerah tersebut, hendaknyalah kita sebagai HambaNya senantiasa bersyukur mengharapkan Ridho dariNya

Nikmatnya Lautan Dalam Islam Read More »

Makna Kemerdekaan Dalam Islam

Merayakan kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 74 pada besok tanggal 17 Agustus 2019, Semarak kemerdekaan terasa dari sabang sampai merauke. Bahkan semarak menyambut kemerdekaan ini sudah mulai terasa sejak agustus datang menyapa. Umbul-umbul Bendera Merah Putih, baliho, spanduk dan berbagai macam ucapan selamat Hari Ulang Tahun Indonesia ke 74 ada dimana-mana. Semarak ini menunjukan betapa bahagia rakyat Indonesia dalam menyambut hari kemerdekaan. Berbagai macam acara pun diadakan guna merayakan kemerdekaan ini. Namun, dibalik semaraknya tersebut. Benarkah bangsa ini sudah merdeka seutuhnya? Apa sih esensi dari kemerdekaan itu sendiri? Lalu sebagai bagian dari rakyat Indonesia, apa yang sudah kita lakukan/kontribusi apa yang sudah kita berikan untuk Indonesia itu sendiri? Atau malah kita hanya menuntuk hak kita tanpa memberikan kewajiban kita terhadap bangsa ini? Pada kesempatan kali ini, kami akan sedikit membahas makna kemerdekaan dalam Islam itu seperti apa. Tak dapat kita pungkiri bahwa umat Islam memiliki peran yang vital dalam perjuangannya untuk merebut kemerdekaan Republik Indonesia ini. Bahkan perjuangannya dikomandoi langsung oleh para Ulama pada zamannya. Dengan semangat jihad yang dikobarkan oleh para pejuang Islam bahkan jauh sebelum bangsa Indonesia merdeka. Perjuangan rakyat aceh dengan hikayat perang sabilnya, dijawa dari zaman Sultan Ageng Tirtayasa sampai pangeran Diponegoro yang hendak merdeka melawan penjajah, di makassar dengan sultan Hasanudin yang menjadi komando tertingginya dan semua wilayah-wilayah yang mayoritas Islam di seluruh penjuru Indonesia. Selanjutnya sumbu perjuangan memerdekakan negeri ini berlanjut dimulainya Serikat Islam, Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Persis dan berbagai macam ormas Islam serta Pesantren-pesantren dengan menggerakan para santrinya untuk berjuang dalam kemerdekaan Indonesia. Selain itu ruh perjuangan Jihad membela negara dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia juga dilakukan oleh mayoritas umat Islam. Makna Kemerdekaan Dalam Islam Kondisi masyarakat Mekah secara khusus dan jazirah arab serta dunia pada umumnya, manusia dalam kejahilan yang sungguh luar biasa, perbudakan, penindasan, diskriminasi terhadap perempuan dan segala bentuk kesengsaraan merajalela dimana-mana. Lalu Allah utus Nabi Muhammad untuk membawa Risalah Islam agar umat manusia kembali kepada jalan yang benar. Mengeluarkan manusia dari kondisi kegelapan menuju cahaya Islam yang damai. Makna kemerdekaan pertama dalam Islam yakni meluruskan kembali disorientasi hidup manusia. Disorientasi yang dilakukan oleh masyarakat kafir Quraisy dengan menyembah patung-patung berhala. Kemudian Rasulullah mengajarkan ketauhidan kepada Allah Azza wa Jalla sebagai satu-satunya Tuhan yang harus disembah oleh umat manusia,sedangkan selain itu hanya akan menurunkan harkat martabat sebagai umat manusia. Dalam surat Yusuf ayat 108 Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : قُلْ هَٰذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ ۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي ۖ وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ “Katakanlah : “Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”. (Q.S Yusuf : 108). Gaung akan kebebasan hak-hak asasi manusia baru digaungkan mulai abad ke 17 di revolusi Prancis, padahal sejak zaman Rasulullah SAW diutus dimuka bumi ini, beliau sudah mulai mengkampanyekan pembebasan budak, kesetaraan gender, kesetaraan bangsa-bangsa, serta semua manusia itu sama saja yang membedakan hanyalah ketaqwaannya saja. Dalam Surat Al-Hujurat Ayat 13 Allah berfirman  يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S Al-Hujurat :13). Terakhir terkait kesenjangan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang semakin memburuk. Dalam Islam salah satu kemerdekaan yakni bagaimana masyarakat bisa sejahtera dalam ekonominya. Dalam Surat Al-Hasyr ayat 7 Allah berfirman  مَا أَفَاءَ اللَّهُ عَلَىٰ رَسُولِهِ مِنْ أَهْلِ الْقُرَىٰ فَلِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ وَلِذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَابْنِ السَّبِيلِ كَيْ لَا يَكُونَ دُولَةً بَيْنَ الْأَغْنِيَاءِ مِنْكُمْ ۚ وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ “Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.” (Q.S Al-Hasyr : 7) Begitulah Islam mengajarkan kepada umatNya tentang makna sebenarnya kemerdekaan itu. Yakni kemerdekaan yang hakiki, meliputi Penyembahan kepada Allah Yang Maha Esa, kesejahteraan secara ekonomi, tidak adanya penindasan, kedzaliman, kesengsaraan dan sebagainya. Di usia Indonesia yang sudah 74 tahun ini marilah kita mensyukuri nikmat Merdeka yang telah Allah berikan kepada kita dan mengisi kemerdekaan ini dalam bentuk kontribusi yang nyata baik bagi bangsa, negara dan agama.

Makna Kemerdekaan Dalam Islam Read More »

Menjemput Rezeki

Allah senantiasa memberikan rezeki kepada Hamba-Nya. Baik yang Muslim maupun yang kafir, sama sekali tidak dibedakan dalam pemberian rezeki, hanya Ketaqwaanlah yang membedakan antara yang muslim dan yang kafir. Tidak ada selain Allah yang mampu memberikan rezeki kepada manusia, sesuai firman Allah Ta’ala, يَاأَيُّهَا النَّاسُ اذْكُرُوا نِعْمَةَاللَّهِ عَلَيْكُمْ هَلْ مِنْ خَالِقٍغَيْرُ اللَّهِ يَرْزُقُكُمْ مِنَالسَّمَاءِ وَالْأَرْضِ “Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah Pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezki kepada kamu dari langit dan bumi?” (QS. Fathir: 3). Dari Firman Allah tersebut secara gamblang disebutkan bahwa segala nikmat telah Allah berikan untukmu dari langit dan bumi. Menurunkan rezeki dari langit dan mengeluarkan rezeki dari dalam bumi, tidak ada yang bisa melakukan selain dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Meskipun Allah sudah memberikan rezekinya, bukan berarti kita sebagai Hamba-Nya malah pasif. Justru sebaliknya sebagai bentuk rasa syukur atas segala nikmat yang telah Allah berika, maka kita seharusnya menjemput rezekiNya tersebut. Dalam menjemput rezeki setiap muslim mesti memperhatikan dua hal berikut. Pertama, Rezeki yang didapatkan mestilah rezeki yang baik. Dalam surat Al-Baqarah ayat 172 Allah Azza wa Jalla berfirman يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوامِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوالِلَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُتَعْبُدُونَ Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah. (Q.S Al-Baqarah :172). Memakan rezeki yang baik dan kemudian menyukuri nikmat Allah tersebut menunjukan keimanan dari setiap muslim. Baik disini dalam artian bahwa rezeki yang kita dapatkan itu halal,bersih dan lurus serta tidak mengandung kedurhakaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kedua, selain rezeki yang kita dapatkan merupakan rezeki yang baik. Cara kita untuk memperolehnya pun dilakukan dengan cara yang baik pula. Islam melarang segala hal yang dzalim dalam mendapatkan rezeki. Seperti mengurangi timbangan, riba, penipuan dan sebagainya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman وَيْلٌلِلْمُطَفِّفِينَ﴿١﴾الَّذِينَإِذَا اكْتَالُوا عَلَى النَّاسِ يَسْتَوْفُونَ﴿٢﴾وَإِذَاكَالُوهُمْ أَوْ وَزَنُوهُمْ يُخْسِرُونَ﴿٣﴾أَلَايَظُنُّ أُولَٰئِكَ أَنَّهُمْ مَبْعُوثُونَ﴿٤﴾لِيَوْمٍ عَظِيمٍ﴿٥﴾يَوْمَ يَقُومُالنَّاسُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ Artinya : “Kecelakaan besar bagi orang yang curang. Yaitu orang yang menerima takaran, harus dipenuhi. Dan apabila mereka menakar, mereka akan mengurangi. Tidakkah orang-orang yakin mereka dibangkitakan pada hari yang besar yaitu hari saat manusia menghadap Rabb semesta alam” (QS. Al-Muthaffifin 1-6) Selain itu Rasulullah SAW bersabda :  افلاجعلته فوق الطعام كىيراه الناس؟ من غشفليس منا (رواه مسلمو ترمذى “Kenapa engkau tidak meletakkannya di atas agar bisa dilihat oleh pembeli? Barang siapa yang menipu, ia bukan termasuk golonganku. (Hadits riwayat Muslim dan Turmudzi)” Dan termasuk dalam kategori menipu ialah seseorang menjual barang miliknya yang cacat, tetapi ia tidak menjelaskannya kepada pembeli dengan jujur. Serta segala hal bentuk penipuan.

Menjemput Rezeki Read More »

Adab Terhadap Diri Sendiri

Tujuan penciptaan manusia adalah agar beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Namun dalam perjalannya manusia bisa melakukan salah dan khilaf baik yang disadari maupun tidak disadari oleh dirinya sendiri. Oleh karena itu setiap muslim seharusnya senantiasa memperbaiki dirinya sendiri agar terbebas dari perbuatan dosa yang mengotori jiwa dan amal perbuatan mereka. Ada adab-adab yang bisa dilakukan oleh setiap muslim agar dapat menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Berikut adab-adab seorang muslim terhadap dirinya sendiri. 1.       Taubat Manusia tidak bisa terlepas daripada perbuatan salah dan dosa. Makanya penting bagi setiap muslim untuk senantiasa bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena sebaik-baik manusia yang adalah mereka yang bertaubat saat menyadari telah melakukan perbuatan dosa dalam dirinya. sebagaimana sabda Rasûlullâh Shalllallahu ‘alaihi wa sallam : كُلُّ بَنِى آدَمَ خَطَّاءٌ، وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ Setiap anak Adam pasti berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang bertaubat. (HR. Ahmad) Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepada kita agar bertaubat dan itu merupakan sebuah kewajiban yang harus dikerjakan setiap muslim sebelum ajal menjemput. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ Dan bertaubatlah kamu semua kepada Allâh, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung. [An-Nûr/24:31] Dalam ayat yang lain Allah juga berfirman: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا Wahai orang-orang yang beriman! Bertaubatlah kepada Allâh dengan taubat yang semurni-murninya (ikhlas) [At-Tahrîm/66:8]. Allâh Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shalllallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk bertaubat, karena taubat merupakan jalan kebahagiaan, jalan menuju surga, pembersih hati, penghapus dosa, dan menjadi sebab keridhaan Allâh Azza wa Jalla . Taubat yang dimaksud ialah taubatan nasuha yakni bertaubat kepada Allah Azza wa Jalla dengan sesungguh-sungguhnya. Tanpa disertai niatan untuk kembali melakukan kesalahan yang sama atau jalan yang salah. 2.       Muhasabah Muhasabah diri adalah mengevaluasi setiap perbuatan yang telah dilakukan. Dalam kesehariannya setiap muslim hendaknya melakukan evaluasi terhadap dirinya sendiri akan perbuatan apa yang telah ia lakukan, baik aktifitas dunia maupun untuk akhiratnya. Muhasabah diri ini penting dilakukan agar setiap muslim orientasi hidupnya tidak keliru atau salah dengan tujuan utamanya sebagai hambaNya yakni untuk beribadah kepadanya. Allah berfirman: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18). Ketika seorang muslim melakukan muhasabah diri maka setelahnya ia akan bertaubat atas kesalahan dan khilaf yang sudah ia lakukan. Dan itulah sebaik-baik manusia karna bertaubat setelah menyadari dosa yang telah ia lakukan. 3.       Muraqabah Muraqabah merupakan perasaan bahwa apa ya yang kita lakukan senantiasa dengan segala gerak-geriknya dalam pengawasan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dengan memiliki perasaan ini, maka setiap muslim akan selalu berhati-hati dalam beraktifitas sehingga tidak mudah melakukan kesalahan dan dosa. Dalam surat Asy-Syu’ara’ Allah berfirman الَّذِي يَػرَاؾَ حِينَ تَػقُو . وَتَػقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَ “Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk sembahyang), dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud.” (QS Asy-Syu’araa’, 218-219). Dan sabda Rasulullah saw. tentang muraqabah yang diriwayatkan Muslim: اَلاِِحْسَانُ أَنْ تَعْبُدَ اﷲَ كَأنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ “Ihsan adalah, kamu menyembah Allah seolah-olah kamu melihat-Nya, dan jika memang kamu tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu”. 4.       Mujahadah Hidup didunia ini hanyalah sementara, yang mana muaranya adalah kehidupan kelak nanti diakhirat. Banyak orang yang bersungguh-sungguh dalam mengejar dunianya, seperti pekerjaan, pendidikan dan sebagainya.Namun, seringkali mereka malah tidak bersungguh-sungguh dalam beribadah, bertaubat serta perbuatan untuk bekal akhiratnya nanti. Ia menjalani ibadah dan berislam yang seadanya saja bahkan cenderung kearah “yang penting mengerjakan”. Padahal bersungguh-sungguh dalam beribadah akan membuat setiap muslim selamat nantinya. Allah Azza wa Jalla dalam surat Al-Muzzamil ayat 8 berfirman وَاذْكُرِ اسْمَ رَبِّكَ وَتَبَتَّلْ إِلَيْهِ تَبْتِيلًا Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadatlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan. (QS. Al-Muzzamil:8).  Rasulullah juga bersabda : حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَامِرِ بْنِ زُرَارَةَ وَإِسْمَعِيلُ بْنُ مُوسَى قَالَا حَدَّثَنَا شَرِيكُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَارِبُوا وَسَدِّدُوا فَإِنَّهُ لَيْسَ أَحَدٌ مِنْكُمْ بِمُنْجِيهِ عَمَلُهُ قَالُوا وَلَا أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ وَلَا أَنَا إِلَّا أَنْ يَتَغَمَّدَنِي اللَّهُ بِرَحْمَةٍ مِنْهُ وَفَضْلٍ Telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin ‘Amir bin Zurarah] dan [Isma’il bin Musa] keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami [Syarik bin Abdullah] dari [Al A’masy] dari [Abu Shalih] dari [Abu Hurairah] dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bertaqarublah kalian dan bersungguh-sungguhlah (dalam beribadah), sebab sesungguhnya tidak ada seorangpun dari kalian yang selamat karena amalnya.” Mereka berkata, “Begitu juga dengan anda wahai Rasulullah! ” Beliau menjawab: “Begitu juga dengan saya, hanya saja Allah meliputiku dengan rahmat dan kemuliaan-Nya.” (HR Ibnu Majah No 4191). Begitulah adab-adab terhadap diri sendiri dalam Islam, semoga dengan kita melaksanakan dengan mengharapkan RidhoNya kelak mendapatkan kebahagiaan dunia dan Akhirat.

Adab Terhadap Diri Sendiri Read More »

Hikmah Qurban

Besok sudah tanggal 10 Dzulhijjah, Umat Islam akan melaksanakan ibadah sholat Idul Adha dan penyembelihan hewan qurban sampai hari Tasyriq 11,12 dan 13 Hijriyah. Berqurban memiliki banyak hikmah yang terkandung didalamnya. Hewan qurban sendiri adalah hewan ternak yang disembelih pada hari Idul Adha dan hari Tasyriq dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah karena datangnya hari raya tersebut. Hewan ternak yang boleh untuk qurban sendiri yakni kambing,domba,sapi,kerbau, dan unta. Selain hewan tersebut tidak dibolehkan untuk diqurbankan. Diantara ketiga jenis hewan qurban maka menurut mayoritas ulama yang paling utama adalah berqurban dengan onta, kemudian sapi kemudian kambing, jika biaya pengadaan masing-masing ditanggung satu orang (bukan urunan). Dalilnya adalah jawaban Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika ditanya oleh Abu Dzar radhiallahu ‘anhu tentang budak yang lebih utama. Beliau bersabda, “Yaitu budak yang lebih mahal dan lebih bernilai dalam pandangan pemiliknya” (HR. Bukhari dan Muslim). (lihat Shahih Fiqih Sunnah, II/374) Qurban sendiri memiliki banyak kandungan didalamnya. Berikut hikmah yang terkandung dalam berkurban, diantaranya : 1.       Mengenang betapa cintanya Nabi Ibrahim kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala Momentum qurban senantiasa mengingatkan kepada kita tentang bagaimana kecintaan Nabi Ibrahim kepada TuhanNya dan keikhlasan dia menjalankan perintah dari Allah dengan menyembelih Ismail. Bayangkan setelah menunggu bertahun-tahun Nabi Ibrahim agar dikarunia anak, setelah anaknya Ismail tumbuh besar Allah memberikan perintah untuk menyembelih anaknya sendiri, kalau bukan asal dasar ketaqwaan dan kecintaannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala mustahil bakalan dilakukan hal tersebut. “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersamasama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” (QS Ash-Shafaat [37] : 102) Nabi Ismail pun menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. (QS Ash-Shafaat [37] : 102) Nabi Ismail meminta ayahnya untuk mengerjakan apa yang Allah perintahkan. Dan beliau berjanji kepada ayahnya akan menjadi seorang yang sabar dalam menjalani perintah itu. Sungguh mulia sifat Nabi Ismail. Allah melanjutkan kisahnya di dalam Al-Qur’an: “Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ).” (QS Ash-Shafaat [37] : 103) Nabi Ibrahim lalu membaringkan anaknya di atas pelipisnya (pada bagian wajahnya) dan bersiap melakukan penyembelihan dan Ismail pun siap menaati perintah ayahnya. “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS Ash-Shafaat [37] : 104:107) Allah SWT menguji Nabi Ibrahim dengan perintah untuk menyembelih anaknya tercinta, dan Nabi Ibrahim dan Ismail pun menunjukkan keteguhan, ketaatan dan kesabaran mereka dalam menjalankan perintah itu. Lalu Allah menggantikan dengan sembelihan besar, yakni berupa domba jantan dari Surga, yang besar berwarna putih, bermata bagus, bertanduk serta diikat dengan rumput samurah. 2.       Tanda orang bertaqwa Menyembelih qurban merupakan salah satu syariat yang telah Allah perintahkan. Dalam surat Al-kautsar ayat 2 Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ “Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. (QS. Al-Kautsar : 2)” Yang dimaksud: Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu; dan berqurbanlah, adalah jadikanlah shalatmu hanya karena Allah dan jangan ada niatan untuk yang selain-Nya. Begitu pula jadikanlah hasil sembelihan unta ikhlas karena Allah. Jangan seperti yang dilakukan oleh orang-orang musyrik di mana mereka melakukan sujud kepada selain Allah dan melakukan penyembelihan atas nama selain Allah. Bahkan seharusnya shalatlah karena Allah dan lakukanlah sembelihan atas nama Allah. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman, قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (162) لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ (163) “Katakanlah: sesungguhnya shalatku, ibadahku (sembelihanku), hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).” (QS. Al An’am: 162-163) 3.       Bentuk syiar Islam Ibadah Qurban merupakan salah satu bentuk syiar yang bisa dilakukan bagi setiap muslim yang mampu melaksanakannya dengan niatan karena Allah. Sesuai dengan Firman Allah di surat Al-Hajj ayat 36 yang berbunyi وَالْبُدْنَ جَعَلْنَاهَا لَكُمْ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ لَكُمْ فِيهَا خَيْرٌ ۖ فَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهَا صَوَافَّ ۖ فَإِذَا وَجَبَتْ جُنُوبُهَا فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْقَانِعَ وَالْمُعْتَرَّ ۚ كَذَٰلِكَ سَخَّرْنَاهَا لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ “Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari syi’ar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat). Kemudian apabila telah roboh (mati), maka makanlah sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan untua-unta itu kepada kamu, mudah-mudahan kamu bersyukur.” (QS. Al-Hajj : 36). 4.       Sedekah yang paling utama Jumhur ulama, menyatakan bahwa menyembelih qurban itu lebih utama dibandingkan dengan sedekah yang lainnya. Ibnul Qayyim berkata, “Menyembelih pada waktunya lebih utama daripada sedekah dengan harganya, sekalipun dengan jumlah sedekah yang lebih besar daripada harga Qurban, karena penyembelihan dan mengalirkan darah itu sendiri menjadi sasaran, ia adalah ibadah yang disandingkan dengan shalat”. Seperti Dalam surat Al-kautsar ayat 2 Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ “Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah.” (QS. Al-Kautsar : 2). 5.       Membangun kepedulian sosial Menyembelih qurban dan membagikannya merupakan bentuk kepedulian terhadap sesama. Ia merupakan ibadah yang bersifat horizontal, yang berkaitan dengan sesama manusia. Kurban sendiri memiliki posisi strategis dalam membangun kebersamaan dan pemerataan dalam masyarakat. Ia mampu membangun kebersamaan dan keharmonisan hubungan di masyarakat. 6.       Menumbuhkan rasa syukur Dengan melaksanakan qurban, kita menjadi hambaNya yang senantiasa bersyukur atas nikmat dan karunia yang telah Allah berikan kepada kita. Begitu melimpah nikmat yang telah Allah berikan kepada setiap makhluk-Nya. Allah SWT berfirman وَ اِنۡ تَعُدُّوۡا نِعۡمَۃَ اللّٰہِ لَا تُحۡصُوۡہَا ؕ اِنَّ اللّٰہَ لَغَفُوۡرٌ رَّحِیۡمٌ “Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang.”(QS. An-Nahl:18).

Hikmah Qurban Read More »

Hikmah Puasa Arafah

Bulan Dzulhijjah merupakan salah satu bulan yang istimewa didalam Islam. Banyak keutamaan dan hikmah yang terkandung didalam bulan tersebut. Maka tak heran bila banyak orang berlomba-lomba mendapatkan kebaikan di bulan ini. Bicara soal amalan baik dibulan Dzulhijjah, yakni tentang 10 hari pertama utama dalam bulan Dzulhijjah dari puasa sunnah sampai ke puncaknya Ibadah Haji dan Idul Adha. Pada kesempatan kali ini kami akan membahas tentang amalan yang utama di bulan Dzulhijjah yakni Puasa Arafah, puasa yang jatuh pada tanggal 9 Dzulhijjah ini. Puasa Arafah adalah puasa sunnah yang utama untuk dikerjakan oleh setiap muslim yang tidak melaksanakan ibadah haji.  Ada berbagai hikmah yang bisa didapatkan dari puasa Arafah, berikut diantaranya : 1. Menghapus dosa satu tahun yang lalu dan satu tahun yang akan datang Dari Abu Qatadah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ “Puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyura (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim, no. 1162). Hadist ini menunjukan keutamaan dari puasa Arafah, dan besarnya pahala yang didapatkan yakni menghapus dosa tahun lalu dan dosa tahun depan. Keempat: Dosa yang terampuni adalah dosa kecil (ash-shaghair). Adapun dosa besar (al-kabair) seperti zina, maka riba, sihir, dan lainnya mesti dengan taubat untuk menghapusnya, tidak cukup dengan melakukan amalan saleh semata. Demikian pendapat dari jumhur atau kebanyakan ulama. Namun Syaikhu Islam Ibnu Taimiyah masih berpendapat pengampunan dosa di sini adalah dosa kecil dan dosa besar, sebagaimana bahasan beliau dalam Majmu’ah Al-Fatawa, 7:489. 2. Mendapatkan Pahala yang berlipat  Puasa Arafah merupakan salah satu amal shalih khusus pada 10 hari pertama bulan Dzulhijjah. Amal shalih pada 10 hari pertama bulan Dzulhijjah sangat dicintai Allah dibanding waktu lainnya, bahkan setara dengan jihad fi sabilillah yang membuat seorang mujahid syahid dan hartanya habis di jalan Allah. مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ يَعْنِي أَيَّامَ الْعَشْرِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ “Tidak ada satu amal shalih yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal shaleh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah).” Para sahabat bertanya: “Tidak pula jihad di jalan Allah?” Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun.” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah. Hadits senada juga diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Ahmad). 3. Hari terbaik untuk berdoa Dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ “Sebaik-baik do’a adalah do’a pada hari Arafah.” (HR. Tirmidzi no. 3585. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan). Maksudnya, inilah doa yang paling cepat dipenuhi atau terkabulkan (Lihat Tuhfatul Ahwadzi, 10: 33).

Hikmah Puasa Arafah Read More »

Akhlak Bertetangga

Tetangga adalah orang yang tinggal disekitar rumah kita. Meskipun kita tidak memiliki hubungan kekerabatan namun, Islam mensyariatkan umatnya agar berbuat baik kepada tetangga. Sesuai dengan firman Allah dalam surat An-Nisaa ayat 36 : وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya-mu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri”. [An-Nisaa/4 : 36]. Dalam ayat diatas dijelaskan bahwa Allah memerintahkan umatnya untuk menyembah Allah, tidak mempersekutukannya dan berbuat baik kepada dua orang tua, kerabat dan salah satuny kepada tetangga. Betapa dalam Islam sendiri kita juga disyariatkan untuk memuliakan tetangga kita sendiri. Rasulullah SAW bersabda dalam hadistnya:  عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  قَالَ : (( مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ)). رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu , dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , beliau bersabda: “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam. Barang siapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah ia menghormati tetangganya. Dan barang siapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya”. [HR al-Bukhâri dan Muslim]. Hadist diatas mencontohkan perbuatan-perbuatan yang merupakan perkara dari adanya Iman dalam diri seorang muslim. Orang yang beriman kepada Allah dan hari Akhir hendaklah ia menghormati tetangganya. Setiap muslim yang taat hendaknya senantiasa menjaga hubungan yang baik dengan para tetangganya. Bahkan contoh yang amat sederhana nih, misal kita sedang memasak dan harum aroma masakan kita sampai kepada tetangga kita maka kita disunahkan untuk memberi makan kepada tetangga kita tersebut. Selain itu berbuat baik dengan tetangga juga bisa menimbulkan hubungan yang harmonis, saling menjaga satu sama lain. Bayangkan saat kita terjadi musibah siapa orang yang pertama kali menolong kita? Tentu tetangga kita sendiri bukan kerabat kita karena rumah tetangga kita persis dekat dengan kita. Betapa pentingnya tetangga dalam kehidupan sehari-hari kita, tidak hanya anjuran berbuat baik ssaja yang disyariatkan oleh Islam. Namun juga,dalam syariat Islam terdapat ancaman yang amat nyata apabila kita enggan dan lalai dalam berbuat baik dengan tetangga. Bahkan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menafikan keimanan dari orang yang lisannya kerap menyakiti tetangga. Beliau Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda وَاللهِ لَا يُؤْمِنُ ، وَاللهِ لَا يُؤْمِنُ ، وَاللهِ لَا يُؤْمِنُ . قِيْلَ: وَ مَنْ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: الَّذِيْ لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ “Demi Allah, tidak beriman, tidak beriman, tidak beriman. Ada yang bertanya: ‘Siapa itu wahai Rasulullah?’. Beliau menjawab: ‘Orang yang tetangganya tidak aman dari bawa’iq-nya (kejahatannya)‘” (HR. Bukhari 6016, Muslim 46). Bahkan mengganggu tetangga termasuk dosa besar karena pelakunya diancam dengan neraka. Ada seorang sahabat berkata: يا رسول الله! إن فلانة تصلي الليل وتصوم النهار، وفي لسانها شيء تؤذي جيرانها. قال: لا خير فيها، هي في النار “Wahai Rasulullah, si Fulanah sering shalat malam dan puasa. Namun lisannya pernah menyakiti tetangganya. Rasulullah bersabda: ‘Tidak ada kebaikan padanya, ia di neraka’” (HR. Al Hakim dalam Al Mustadrak 7385, dinilai shahih oleh Al Albani dalam Shahih Adabil Mufrad 88). Demikian indahnya Islam mengajarkan hidup bertetangga, membangun harmonisasi dengan tetangga, saling mengulurkan tangan dalam kesusahan, dan saling memberi penghargaan dan keselamatan manakala tetangga mendapat keberuntungan.

Akhlak Bertetangga Read More »

Lima Hal Yang Wajib Dijaga Dalam Islam (Dharuriyyatul Khams)

credit : aboutislam.net Dalam Islam ada lima hal yang harus dijaga oleh setiap muslim sebagai bagian dari syariat yang telah Allah perintahkan atau biasa disebut dharuriyyatul khams. Kelimanya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Keseluruhan dalam agama Islam adalah kebaikan dan kemaslahatan. Islam dibangun atas dasar tauhid, dan ruhnya adalah keikhlasan sedang syiarnya adalah toleransi dan persaudaraan. Berikut 5 hal yang wajib dijaga dalam Islam : 1. Hifdzud Dien (Menjaga Agama)Hal utama yang wajib dijaga setiap muslim adalah menjaga agamanya, apalagi tugas utama diciptakannya manusia adalah untuk beribadah kepadaNya. Cobalah kita membuka lembaran-lembaran Al Qur’an dan kita jumpai pada surat Adz Dzariyat ayat 56. Di sana, Allah Ta’ala berfirman, وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56) Esensi dari ayat tersebut yakni bahwa kita berkewajiban untuk menjaga agamaNya dengan baik. Menjalankan segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya. Dengan menjaga agama pula, maka kita bisa mencapai tujuan dari pada apa yang menjadi tujuan penciptaan kita sebagain makhluqNya.  2. Hifdzun Nafs (Menjaga Diri) Dalam Islam kita mengenal qishas, mata dibayar mata, darah dibayar darah, nyawa dibayar nyawa. Hal ini menegaskan bahwa Islam amat menjaga nyawa setiap orang. Islam dengan tegas mengharamkan membunuh setiap kaum muslimin, ahli dzimmah (orang kafir yang hidup berdampingan dan tidak memusuhi Islam), dan mu’ahid (orang kafir yang mengikat perjanjian damai dengan orang umat Islam). dengan tegas Alloh subhanahu wa ta’ala telah melarang perbuatan tersebut bahkan mengancam pelakunya dengan ancaman yang sangat tegas, kekal dalam Jahanam, mendapatkan murka dan laknat Alloh. وَمَن يَقْتُلْ مُؤْمِناً مُّتَعَمِّداً فَجَزَآؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِداً فِيهَا وَغَضِبَ اللّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَاباً عَظِيماً “Dan barang siapa yang membunuh seorang mu’min dengan sengaja maka balasannya ialah Jahanam, ia kekal di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan melaknatinya serta menyediakan azab yang besar baginya.” (QS. An Nisa: 93) Selain menjaga diri orang lain, dalam Islam juga diwajibkan menjaga dirinya sendiri. Menjaga dan merawat diri sendiri adalah kewajiban. Sebab badan dan nyawa ini bukan milik kita seutuhnya melainkan titipan, amanah, milik Allah sepenuhnya. Konsekuensi menganiaya diri sendiri jauh lebih besar dibandingkan menganiaya orang lain. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda tentang penjagaan terhadap jiwa: مَنْ تَرَدَّى مِنْ جَبَلٍ فَقَتَلَ نَفْسَهُ فَهُوَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ يَتَرَدَّى خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا “Barangsiapa yang menjatuhkan dirinya dari gunung lalu dia membunuh dirinya (mati), maka dia akan berada dalam Neraka Jahannam dalam keadaan melemparkan diri selama-lamanya”. [HR Imam Bukhari]. 3. Hifdzun Nasl (Menjaga Keturunan) Umat Islam berkewajiban untuk menjaga keturunan yang jelas nasabnya. Oleh karena itu Islam melarang praktek perzinahan. Perzinahan selain mendatangkan murka Allah, juga menimbulkan berbagai banyak kedzaliman, mulai dari ternodai kehormatannya, harga diri seseorang, nasab tidak jelas, serta penyakit-penyakit ganas yang belom ditemukan obatnya sampai hari ini. Allah subhanahu wata’ala berfirman, وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا ۖ إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. 17:32) Untuk menjaga manusia agar jauh dari perbuatan zinamaka Islam memperbolehkan pernikahan bahkan dengan menikah juga termasuk menyempurnakan agamaNya.  وَأَنْكِحُوا الْأَيَامَىٰ مِنْكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ ۚ إِنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui..[An-Nur/24:32 ]. Selain itu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda : يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ, مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ Wahai para pemuda, barang siapa yang telah sanggup untuk menikah maka menikahlah, dan barang siapa belum mampu, hendaknya ia berpuasa, karena puasa itu sebagai perisai (HR. Bukhari&Muslim). 4. Hifdzun Mal (Menjaga Harta) Umat Islam diharuskan untuk memelihara hartanya melalui kasab atau usaha yang halal. Sehingga harta yang diperolehnya menjadi berkah dalam kehidupannya dan mendapat ridho dari Allah SWT. Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla: وَلَا تُؤْتُوا السُّفَهَاءَ أَمْوَالَكُمُ الَّتِي جَعَلَ اللَّهُ لَكُمْ قِيَامًا وَارْزُقُوهُمْ فِيهَا وَاكْسُوهُمْ وَقُولُوا لَهُمْ قَوْلًا مَعْرُوفًا “Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan” [An-Nisâ‘/4 : 5] Dalam syariatNya ini juga terdapat larangan untuk melakukan perbuatan pemborosan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ ۖ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا “Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan, dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Rabbnya”. [Al-Isrâ : 26-27] 5. Hifdzun Aql (Menjaga Akal) Umat Islam diharuskan menjaga akal yang sehat dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga umat Islam diwajibkan untuk mencari ilmu dan pengetahuan untuk mendapatkan wawasan yang cukup sebagai bekal dalam mengarungi kehidupan dan terhindar dari godaan dunia. Allâh Azza wa Jalla berfirman : وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ Dialah yang menjadikan kalian memiliki pendengaran, penglihatan, dan hati, supaya kalian bersyukur [an-Nahl/16:78] Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam , sang teladan yang telah mendorong umatnya, untuk terus meningkatkan kemampuan akalnya dalam memahami agama ini, sebagaimana dalam sabdanya : مَنْ يُرِدْ اللهُ بهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ Barangsiapa yang Allâh kehendaki kebaikan padanya, maka Dia akan dipahamkan dalam agamanya. [HR. Bukhâri, no. 69; Muslim, no.1719] Begitu pula dalam sabdanya : خِيَارُهُمْ فِي الْجَاهِلِيَّةِ خِيَارُهُمْ فِي الْإِسْلَامِ، إِذَا فَقُهُوا Orang yang paling baik di masa jahiliyyah, adalah orang yang paling baik setelah masuk Islam, jika mereka menjadi seorang yang faqih (ahli dan alim dalam ilmu syariat). [HR. Bukhâri, no. 3353 ; Muslim, no. 2378]. Semoga Allah Azza wa Jalla memberikan kemudahan kepada kaum Muslimin lainnya untuk memahaminya, sehingga semakin menambah dan mengokohkan keyakinan terhadap kebenaran din, agama yang haq ini.

Lima Hal Yang Wajib Dijaga Dalam Islam (Dharuriyyatul Khams) Read More »

Istimewanya Wanita Dalam Islam

credit : wahidfoundation.org Dalam Surat Al-Rum ayat 21 Allah berfirman : وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Al Rûm [30]: 21) Dalam Firman tersebut Allah Azza wa Jalla menerangkan bahwa wanita merupakan karunia dari Allah. Dengan adanya Wanita, para kaum adam merasakan ketenteraman dan menunjukan rasa kasih sayang diantara mereka. Selain itu dalam Islam sendiri ada banyak sekali keistimewaan yang diberikan kepada para wanita, berikut diantaranya : Kedudukan Yang Agung Dalam Islam Diluar sana masih banyak orang awam yang memberikan stigma bahwa Islam agama yang mengekang para wanita, dalam Islam terjadi banyak diskriminasi didalamnya. Padahal, realita yang ada apabila mereka mau belajar Islam dengan sebenarnya di jelaskan bahwa wanita memiliki kedudukan yang agung di dalam agama Islam. Hal ini bisa terlihat dari menyamakan antara mereka dengan kaum adam dalam mayoritas syariat Islam, dalam kewajiban bertauhid kepada Allah Azza wa Jalla , menyempurnakan keimanan, dalam pahala dan siksaan, serta keumuman anjuran dan larangan dalam Islam. لَّيۡسَ بِأَمَانِيِّكُمۡ وَلَآ أَمَانِيِّ أَهۡلِ ٱلۡكِتَٰبِۗ مَن يَعۡمَلۡ سُوٓءٗا يُجۡزَ بِهِۦ وَلَا يَجِدۡ لَهُۥ مِن دُونِ ٱللَّهِ وَلِيّٗا وَلَا نَصِيرٗا ١٢٣ وَمَن يَعۡمَلۡ مِنَ ٱلصَّٰلِحَٰتِ مِن ذَكَرٍ أَوۡ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤۡمِنٞ فَأُوْلَٰٓئِكَ يَدۡخُلُونَ ٱلۡجَنَّةَ وَلَا يُظۡلَمُونَ نَقِيرٗا “(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab. Barangsiapa mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah. Barangsiapa mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun.” (QS:  An-Nisaa` : 123-124). Adapun perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam beberapa hukum syariat, ini justru menunjukkan kesempurnaan Islam. Karena, agama ini benar-benar mempertimbangkan perbedaan kondisi laki-laki dan perempuan, untuk menetapkan hukum-hukum yang sangat sesuai dengan keadaan dan kondisi keduanya. Inilah bukti bahwa syariat Islam benar-benar ditetapkan oleh Allah Azza wa Jalla, Dzat yang Maha Adil dan Bijaksana, yang Maha Mengetahui segala sesuatu yang mendatangkan kebaikan dan kemaslahatan bagi hamba-hamba-Nya. وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَىٰ ۖ وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ۚ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا Dan hendaklah kalian (wahai istri-istri Nabi) menetap di rumah-rumah kalian dan janganlah kalian bertabarruj (sering keluar rumah dengan berhias dan bertingkah laku) seperti (kebiasaan) wanita-wanita Jahiliyah yang dahulu, dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait (istri-istri Nabi) dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. [al-Ahzâb/33:33]. Perhiasan Dunia Yang Harus Dijaga Islam menjaga wanita dari segala hal yang dapat menodai kehormatannya, menjatuhkan wibawanya serta merendahkan martabatnya. Dalam Islam sendiri datang untuk memuliakan para wanita, mengangkat derajat mereka sampai menjaga mereka dengan paripurna. Dan salah satu cara Islam menjaga para wanita adalah syariatNya untuk menutupi seluruh tubuh wanita, agar tidak menjadi fitnah bagi mereka serta melindungi mereka dari mata-mata muslihat para laki-laki. يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnyake seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzâb [33]: 59) Semua syariat yang Allah perintahkan adalah untuk menjaga dan memuliakan para wanita, jadi saudariku masih ragu bahwa Islam benar-benar memuliakan para wanita dan betapa istimewanya wanita dalam Islam sendiri? Peran Penting Wanita Dalam Islam “Al -Ummu madrasah Al-ula (Ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya) bila sang Ibu persiapkan dengan baik maka ibu telah mempersiapkan bangsa yang baik dan kuat” Dalam Islam dijelaskan bahwa madrasah pertama anak adalah ibunya, hal ini saja sudah bisa terlihat peranan penting wanita didalam Islam. Dalam Islam, wanita adalah pendidik pertama dan utama generasi muda Islam. Awal mula tumbuhnya generasi baru adalah dalam asuhan para wanita.. Dengan memberikan bimbingan yang baik bagi mereka, berarti telah mengusahakan perbaikan besar bagi masyarakat dan umat Islam.

Istimewanya Wanita Dalam Islam Read More »

Keutamaan Puasa Arafah

Sudah memasuki awal bulan Dzulhijjah, banyak amalan-amalan yang bisa dilakukan, salah satu amalan utamanya yakni Puasa Sunnah Arafah. Puasa ini dilaksanakan tanggal 9 Dzulhijjah, bagi kaum muslimin yang tidak melaksanakan Ibadah Haji,disunnahkan melaksanakan puasa Arafah.   Dalam Fiqih Islam wa Adillatuhu, Prof. Dr. Wahbah Az Zuhaili, menjelaskan mengenai hukum puasa ini. “Bagi orang yang sedang menunaikan haji, tidak disunnahkan berpuasa hari Arafah. Bahkan disunnahkan untuk tidak berpuasa meskipun ia kuat agar tersedia kekuatan untuk berdoa dan juga mengikuti sunnah. Sedangkan menurut mazhab Hanafi, orang yang sedang berhaji boleh berpuasa hari arafah jika ia kuat”. Menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang Dari Abu Qotadah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ “Puasa Arofah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim no. 1162) Dalam hadits tersebut bahwa Puasa Arafah memiliki keutaman yakni dapat menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang. Para ahli berpendapat berbeda mengenai dosa apa yang terhapus karena menjalankan ibadah puasa arafah tersebut. Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, “Jika bukan dosa kecil yang diampuni, moga dosa besar yang diperingan. Jika tidak, moga ditinggikan derajat.” (Syarh Shahih Muslim, 8: 51) Sedangkan jika melihat dari penjelasan Ibnu Taimiyah rahimahullah, bukan hanya dosa kecil yang diampuni, dosa besar bisa terampuni karena hadits di atas sifatnya umum. (Lihat Majmu’ Al Fatawa, 7: 498-500). Sebaik-Baik Doa Adalah Di Hari Arafah Dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ “Sebaik-baik do’a adalah do’a pada hari Arafah.” (HR. Tirmidzi no. 3585. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan). Maksudnya, inilah doa yang paling cepat dipenuhi atau terkabulkan (Lihat Tuhfatul Ahwadzi, 10: 33). Semoga Allah menyibukan diri kita dengan doa-doa pada hari arafah.

Keutamaan Puasa Arafah Read More »