Bina Insan Sahabat Al Qur’an – ‘Witing Tresno Jalaran Soko Kulino’.Pepatah jawa diatas sudah tak jarang lagi didengar oleh telinga kita. Yang artinya: Cinta itu tumbuh karena terbiasa.
Banyak sekali ditemui di medan menghafal Al-Qur’an dimanapun ia berada, mereka menghafal al-Qur’an bukan didasari dari rasa cinta terhadap al-qur’an itu sendiri. Alasan-alasan yang mereka kemukakan pun beragam, mulai dari “Disuruh orang tua kok kak”, atau “Ya kepingin aja sih”, atau mungkin aja ada yang begini “Ya daripada nganggur dirumah, ya ga sih ?”, dan bahkan ada yang lebih parah “Kayaknya jadi hafidzoh itu keren ya ukh … “. Astaghfirullah ……
Telinga siapa gerangan yang tidak panas mendengarnya ?
Padahal kunci menghafal yang paling berharga itu sendiri adalah adanya rasa cinta terhadap menghafal Al-Qur’an. Dan rasa cinta itu dimulai dari hati yang ikhlas. Dan jikalaupun suatu saat banyak masalah yang ia temui ditengah-tengah perjuangan, maka itu tidak akan menggoyahkan kecintaannya terhadap Al-Qur’an.
Allah berfirman dalam surat Al-Qomar ayat 17,
ولقد يسرناالقرآن للذكر فهل من مدكر
Artinya : “Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran? ”
Di dunia menghafal Al-Qur’an, sering kali ditemui problem-problem nyata dihadapan akhwat-akhwat. Diantaranya:
1. Susah Konsentrasi
Lagi-lagi si Fulanah marah-marah ga jelas. Atau mungkin malah lesu lemah tak berdaya sambil berpangku tangan. Ada juga yang tiba-tiba nongkrong di kantin dari pagi hingga sore. Setelah saya cari informasi tentang apa gerangan penyebabnya, dan ternyata ia sedang ‘ada tamu’.
Masalah ini tidak akan dipungkiri lagi bagi setiap akhwat yang sudah balighoh. Lalu bagaimana menyikapinya ?
Pada hakikatnya kondisi itu terjadi karena iman kita melemah. Sehingga banyak hal-hal negatif yang mengganggu fikiran kita. Yang menjadikan kita melakukan hal-hal diluar batas kesadaran, atau hal-hal negatif lain yang ia lakukan dengan spontanitas. Sehingga membuat kita malas untuk menghafal Al-Qur’an dan muroja’ah.
Yaa Akhwaati, para Ulama’ sudah banyak sekali memberikan solusi atas masalah ini. Cobalah berfikir positif, perbanyak pula berdzikir dan berusahalah menstabilkan iman semampu kita.
Ingatan manusia itu ada dua macam : daya ingat jangka pendek dan daya ingat jangka panjang.
Untuk meningkatkan daya konsentrasi kita, dibutuhkan semacam pembelajaran bagi otak kita. Karena sebuah penelitian yang telah mengkaji masalah ini mengatakan bahwa kebanyakan orang hanya menggunakan otak kirinya saja untuk menghafal. Dan jarang menggunakan otak kanannya. Bahkan mereka tidak menyadari akan hal ini.
Padahal otak kananlah yang memiliki daya tahan lebih lama dan lebih kuat dalam mengingat apa-apa yang telah kita hafal.
Lalu bagaimana solusi agar otak kanan dan otak kiri bisa seimbang ?
Allah Ta’ala telah berfirman jauh berabad-abad yang lalu, tertuang dalam surat Shaad ayat 29.
كتاب أنزلناه إليك مبرك ليدبروا آياته وليتذكروأولوا الألباب
Artinya: “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya, dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran”
Ayat diatas menjelaskan bahwa dengan tadabbur itulah cara yang yang sangat tepat untuk menyeimbangkan otak. Otak kanan itu hanya menerima rangsangan hafalan melalui gambar dan cerita. Sedangkan otak kiri hanya menerima rangsangan hafalan melalui tulisan dan angka.
Jadi, solusi yang efektif untuk menhasilkan hafalan yang kuat adalah dengan membaca Al-Qur’an berulang-ulang serta fikirkanlah isi kandungan dan makna-makna yang terkandung didalamnya.
2. Salahnya Memilih Waktu.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda : “Ada dua kenikmatan yang kebanyakan manusia terjebak padanya, yaitu nikmat kesehatan dan waktu luang” H.R Bukhori.
Makna hadits diatas bukan berarti kita harus 24 jam ‘stand by’ tanpa aktifitas kecuali menghafal AlQur’an, tidak tidur, tidak makan. Akan tetapi menghafal itu sendiri membutuhkan aturan waktu. Jika kita salah memilih waktu, maka itu bisa dikatakan kesalahan fatal, seperti halnya menghafal ‘dadakan’.
Butuh manajemen waktu yang handal agar hafalan Al-Qur’an kita bisa tepat sasaran.
a. Ketika bangun malam.
Karena inilah saat-saat dimana otak telah segar kembali setelah beristirahat panjang.
b. Di pagi hari setelah sholat shubuh.
c. Satu jam sebalum tidur ( untuk muroja’ah )
d. Perbanyaklah membacanya saat shalat fardhu maupun sunnah.
e. Jangan menghafal disaat perut sangat lapar ataupun kenyang.
Karena tubuh kita sedang bergotong-royong membantu alat pencernaan untuk mencerna makanan kita dengan baik.
Ibnu jamaa’ah mengatakan : “Waktu yang paling baik untuk menghafal itu adalah waktu sahur, yang paling baik untuk meneliti itu dipagi hari, yang paling baik untukmenulis itu disiang hari, dan untuk muthola’ah dan muroja’ah itu adalah malam hari”
Dikatakan juga dari Isma’il bin Uwais :”jika engkau ingin menghafal sesuatu, tidurlah (dahulu), dan bangunlah ketika sadar, niscaya akan dapat cahaya ilmu”
Putus Asa.
Ketika kita merasa putus asa, jangan pernah merasa sendiri dalam melakukan apa yang kita impikan.
Karena dibalik suksesnya seorang penghafal Al-Qur’an itu pastilah banyak orang-orang hebat juga. Yaitu orang tua, sahabat, orang-orang yang disayanginya dan yang menyayanginya setulus hati.
Putus asa juga bukan alasan yang tepat untuk menyerah, karena ia hanya dimiliki oleh orang yang berjiwa pecundang dan bermental krupuk.
Allah berfirman dalam surat yusuf ayat 87:
ولا تايئسوا من روح الله إنه لا يايئس من روح الله إلا القوم الكافرون
Artinya: ”Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir”
Putus asa bermula dari sebuah kefuturan. Da kefuturan bermula dari sikap dan pemikiran negatif yang mengganggu kita. Cobalah meminta nasihat kepada seseorang yang alim dan berkonsultasilah atas masalah yang sedang menimpa.
Dan terakhir, sesungguhnya menghafal Al-Qur’an itu mudah, dan tidak ada kata terlambat bagi mereka yang merasa terlambat dengan alasan karena faktor usia, kesibukan dan yang lainnya. Dalam ushul fiqh disebutkan “Keyakinan itu bisa menghilangkan keraguan”. Artinya, mantapkan diri sepenuh hati untuk menghafal Al-Qur’an hingga 30 juz.
Biidznillah, Allah yuwaffiqukum jamii’an…