Nah, bagaimanakah caranya agar semangat kita untuk menghafal dapat tetap terjaga dan tidak mudah luntur. Bagaimana pula kita mengelola kejenuhan, sehingga menjadi pendongkrak agar kita melompat lebih tinggi dan berlari lebih cepat dalam menghafal?
Insya Allah di bagian akhir buku ini, Anda bisa membaca kisah dan pengalaman para hafizh dan hafizhah dalam mengelola kejenuhan yang mereka hadapi.
Kali ini saya ingin membagi beberapa tips praktis dari Ir. Amjad Qasim tentang bagaimana menjaga semangat menghafal Al-Qur’an.
Pertama:,Ingat-ingatlah Kematian yang Pasti Datang
Sesungguhnya ingat mati itu membuat hidup lebih hidup. Selagi masih hidup, maka kita berjuang untuk melakukan yang terbaik, menabung sebanyak-banyak, mendepositokan waktu yang kita punya untuk kebahagiaan kita juga. Tentunya kita ingin punya investasi di akhirat sebagai tempat kembali kita yang kekal abadi. Investasi terbaik itu adalah hafalan Al-Qur’an.
Sudah banyak sekali terbukti, ternyata ingat mati itu dapat menjadi pendongkrak semangat yang loyo. Dahulu Khalifah Umar bin Abdul Aziz mengumpulkan ahli fiqih setiap malam. Di dalam pertemuan itu mereka saling mengingatkan tentang kematian, hari kiamat, dan akhirat. Setelah itu mereka pun menangis. Perkumpulan itu ternyata memberikan pengaruh besar dalam meningkatkan produktifitas amal.
Ingatlah mati agar kita semangat menghafal kitab suci yang mulia ini.
Kedua, Mengingat Akhiat
Dalam sebuah hadits Rasulullah Saw.menyatakan, yang artinya:
”Barangsiapa yang akhirat menjadi tujuannya, maka Allah akan menjadikan hatinya selalu merasa puas dengan apa yang diperolehnya. Dan Allah akan mengumpulkan segala urusannya yang tercerai berai, dan dunia datang kepadanya dalam keadaan tunduk.
Adapun orang yang menjadikan dunia menjadi tujuannya, maka Allah akan menjadikan kebutuhannya tidak pernah tercukupi, Allah cerai-beraikan segala urusannya, sedang ia tidak akan mendapatkan keduniaan melainkan apa yang telah ditakdirkan baginya.” (HR. At-Tirmidzi)
Ketika tujuan awal dan akhir kita adalah keridhaan Allah dan surga-Nya, maka insya Allah Allah yang membimbing kita dan memberikan kesungguhan dalam menghafal.
Ketiga, Berdoa
Doa adalah sunnah para nabi dan penyebab datangnya berbagai kebaikan. Rasulullah Saw. bersabda,
أَعْجَزُ النَّاسِ مَنَ عَجُزَ عَنِ الدُّعَاءِ
“Manusia yang paling lemah adalah orang yang lemah dalam berdoa” (HR. Ibnu Hibban).
Maka, perbanyaklah doa kepada Allah agar Dia berkenan memelihara kesungguhan kita; menjadikan kita tidak menyingkap dari tujuan kita selama-lamanya, dan meneguhkan langkah kaki kita.
Keempat, Berusaha Keras Memusatkan Perhatian Pada Hal-hal yang Penting dan Prioritas
Al-Hasan Al-Bashri pernah berkata, “Apabila engkau tidak menyibukkan dirimu dengan kebenaran, maka engkau akan disibukkan oleh kebatilan.”
Semakin kita menganggap penting sebuah pekerjaan, maka akan semakin antusias dan semangat kita melakukannya. Sebaliknya bila kita menganggap sebuah pekerjaan tak penting, dan kita tidak memerlukannya, dan pada waktu yang sama kita diminta melakukan hal itu, maka segalanya akan berjalan dengan berat hati.
Maka sibukkanlah diri dengan menghafal Al-Qur’an. Fokuskanlah diri untuk menghafal Al-Qur’an. Ini sungguh kegiatan yang sangat penting bagi kita dunia dan akhirat. Insya Allah kesungguhan Anda akan meningkat, dan sekali-kali tidak akan berhenti, sampai Anda menghafalnya dengan sempurna.
Kelima, Berpindah Dari Lingkungan yang Tidak Kondusif
Ir. Amjad Qasim memberikan pengumpaan yang menarik. Apabila permata jatuh di tempat yang bernajis, maka diperlukan begitu banyak air untuk membersihkannya. Jika kita menyiram air di atasnya saat permata itu masih berada di tempat najis, maka tentu akan memerlukan banyak air dengan hasil yang kurang. Namun jika kita mengeluarkannya terlebih dahulu dari tempat najis itu, maka kita pun dapat membersihkannya dengan mudah.
Maka jauhkanlah dari segala hal yang dapat melemahkan tekad. Apabila diri ini telah disibukkan oleh sesuatu hingga melupakan Al-Qur’an, maka sedikit demi sedikit kita akan melenceng dari tujuan, sampai akhirnya kita vakum sama sekali
Keenam, Berteman dengan Orang yang Memiliki Kesungguhan Tinggi
Cari-carilah teman penuh berkah yang membuat kita bersemangat melakukan kebaikan. Bertemanlah dengan para hafizh Al-Qur’an dan mereka yang memiliki kecintaan yang besar terhadap Al-Qur’an. Rasulullah Saw. bersabda,
إنَّ مِنَ النَّاسِ مَفَاتِيْحَ لِلْخَيْرِ مَغَالِيْقَ للِشَّرِّ
Ketujuh, Mintalah Nasehat Kepada Orang-orang Shaleh
Sesungguhnya kata-kata itu dapat menjadi penyejuk jiwa dan pembangkit semangat. Mintalah kepada para guru maupun orang tua kita untuk memberikan nasehat saat kita sedang tidak bersemangat. Semoga dari kata-kata mereka Allah menyegarkan kembali hati-hati kita untuk menghafal dan mempelajari kitab-Nya.
Kedelapan, Niatkan Menghafal Al-Qur’an Sebagai Bakti Kepada Kedua Orang Tua
Orang tua yang memilki anak yang hafal Al-Qur’an, kelak di hari kiamat ia akan mendapatkan baju kebesaran dan mahkota kehormatan dari Allah Swt. Sebagai anak, kita tentunya akan sangat bahagia dan bangga apabila dapat mempersembahkan kemuliaan itu kepada kedua orang tua kita karena kita termasuk penghafal Al-Qur’an. Sepenuh jasa-jasa mereka tak akan pernah mampu kita balas. Dengan menghafal Al-Qur’an, kita berharap semoga Allah memuliakan kedua orang tua kita di dunia dan akhirat dan menyayangi mereka sebagaimana mereka telah menyayangi kita di waktu kecil.