Benarkah Bisa Mengejar Surga Sejak Di Dunia ? Berikut Penjelasannya !

Mengejar Surga Sejak di Dunia

     Mengejar Surga Sejak Di DuniaDalam kehidupan bermasyarakat, terdapat beberapa kecenderungan yang beragam dalam memaknai perolehan kebahagiaan di dunia dan akhirat (Surga). Sebagian memiliki pandangan, dengan mengukur kebahagiaannya dengan hanya sukses di dunia, sementara akhiratnya tidak diperhatikan. Namun, sebagian lagi juga ada yang berpandangan bahwa kebahagiaan diperoleh dengan amal-amal akhirat saja, sementara di dunianya tidak diperhatikan. Tentu, keduanya ini tidaklah sehat.

           Dalam memaknai kebahagiaan dan kesuksesan dalam kehidupan adalah dengan memposisikan di antaranya, maksudnya ialah manusia harus pandai dalam pencapaian kesuksesan (kebahagiaan) baik di dunia maupun di akhirat. Kesuksesan inilah, yang sejatinya juga diinginkan oleh islam, umat muslim.

         Lalu, bagaimanakah caranya ? Cara yang paling tepat adalah dengan menjadikan semua aktivitas keduniawian ini juga memiliki nilai-nilai kunci kaitannya dengan kesuksesan menuju akhirat nantinya. Banyak pekerjaan-pekerjaan dan juga prestasi yang kita sering lihat hanya dari segi keduniawian, namun jika kita lebih bijak lagi dalam menjalaninya, dari mulai meniatkan diri, bersiap, sampai dengan tata cara yang benar dalam melaksanakan akan menjadi prestasi dan juga tabungan untuk diri di akhirat nanti.

          Dengan teori demikian, sebenarnya kebutuhan-kebutuhan akan prestasi duniawi kita amat besar dalam rangka memberikan penambahan dalam tabungan kita sebagai bekal di akhirat tersebut. Sebab, dengan hanya melaksanakan ibadah formal saja, tentu kita memiliki banyak keterbatasan dalam mencapainya. Berapa banyak kah kita mampu berpuasa Sunnah, salat, dan lain sebagainya ? Bukan bermaksud kita meninggalkan amal dalam ibadah formal. Namun yang dilakukan adalah tetap melaksanakan amalan-amalan yang diperintahkan dalam ibadah formal, kemudian menambahinya dengan amalan duniawi yang bernilai untuk amalan akhirat. Dengan demikian, jika amalan ibadah formal kita sedikit, maka amalan duniawi akan menambah amalan kita di akhirat nanti, dan jika memang amalan ibadah formal kita pun banyak, maka dengan amal duniawi akan menambah banyak timbangan kita nanti di akhirat. Hal ini sejalan dengan definisi ibadah yang dinyatakan oleh imam Ibnu Taimiyah, “lalah apa yang diridhai Allah, dari perbuatan lahir dan batin. “

Berikut ini adalah beberapa contoh prestasi dan amal duniawi yang bisa menjadi bagian dari prestasi akhirat guna mengejar surga sejak di dunia :

1.   Berjihad Menuntut Ilmu

         Salah satu karya dan pencapaian prestasi yang banyak kita lakukan adalah menuntu ilmu, karena dengan menuntut ilmu kita memperoleh sebuah ide baru, inovasi baru, keahlian baru, dan manfaat-manfaat lain guna menopang kehidupan kita di dunia. Dengan belajar dan bersabar dalam memperolehnya, sampai menuju pada pencapaian pada tigkat taraf ahli, kemudian menjadikan sebuah kemanfaat baik menularkannya, atau memberikan kemudahan dalam bantuan pada orang lain, maka menuntut ilmu ini juga merupakan proses yang baik dalam memberikan tabungan kita di akhirat nanti, maka tidak heran orang berilmu jauh lebih takut dan taat kepada Allah SWT, jika dia memahami hakikat ini. Dan tidaklah berlebihan jika Allah SWT menempatkan orang-orang yang beriman dan berilmu pada posisi derajat yang tinggi.

2.  Pekerjaan Ringan Juga Terkesan Tidak Menguntungkan

Banyak pekerjaan dan kegiatan yang terkesan ringan, kecil, dan biasa. Tetapi sebenarnya bisa memberikan berat amalan kita nantinya di akhirat, dengan berniat karena Allah SWT. Sebagai contoh ialah meminggirkan duri yang ada di tengah jalan, tersenyum pada sesama muslim, mengucap salam, ataupun mengasihi binatang.

Rasulullah SAW pemah mengisahkan tentang wanita nakal yang di ampuni Allah SWT dan di masukan ke surga, setelah memberi air minum seekor anjing yang nyaris mati kelaparan. Akhimya wanita itu yang mati. Sebaliknya, dalam riwayat lain, dari Ibnu Umar, Imam Bukhori dan Muslim meriwayatkan kisah tentang seorang wanita yang masuk neraka karena mengerangkeng seekor kucing. Kucing itu tidak ia beri makan hingga mati.

3. Memperoleh Musibah


Musibah yang kita alami, seperti sakit, ditinggal orang yang kita sayangi, ataupun bebagai masalah hidup lainnya merupakan penghias dalam melangkahkan kaki kita dalam perjalanan kehidupan di dunia ini. Ada sebagian yang memandang secara sempit sebagai sebuah kejadian yang alami belaka.
           
Namun, Kita harus memandangnya sebagai tabungan akhirat yang disiapkan untuk diri ini menghadap Allah SWT, dengan cara bersabar, tetap berdoa dan berikhtiar kepada Allah SWT. Pada saat yang sama, kita juga meminta pertolongan  kepada-Nya, mencari jalan keluar, mencari solusi-solusi terbaik dalam beriktiar dan berusaha menyelesaikan permasalaha yang terjadi.
Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah kesulitan dan sakit menimpa seorang muslim, tidak juga kegalauan, kesedihan, duka dan behan, hingga duri yang mengenai kakinya, kecuali menjadi penebus sebagian dari kesalahan-kesalahannya”. (HR. Bukhori dan Muslim, dari Abu Said dan Abu Hurairah).
         Dalam kesempatan lain, Rasulullah SAW juga menegaskan, bahwa Allah SWT dalam hadist Qudsi berfirman, “Tidaklah ada balasan bagi seorang hambaKu bila aku dipanggil orang yang di cintainya dari dunia, lalu ia bersabar dan memohon balasan (kepada-Ku) kecuali baginya adalah surga”. (HR. Bukhori dari Abu Hurairah).
4. Mencari Nafkah 

Banyak di antara kita, yang hanya memandang mencari mata pencaharian sebagai sebuah tuntutan duniawi belaka, guna memenuhi kebutuhan akan makan dan minum. Namun, sejatinya. Kita tidak boleh membatasii karya keduniawian itu hanya sebagai karya dunia, sebaliknya kita harus menjadikannya juga sebagai tabungan akhirat dengan meniatkan diri dan melaksanakannya dengan tata cara yang baik dan benar. Dengan seperti itu, nantinya kita diharapkan akan mendapatkan keduanya, yaitu sukses dunia dan in shaa Allah sukses akhirat.
Rasulullah SAW bersabda, “Diantara dosa-dosa, ada dosa yang tidak bisa dihapus oleh shalat, tidak pula oleh puasa, tidak pula oleh hajj, tetapi bisa dihapus dengan kelelahan mencari mala pencarian”. (HR. Thabrani). Bahkan, nafkah batin yang diberikan kepada istri sekalipun adalah tabungan untuk hari akhirat

5. Melakukan Pekerjaan Yang Dampak Baiknya Dirasakan Oleh Banyak Orang


Pernahkah kita berfikir dan menyadari bagaimana berharganya pekerjaan para tukang sampah, atau Dokter, dan juga pekerjaan dan prestasi lain yang sebenarnyaa bermaslahat untuk orang banyak, inilah yang dimaksud dalam mencari amal baik di dunia maupun di akhirat, dengan sembari kita berkerja dengan ikhlas, diniatkan sebagai bentuk ikhtiar dan ibadah kita kepada Allah SWT.
Seperti dalam istilah Rasulullah SAW, “Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia. ” Atau dalam bahasa al-Qur’an, beratnya timbangan amal tentu juga dipengaruhi oleh banyak sedikitnya amal. “Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. ” (QS Al-Qori ‘ah: 6- 7).

6. Pekerjaan Dalam Memakmurkan Bumi

Dalam ayat-ayat Al-quran suah jelas, bahwa manusia dilarang melakukan kerusakan di muka bumi. Sebaliknya, manusia diwajibkan melakukan kekegiatan-kegiatan yang bermanfaat dalam kemakmuran bumi ini.

Allah SWT menyuruh kita memakmurkan bumi, memanfa’atkan sebaik mungkin. Bumi dan segala yang ada di atasnya di peruntukkan Allah SWT bagi manusia. “Dialah Allah, yang manjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu”. (QS Al-Baqoroh: 29). Dalam ayat lain Allah berfirman, “Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya, dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan. ” (QS Al-Mulk: 15).

Dengan menekuni profesi-profesi yang bedampak baik dalam memaksimalkan kemakmuran di muka bumi, tanpa berbuat kerusakan di dalamnya, akan memberikan amal baik tidak hanya di dunia namun juga di akhirat nanti.

Demikianlah penjelasan mengenai bagaimana mengejar surga sejak di dunia. Mudah-mudahan dapat memberikan manfaat baik bagi diri maupun keseluruhan pembaca.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel

Penyuluhan Tanpa Biaya: Wujud Peduli dan Berbagi Ilmu bagi Masyarakat

Penyuluhan tanpa biaya menjadi salah satu bentuk nyata dari kepedulian terhadap masyarakat. Dengan memberikan akses informasi dan pengetahuan secara gratis, kegiatan ini menjembatani kesenjangan dalam pendidikan, kesehatan, atau isu-isu penting lainnya, terutama bagi kelompok masyarakat yang kurang memiliki akses terhadap sumber daya tersebut. Makna Penyuluhan Tanpa Biaya Penyuluhan tanpa biaya adalah program yang dirancang untuk […]

Read More
Artikel

Meningkatkan Kesadaran Melalui Penyuluhan Gratis: Berbagi Pengetahuan untuk Semua

Kesadaran masyarakat terhadap berbagai isu seperti kesehatan, pendidikan, lingkungan, atau ekonomi sering kali menjadi kunci perubahan sosial. Salah satu cara efektif untuk meningkatkan kesadaran ini adalah melalui program penyuluhan gratis. Dengan membagikan pengetahuan secara cuma-cuma, penyuluhan menjadi jembatan yang menghubungkan informasi penting dengan masyarakat yang membutuhkan. Mengapa Penyuluhan Gratis Penting? Memiliki dampak yang signifikan karena […]

Read More
Artikel

Kebaikan sebagai Landasan: Menginspirasi melalui Komitmen Yayasan

Kebaikan adalah nilai universal yang menjadi dasar setiap tindakan positif untuk menciptakan perubahan. Dalam konteks sebuah yayasan, kebaikan bukan sekadar filosofi, melainkan landasan kokoh yang memandu setiap langkah untuk membawa manfaat nyata bagi masyarakat. Komitmen yayasan terhadap nilai ini mampu menginspirasi banyak pihak untuk bersama-sama menciptakan dampak yang lebih besar. Mengapa Kebaikan Harus Menjadi Landasan? […]

Read More