Bagimana Etika Pergaulan Dengan Lawan Jenis Dalam Islam ? Inilah 6 Tips Yang Harus Dipahami !


 ETIKA PERGAULAN LAWAN JENIS DALAM ISLAM


          Islam, mengajarkan etika dalam keseluruhan hidup baik di dunia maupun di akhirat nantinya. Berkaitan dengan itu, tentulah sejalan dengan bagaimana manusia bisa menata diri, pikiran, dan perbuatan agar tidak jauh meninggalkan Tuhan, yaitu Allah SWT. Manusia diciptakan di muka bumi ini tidak lain untuk saling kenal-mengenal, beribadah, dan bertaqwa kepada Tuhan-Nya. Sebagaimana umat islam memaknai arti dari kenal-mengenal, beribadah dan bertaqwa kepada Allah SWT. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan segala kesempurnaan akal, dan pikirian. Di dalamnya, diciptakan pula rasa cinta, sebagai fitrah bagi seluruh umat manusia di muka bumi ini. 

Firman Allah Ta’ala berkaitan dengan cinta ialah :
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu Wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Ali-Imran : 14).

         Untuk itu, sudah menjadi hal wajar jika kita memiliki rasa cinta di dalam hati kita. Namun, perlu dipahami rasa cinta itu haruslah sesuai dengan sebagaimana Islam mengajarkan dalam mengelolanya. Jangan sampai rasa cinta itu, menjadikan sebuah berhala baru dibarengi dengan rasa sombong karena meninggalkan Allah SWT.

         Manusia diciptakan sebagai laki-laki dan perempuan, untuk selanjutnya mereka diberikan akal dan rasa cinta itu di dalam setiap insan. Namun, kita sebagai umat islam haruslah paham bagaimana cara dalam mengelola, menjaga, dan meningkatkan kecintaan itu semata-mata karena Allah Ta’ala.

        Jangan sampai, karena salah mengambil langkah, atau karena kita yang tak mau mendalami etika pergaulan dengan sesama, khususnya dengan lawan jenis, malah menjadikan suatu fitnah yang nantinya akan memberikan mudharat bagi diri, maupun orang lain.

        Islam telah mengatur dengan tegas bagaimana cara kita menyalurkan cinta, juga bagaimana batas pergaulan antara dua insan lawan jenis sebelum menikah, agar semuanya tetap berada dalam koridor etika dan norma yang sesuai dengan syari’at.

Untuk itu, berikut enam etika pergaulan dengan lawan jenis dalam Islam, antara lain :

1. Tidak Berdua-duaan (Khalwat) dengan Lawan Jenis

         Ini merupakan salah satu yang harus dipahami, bahwa dilarang seorang laki-laki berdua-duaan dengan wanita yang belum mahramnya, karena disitulah nanti syetan-syetan akan masuk dan menggoda.

         Dari Ibnu Abbas ra. berkata : saya mendengar Rasulullah SAW bersabda ; “Janganlah seorang laki-laki berdua-duaan (Khalwat) dengan wanita kecuali bersama mahramnya”. (HR. Bukhari 9/330, Muslim 1341).

       Dari Jabir bin Samurah berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Janganlah salah seorang dari kalian berdua-duaan dengan seorang wanita, karena syetan akan menjadi yang ketiganya”. (HR. Ahmad 1/18, Tirmidzi 3/374 dengan sanad Shahih, lihat Takhrij Misykah 3188).

  Sudah menjadi barang tentu, ketika syetan sudah mengganggu, menipu, dan merayu, maka manusia yang lemah dalam iman akan mudah sekali tergoda dengan nafsu.

2. Menundukan Pandangan Terhadap Lawan Jenis

        Ini juga menjadi sebuah hal wajib sebelum menjadi mahram, menundukan pandangan terhadap lawan jenis yang dikhawatirkan akan menimbulkan ketertarikan yang diikuti dengan zina mata, pikiran, maupun nantinya perbuatan. Tidak diperbolehkan laki-laki dan wanita yang masih lemah dalam iman saling padnang-memandang dengan penuh ketertarikan baik biologis maupun yang lain.

        Allah memerintahkan kaum laki-laki untuk menundukan pandangannya, sebagaimana firman-Nya : Katakanlah kepada laki-laki yang beriman : “Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya”. (QS. An-Nur : 30). 

       Sebagaimana hal ini juga diperintahkan kepada wanita beriman, Allah berfirman : Dan katakanlah kepada wanita yang beriman : “Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya.” (QS. An-Nur : 31).

       Dari Firman Allah Ta’ala di atas, sudah menjadi barang wajib bagi laki-laki maupun wanita untuk menjaga pandangan. Karena dari pandanganlah zina-zina lain bisa bermunculan.

3. Adanya Pembatas Antara Laki-laki dan Perempuan

        Ini dimaksudkan, ketika kita yang sering berkomunikasi, rapat kerja, maupun kegiatan lain dalam beribadah untuk memberikan pembatas (hijab) di antara keduanya. Sebagai bentuk usaha dalam menjaga tatanan derajat keimanan kepada Allah Ta’ala. Khususnya, mereka yang sering mengadakan rapat maupun bercengkrama dengan kaitannya lawan jenis yang belum mahramnya.

         Firman Allah Ta’ala : “Dan apabila kalian meminta sesuatu kepada mereka (para wanita) maka mintalah dari balik hijab”. (QS. Al-Ahzab : 53)

4. Menutup Aurat Baik Laki-Laki Maupun Perempuan

        Ini juga menjadi barang wajib, sesuai dengan syari’at yang ada pada islam itu sendiri. Aurat adalah tempat bermuaranya dosa. Kenapa ? Karena, dengan tidak terjaganya aurat, maka disitulah nafsu yang diikuti dengan rayuan syetan akan menggerogoti jiwa. Seorang laki-laki muslim diwajibkan menjaga auratnya baik terhadap sesame laki-laki maupun dengan lawan jenis, begitu pula sebaliknya.

          Perintah menutup aurat berlaku bagi semua jenis, sebagaimana sebuah hadits : Dari Abu Sa’id Al-Khudri ra. berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Janganlah seorang laki-laki memandang aurat laki-laki, begitu juga wanita jangan melihat aurat wanita”. (HR. Muslim 1/641, Abu Dawud 4018, Tirmidzi 2793, Ibnu Majah 661).

           Selain itu, dalam menutup aurat, wanita juga perlu benar-benar memahami dan mengamalkan.
Allah berfirman : “Dan janganlah mereka menampakan perhiasannya, kecuali yang biasa nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya”. (QS. An-Nur : 31). 

          Juga firnan-Nya : Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mu’min : “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Ahzab : 59). 

5. Tidak Mendayukan Ucapan

        Wanita dilarang mendayukan ucapannya terhadap lawan jenis yang belum menjadikan dirinya sebagi mahram. Karen, hakikatnya suara yang diucapkan dari wanita, ketika tidak bisa mengelolanya maka itu juga merupakan aurat yang bisa mengundang nafsu bagi para lelaki baik yang beriman maupun tidak. Suara yang mendayu-dayu hanya diperbolehkan bagi mahramnya.

           Firman Allah : “Hai istri-istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik”. (QS. Al-Ahzab : 32). 

        Berkata Imam Ibnu Katsir : “Ini adalah beberapa etika yang diperintahkan oleh Allah kepada para istri Rasulullah saw serta para wanita mu’minah lainnya, yaitu hendaklah dia kalau berbicara dengan orang lain tanpa suara merdu, dalam artian janganlah seorang wanita berbicara dengan orang lain sebagimana dia berbicara dengan suaminya”. (Tafsir Ibnu Katsir 3/530).

6. Tidak Menyentuh Lawan Jenis

        Kita dilarang menyentuh bagian tubuh manapun lawan jenis kita, karena bersentuhan dengan yang bukan mahram dan itu disengaja, maka dosa lah adanya. Kenapa demikian ?

         Sebagaimana sabda Rasulullah SAW : Dari Abu Hurairah ra. dari Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya Allah menetapkan untuk anak adam bagiannya dari zina, yang pasti akan mengenainya. zina mata dengan memandang, zina lisan dengan berbicara, sedangkan jiwa berkeinginan serta berangan-angan, lalu farji yang akan membenarkan atau mendustakan semuanya”. (HR. Bukhari 4/170, Muslim 8.52, Abu Dawud 2152).

          Sebagaimana firmanNya : “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk”. (QS. Al-Isra’ : 32).
Rasulullah SAW tidak pernah menyentuh wanita meskipun dalam saat-saat penting seperti membai’at dan lain-lain. 

         Dari ‘Aisyah berkata : “Demi Allah, tangan Rasulullah tidak pernah menyentuh tangan wanita sama sekali meskipun saat membaiat”. (HR. Bukhari 4891).

          Selepas dari apa-apa yang sudah dituliskan, mudah-mudahn bermanfaat dan dapat memberikan pemahaman mengenai etika pergaulan lawan jenis yang belum mahramnya dalam islam. Sesungguhnya, manusia hanya bisa merencanakan, menjaga, dan meningkatkan. Tempat kembali dan bertaubat adalah milik-Nya, Allah SWT. Untuk itu, sudah menjadi barang tentu ketika dalam diri terus-menerus meningkatkan keimanan sesuai yang sudah digariskan dalam Al-Qur’an dan Hadist.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel

Penyuluhan Tanpa Biaya: Wujud Peduli dan Berbagi Ilmu bagi Masyarakat

Penyuluhan tanpa biaya menjadi salah satu bentuk nyata dari kepedulian terhadap masyarakat. Dengan memberikan akses informasi dan pengetahuan secara gratis, kegiatan ini menjembatani kesenjangan dalam pendidikan, kesehatan, atau isu-isu penting lainnya, terutama bagi kelompok masyarakat yang kurang memiliki akses terhadap sumber daya tersebut. Makna Penyuluhan Tanpa Biaya Penyuluhan tanpa biaya adalah program yang dirancang untuk […]

Read More
Artikel

Meningkatkan Kesadaran Melalui Penyuluhan Gratis: Berbagi Pengetahuan untuk Semua

Kesadaran masyarakat terhadap berbagai isu seperti kesehatan, pendidikan, lingkungan, atau ekonomi sering kali menjadi kunci perubahan sosial. Salah satu cara efektif untuk meningkatkan kesadaran ini adalah melalui program penyuluhan gratis. Dengan membagikan pengetahuan secara cuma-cuma, penyuluhan menjadi jembatan yang menghubungkan informasi penting dengan masyarakat yang membutuhkan. Mengapa Penyuluhan Gratis Penting? Memiliki dampak yang signifikan karena […]

Read More
Artikel

Kebaikan sebagai Landasan: Menginspirasi melalui Komitmen Yayasan

Kebaikan adalah nilai universal yang menjadi dasar setiap tindakan positif untuk menciptakan perubahan. Dalam konteks sebuah yayasan, kebaikan bukan sekadar filosofi, melainkan landasan kokoh yang memandu setiap langkah untuk membawa manfaat nyata bagi masyarakat. Komitmen yayasan terhadap nilai ini mampu menginspirasi banyak pihak untuk bersama-sama menciptakan dampak yang lebih besar. Mengapa Kebaikan Harus Menjadi Landasan? […]

Read More