Salah satu sifat manusia yang tertulis di Al-Qur’an yakni bahwa manusia suka kufur akan nikmat yang telah Allah berikan kepada mereka. Hal ini tercermin dalam Firman Allah Surat Az-Zukhruf ayat 15 yang berbunyi
وَجَعَلُوا لَهُ مِنْ عِبَادِهِ جُزْءًا ۚ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَكَفُورٌ مُبِينٌ
Dan mereka menjadikan sebahagian dari hamba-hamba-Nya sebagai bahagian daripada-Nya. Sesungguhnya manusia itu benar-benar pengingkar yang nyata (terhadap rahmat Allah). (Q.S Az-Zukhruf :15)
Padahal sudah secara nyata mereka mengetahui bahwa nikmat-nikmat yang mereka dapatkan semua berasal dari Allah Azza wa Jalla, namun mereka justru mengingkarinya. Begitu banyak nikmat yang telah Allah berikan kepada setiap hambaNya. Diantara sekian banyak kenikmatan, ada dua kenikmatan yang mampu menipu manusia, sudah sifat manusia mengingkari nikmatnya ditambah nikmat yang menipu tersebut maka lengkaplah sudah. Ada dua buah nikmat yang bisa menipu manusia yakni sehat dan nikmat waktu. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah yang berbunyi
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
”Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang”. (HR. Bukhari no. 6412, dari Ibnu ‘Abbas)
Ø Tentang Nikmat Sehat
Saat apakah seseorang merasakan bahwa sehat itu sebuah kenikmatan yang tak terkira? Jawabannya saat orang tersebut merasakan sakit. Ketika orang sedang dalam kondisi sehat, mereka cenderung akan abai terhadap kebutuhan dari tubuh mereka. Menjalankan aktifitas sesuka hati, tidak menjalankan pola hidup sehat, serta tidak memanfaatkan sehatnya itu untuk optimal dalam beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Nikmat sehat memiliki nilai yang berharga bahkan seolah-olah dunia dikumpulkan untuknya. Dalam hadisnya Rasulullah bersabda
مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ مُعَافًى فِي جَسَدِهِ آمِنًا فِي سِرْبِهِ عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا
Barangsiapa di antara kamu masuk pada waktu pagi dalam keadaan sehat badannya, aman pada keluarganya, dia memiliki makanan pokoknya pada hari itu, maka seolah-olah seluruh dunia dikumpulkan untuknya. [HR Ibnu Majah, no. 4141; dan lain-lain; dihasankan oleh Syaikh Al Albani di dalam Shahih Al Jami’ush Shaghir, no. 5918].
Setiap muslim wajib menjaga tubuhnya agar tetap sehat, bahkan Allah memerintahkan HambaNya untuk selalu berdoa agar terhindar dari berbagai macam penyakit.
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُبِكَ مِنَ الْبَرَصِ, وَالْجُنُوْنِ ,وَالجُزَامِ,وَمِنْ سَيْءِ اْلأَسْقَامِ
“Ya Allah, sungguh aku berlindung kepadaNya dari penyakit belang, gila, lepra, dan dari keburukan segala macam penyakit” (HR Abu Dawud no. 1554, An Nasa’i [VIII/270], Ahmad [III/192], Ibnu Hibban no. 1013 dan lainnya, dari Anas bin Malik Radhiyallahu’anhu. Lihat Shahih Al-Jami’us Shaghir [no. 1281]).
Ø Tentang Waktu Luang
Allah Azza wajalla berfirman:
وَٱلۡعَصۡرِ ١ إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لَفِي خُسۡرٍ ٢ إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡحَقِّ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ ٣
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. (QS. Al-Ashr:1-3)
Surat ini memang singkat namun makna didalamnya sangat kuat yakni tentang waktu. Bagaimana manusia benar-benar mengalami kerugian karena waktu yang telah berlalu. Tanpa mereka sadari usia yang semakin bertambah, jatah hidup yang berkurang namun belum menyadari bagaimana mereka bisa memanfaatkan waktu tersebut. Dijelaskan pula hanya orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh serta nasehat menasehati dalam kebenaran dan kesabaran yang menjadi orang beruntung.
Waktu amatlah berharga, ia ibarat pedang bermata dua bisa memberikan kebaikan namun juga bisa mendatangkan keburukan. Seberapapun longgar atau sempit waktu yang kita punya mestinya kita gunakan untuk kebaikan. Bahkan Rasulullah menganjurkan ntuk menyegerakan kebaikan sebelum kedatangan pekara-pekara yang menghalanginya. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah yang berbunyi :
Imam Al Hakim meriwayatkan dari Abdullah bin Abbas, bahwa Nabi n bersabda menasihati seorang laki-laki :
اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ , شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ , وَصِحَّتِكَ قَبْلَ سَقْمِكَ , وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ , وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ , وَحَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
Ambillah kesempatan lima (keadaan) sebelum lima (keadaan). (Yaiutu) mudamu sebelum pikunmu, kesehatanmu sebelum sakitmu, cukupmu sebelum fakirmu, longgarmu sebelum sibukmu, kehidupanmu sebelum matimu. [HR Al Hakim di dalam Al Mustadrak; dishahihkan oleh Syaikh Al Albani di dalam Shahih At Targhib wat Targhib 3/311, no. 3355, Penerbit Maktabul Ma’arif, Cet. I, Th. 1421 H / 2000 M].