Artikel

Rahasia di Balik Murojaah Hafalan Al-Qur’an

Bina Insan Sahabat Al Qur’an  – Apa yang Anda ketahui tentang murojaah hafalan Al-Qur’an? Ternyata murojaah atau mengulang-ulang hafalan al-Qur’an secara rutin lebih penting daripada menghafal.Dan ternyata murojaah secara rutin itu adalah aktifitas menghafal itu sendiri. Sungguh, al-Qur’an itu lebih cepat hilang dari ingatan seseorang daripada seekor onta yang diikat. Jangan sampai seseorang mengatakan ‘Aku ini sudah hafal al-Qur’an beberapa juz kok dan alhamdulillah aku sudah tidak butuh murojaah lagi.’ Ingat sabda Rasulullah, hafizh Qur’an pertama di dunia ini: 1. Apabila seorang penghafal / pembaca al-Qur’an itu menegakkan hafalannya di malam dan siang hari, berarti ia telah mengingatnya. Dan sebaliknya, jika ia tidak membacanya maka ia telah melupakannya. 2. Sesungguhnya perumpamaan pembaca al-Qur’an itu seperti pemilik onta yang terikat. Jika ia jaga onta itu berarti ia telah mengikatnya. Dan apabila ia melepaskan tali ikatan itu berarti ia telah merelakan ontanya lari. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya semua orang yang sudah hafal al-Qur’an sangat yakin bahwa apabila ia tidak memurojaah hafalannya yang sudah dihafal secara rutin, maka pasti hafalannya itu akan hilang. Sungguh, jika Anda tengah menekuni hafalan dan interaksi dengan Al-Qur’an ini, berarti Anda tengah bersama Al-Qur’an dalam sebuah rihlah (wisata) panjang dari sejak dalam buaian sampai menuju kuburan. Benar, ia adalah sebuah wisata panjang sampai berakhir di ujung penantian hidup ini. Jangan lupa, sertakan al-Qur’an al-Karim ini dalam perjalanan rihlah Anda. Dan murojaah adalah kendali teraman dalam menempuh perjalanan rihlah. Perlu kita ketahui bahwa studi penelitian modern memperlihatkan penemuan baru peran besar tentang otak dan proses murojaah. Berikut kiat-kiat murojaah yang efektif itu: 1. 5 tahapan murojaah: Banyak di antara kita yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengingat dan mengulang. Diketemukan bahwa setelah sejam sampai dua jam berikutnya, sebagian besar apa yang telah diingatnya itu lupa tak berbekas.  Mari kita analisa sejenak: Setelah kita mendengar atau menyaksikan sesuatu, atau menghafal sebuah pelajaran sekolah / kuliah, semuanya itu langsung terlupa dalam kadar 80% dari tema pelajaran selama kurang lebih 1X24 jam. Sekali lagi, kita telah kehilangan 80% dari apa yang telah kita dengar, kita saksikan atau kita hafal antara 1 jam sampai seharian. Sebagai contoh misalnya; Setelah hafal satu halaman dari al-Qur’an pada sebuah kelompok menghafal, tidak sampai seharian, kita kesulitan mengulanginya lagi 80% dari hafalan tersebut. Ketika saya (seorang hafizh Qur’an) mulai menghafal dahulu -kurang lebih 20 tahun yang lalu- saya bisa hafal dengan cara klasik. Katakanlah dulu itu, saya bisa menghafal satu halaman dalam waktu 30 menit saja. Waktu itu saya menghafalkannya di waktu pagi-pagi buta. Tapi ketika siang mulai menyingsing dan saya mencoba untuk melakukan murojaah dalam shalat-shalat sirriyyah, ternyata semua yang kuhafal itu sudah menguap semuanya alias hilang tak membekas. Aku sendiri tidak tahu apa penyebabnya kecuali setelah saya mempelajari pelajaran tentang otak dan prinsip-prinsip dasar murojaah dan mengingat. Dan ternyata sebabnya sangat sederhana sekali. Apa itu? Yakni; akal manusia akan bekerja aktif sesuai dengan prinsip prioritas. Contohnya: Ketika menghafal, akal akan mengarah semuanya (fokus) pada aktifitas hafalan itu. Dan ketika hafalan itu ditinggal lalu beralih kepada aktifitas lain, maka akal seseorang akan melihat bahwa prioritas utama sekarang bukanlah hafalan lagi. Tapi aktifitas lain yang sedang digeluti itu. Dan aktifitas itu sedang melakukan penyiapan file lain agar bisa beradaptasi dengan kondisi baru. Sementara file hafalan perlahan-lahan ditutup dulu. Kaedah ini harus kita perhatian dengan baik..! Coba saja anda buktikan, ketika anda sudah sukses dan berhasil memanfaatkan waktu 45 menit saja dengan menghafal satu halaman al-Qur’an atau 5 menit menghafal suatu ayat, maka sejam kemudian anda akan lupa 80% dari apa yang telah anda hafal tadi.Oleh karena itu saya sarankan, di awal-awal anda jangan dulu menghabiskan waktu yang panjang dalam menghafal satu halaman dari al-Qur’an. Hafalan akan lengket dengan banyak dimurojaah sesering mungkin. Baik..Sekarang kita kembali pada bagan di atas tentang urgensi muroja’ah. Ketika kita sudah hafal satu halaman al-Qur’an saja misalnya – atau hafal suatu informasi atau pelajaran sekolah / kuliah- untuk pertama kalinya, maka setidaknya di sana ada 5 cara murojaah yang harus diperhatikan sehingga hafalan menjadi lengket, pindah ke otak kanan dalam jangka waktu yang lama dan  siap untuk dibaca: 1. Lakukan murojaah (pengulangan) pertama sejam setelah hafalan pertama2. Lakukan murojaah kedua, sehari setelah hafalan kemarin3. Lakukan murojaah ketiga, tiga pekan setelah hafalan yang pertama4. Lakukan murojaah keempat, sebulan setelah hafalan pertama dan5. Lakukan murojaah kelima, 3 bulan setelah hafalan pertama Nah, setelah 5 kali melakukan lima tahap murojaah di atas, Insya Allah informasi atau hafalan apapun yang lakukan akan berpindah sedikit demi sedikit ke otak kanan untuk jangka waktu yang panjang dan siap untuk dibacakan kembali kapan saja. Cara ini bersifat umum cocok untuk semua yang anda ingin hafalkan. Makanya ada sebuah doa bagus untuk menghadirkan kembali suatu hafalan kapan saja kita butuh: اللهم إنى استودعت كما قرآته فاردده لى عند حاجاتى “Ya Allah, aku titipkan kepada-Mu apa yang telah aku baca. Dan kembalikanlah ia di waktu aku butuh.” Saya sarankan agar para siswa atau siswi dan mahasiswa atau mahasiswi mengikuti cara-cara ini dalam pelajaran sekolah dan kuliah mereka di mana di situ mereka menghabiskan waktu-waktunya dengan jarak yang berjauhan antara aktifitas murojaah untuk memperkuat informasi / hafalan. Semoga bermanfaat..Wallahu A’lam  Sumber

Rahasia di Balik Murojaah Hafalan Al-Qur’an Read More »

Membaca Al Qur’an untuk Direnungkan dan Diamalkan

Bina Insan Sahabat Al Qur’an  – Membaca Al Qur’an bukan sekedar dibaca. Namun yang terpenting adalah direnungkan dan diamalkan isi kandungannya. Banyak membaca dibanding dengan membaca Al Qur’an dengan penuh perenungan (tadabbur), tentu dengan penuh tadabbur itu lebih utama (afdhol). Ibnul Qayyim rahimahullah saat menjelaskan perihal shalat malam dalam Zaadul Ma’ad membawakan bahasan berikut ini: Para ulama berselisih pendapat manakah yang lebih utama, membaca Al Qur’an dengan tartil sehingga sedikit bacaan yang dihasilkan ataukah membaca Al Qur’an dengan cepat dan banyak yang dibaca. Ada dua pendapat dalam masalah ini. Menurut Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, juga selain keduanya, membaca Al Qur’an dengan tartil dan penuh tadabbur (perenungan) itu lebih utama daripada membaca Al Qur’an dengan cepat meskipun dihasilkan banyak bacaan. Karena memang maksud membaca Al Qur’an adalah memahami dan merenungkan isinya, juga ditambah dengan bisa mengamalkan kandungannya. Sedangkan membaca dan menghafal Al Qur’an adalah jalan untuk bisa memahami maknanya. Sebagian salaf mengatakan, نزل القرآن ليعمل به فاتخذوا تلاوته عملا “Al Qur’an itu diturunkan untuk diamalkan. Oleh karenanya, bacalah Al Qur’an untuk diamalkan.” Makanya, dari dulu yang namanya ahli Al Qur’an adalah yang paham dan mengamalkan isi Al Qur’an (bukan hanya sekedar baca atau bukan sekedar menghafal, -pen). Walaupun ahli Al Qur’an di sini tidaklah menghafalkan Al Qur’an. Adapun jika ada yang menghafalkan Al Qur’an namun tidak memahami dan juga tidak mengamalkan isinya, maka ia bukanlah ahli Al Qur’an walau dia piawai mengucapkan huruf-hurufnya. Para ulama yang berpendapat pentingnya tadabbur dibanding banyak qiro’ah (baca) juga memberikan alasan lain bahwa iman tentu saja sebaik-baik amalan. Memahami Al Qur’an dan merenungkannya akan membuahkan iman. Adapun jika Al Qur’an cuma sekedar dibaca tanpa ada pemahaman dan perenungan (tadabbur), maka itu bisa pula dilakukan oleh orang fajir (ahli maksiat) dan munafik, di samping dilakukan oleh pelaku kebaikan dan orang beriman. Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَالرَّيْحَانَةِ ، رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ “Permisalan orang munafik yang membaca Al Qur’an adalah seperti buah rayhanah. Bau buah tersebut enak, namun rasanya pahit.” (HR. Bukhari dan Muslim). Demikian faedah dari Ibnul Qayyim dalam kitab beliau Zaadul Ma’ad (1: 327) di pagi ini. Insya Allah, siang nanti akan dilanjutkan kembali. Moga Allah menganugerahkan kita menjadi ahli Al Qur’an, yang rajin membaca, menghafal, dan rajin merenungkannya, serta mengamalkan isinya. Hanya Allah yang memberi taufik. Sumber

Membaca Al Qur’an untuk Direnungkan dan Diamalkan Read More »

Prioritaskan Menghafal Al Qur’an

Bina Insan Sahabat Al Qur’an  – Al Khotib Al Baghdadi berkata, “Selayaknya bagi setiap penuntut ilmu memulai dari menghafalkan Al Qur’an. Karena Al Qur’an adalah ilmu yang paling mulia dan yang paling pantas didahulukan.” (Al Jaami’ li Akhlaaqir Rowi wa Li Aadabis Saami’) Diceritakan bahwa Ibnu Jarir Ath Thobari berkata, “Aku menghafal Al Qur’an pada usia 7 tahun, aku mulai belajar shalat jama’ah pada usia 8 tahun dan aku mulai menulis hadits pada usia 9 tahun.” Ibnu Kholdun rahimahullah berkata, “Ketahuilah bahwa mengajarkan Al Qur’an kepada anak-anak merupakan bagian dari syi’ar agama Islam dan yang dipraktekkan umat ini. Praktek ini pun tersebar di setiap negeri. Pengaruhnya, hafalan quran bisa lebih mengokohkan iman. Setelah itu barulah kuasai akidah dari ayat-ayat Qur’an, lalu kuasai sebagian matan  hadits.” Keutamaan menghafalkan Al Qur’an sebagaimana disebutkan dalam hadits dari Abdullah bin ‘Amr, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ اقْرَأْ وَارْتَقِ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِى الدُّنْيَا فَإِنَّ مَنْزِلَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَؤُهَا “Dikatakan kepada orang yang membaca (menghafalkan) Al Qur’an nanti : ‘Bacalah dan naiklah serta tartillah sebagaimana engkau di dunia mentartilnya. Karena kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca (hafal).” (HR. Abu Daud no. 1464 dan Tirmidzi no. 2914, shahih kata Syaikh Al Albani). Ibnu Hajar Al Haitami rahimahullah berkata, “Hadits di atas menunjukkan keutamaan khusus bagi yang menghafalkan Al Qur’an dengan hatinya, bukan yang sekedar membaca lewat mushaf. Karena jika sekedar membaca saja dari mushaf, tidak ada beda dengan yang lainnya baik sedikit atau banyak yang dibaca. Keutamaan yang bertingkat-tingkat  adalah bagi yang menghafal Al Qur’an dengan hatinya. Dari hafalan ini, bertingkat-tingkatlah kedudukan mereka di surga sesuai dengan banyaknya hafalannya. Menghafal Al Qur’an seperti ini hukumnya fardhu kifayah. Jika sekedar dibaca saja, tidak gugur kewajiban ini. Tidak ada yang lebih besar keutamaannya dari menghafal Al Qur’an. Inilah yang dimaksudkan dalam hadits di atas dan inilah makna tekstual yang bisa ditangkap. Malaikat akan mengatakan pada yang menghafalkan Al Qur’an ‘bacalah dan naiklah’. Jadi yang dimaksud sekali lagi adalah bagi yang menghafal Al Qur’an dari hatinya.” (Al Fatawa Al Haditsiyah, 156) Semoga Allah memudahkan kita menjadi penghafal-penghafal Al Qur’an dan penjaga kitabullah. Sumber

Prioritaskan Menghafal Al Qur’an Read More »

Kiat Menghafal Al Qur’an

Bina Insan Sahabat Al Qur’an  –  Sungguh menghafal Al Qur’an memiliki keutamaan yang luar biasa. Lembaran ini berisi uraian singkat mengenai keutamaan menghafal Al Qur’an dan kiat utama untuk menghafalkannya. Moga semakin menyemangati para remaja muslim sekalian. Keutamaan Penghafal Al Qur’an Orang yang menghafal Al Qur’an akan mudah mendapatkan syafa’at di hari kiamat kelak. Dari Abu Umamah Al Bahiliy, (beliau berkata), “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِهِ “Bacalah Al Qur’an karena Al Qur’an akan datang pada hari kiamat nanti sebagai syafi’ (pemberi syafa’at) bagi yang membacanya.” (HR. Muslim no. 1910) Di akhirat, hafalannya akan menolong dirinya untuk menggapai derajat mulia. Dari Abdullah bin ‘Amr, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ اقْرَأْ وَارْتَقِ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِى الدُّنْيَا فَإِنَّ مَنْزِلَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَؤُهَا “Dikatakan kepada orang yang membaca (menghafalkan) Al Qur’an nanti : ‘Bacalah dan naiklah serta tartillah sebagaimana engkau di dunia mentartilnya. Karena kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca (hafal).” (HR. Abu Daud no. 1464 dan Tirmidzi no. 2914, shahih kata Syaikh Al Albani). Yang dimaksudkan dengan ‘membaca’ dalam hadits ini adalah menghafalkan Al Qur’an. Perhatikanlah perkataan Syaikh Al Albani berikut dalam As Silsilah Ash Shohihah no. 2440: “Ketahuilah bahwa yang dimaksudkan dengan shohibul qur’an (orang yang membaca Al Qur’an) di sini adalah orang yang menghafalkannya dari hati sanubari. Sebagaimana hal ini ditafsirkan berdasarkan sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lain, ‘Suatu kaum akan dipimpin oleh orang yang paling menghafal Kitabullah (Al Qur’an).’ Kedudukan yang bertingkat-tingkat di surga nanti tergantung dari banyaknya hafalan seseorang di dunia dan bukan tergantung pada banyak bacaannya saat ini, sebagaimana hal ini banyak disalahpahami banyak orang. Inilah keutamaan yang nampak bagi seorang yang menghafalkan Al Qur’an, namun dengan syarat hal ini dilakukan untuk mengharap wajah Allah semata dan bukan untuk mengharapkan dunia, dirham dan dinar. Ingatlah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, أَكْثَرَ مُنَافِقِي أُمَّتِي قُرَّاؤُهَا “Kebanyakan orang munafik di tengah-tengah umatku adalah qurro’uha (yang menghafalkan Al Qur’an dengan niat yang jelek).” (HR. Ahmad, sanadnya hasan sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Syu’aib Al Arnauth).” [Makna qurro’uha di sini adalah salah satu makna yang disebutkan oleh Al Manawi dalam Faidhul Qodir Syarh Al Jami’ Ash Shogir, 2: 102 (Asy Syamilah)] Tidakkah kita ingin mendapatkan kedudukan mulia di sisi Allah? Moga dengan modal ikhlas dan menjauhi maksiat, kita dimudahkan untuk menghafalkan Al Qur’an. Modal Utama: Ikhlas dan Jauhi Maksiat Jadikanlah niat dan tujuan menghafal Al Qur’an untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala. Janganlah tujuan kita menghafal Al Qur’an untuk meraih kedudukan di tengah-tengah manusiam, meraup keuntungan dunia, upah atau hadiah. Ikhlas dan ikhlas-lah dalam menghafalnya. Karena ingatlah Allah tidak menerima sedikit pun dari amalan yang tidak ikhlas, yang tercampur kesyirikan di dalamnya. Allah tidak mau diduakan dalam ibadah, termasuk dalam menghafal kalam-Nya. Allah Ta’ala berfirman, وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dan (menjalankan) agama dengan lurus.” (QS. Al Bayyinah: 5). Kemudian, modal yang utama lagi bagi penghafal qur’an adalah ia harus menjauhi maksiat. Maka ia tidak hobi mendengar musik, menjauhi pacaran dan pantangan maksiat lainnya. Karena itu tentu saja akan mengganggu hafalannya. Allah Ta’ala berfirman, كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.” (QS. Al Muthoffifin: 14) Mujahid rahimahullah mengatakan, “Hati itu seperti telapak tangan. Awalnya ia dalam keadaan terbuka dan jika berbuat dosa, maka telapak tangan tersebut akan tergenggam. Jika berbuat dosa, maka jari-jemari perlahan-lahan akan menutup telapak tangan tersebut. Jika ia berbuat dosa lagi, maka jari lainnya akan menutup telapak tangan tadi. Akhirnya seluruh telapak tangan tadi tertutupi oleh jari-jemari.” (Fathul Qodir, Asy Syaukani, Mawqi’ At Tafasir, 7: 442). Jika hati semakin kelam, maka akan sulit melakukan ketaatan, sulit menghafal dan melekatkan Al Qur’an pada hati. Imam Syafi’i berkata, شَكَوْت إلَى وَكِيعٍ سُوءَ حِفْظِي فَأَرْشَدَنِي إلَى تَرْكِ الْمَعَاصِي وَأَخْبَرَنِي بِأَنَّ الْعِلْمَ نُورٌ وَنُورُ اللَّهِ لَا يُهْدَى لِعَاصِي “Aku pernah mengadukan kepada Waki’ tentang jeleknya hafalanku. Lalu beliau menunjukiku untuk meninggalkan maksiat. Beliau memberitahukan padaku bahwa  ilmu adalah cahaya dan cahaya Allah tidaklah mungkin diberikan pada ahli maksiat.” (I’anatuth Tholibin, 2: 190). Ingat sekali lagi bahaya maksiat dan dosa bagi penghafal Al Qur’an. Ini pantangan berat yang mesti dijauhi. Semoga dengan taufik Allah, kita bisa menghindari maksiat dan berbagai macam dosa. Rajin Mengulang Hafalan Ini juga adalah modal yang amat utama. Bukanlah yang paling urgent, kita rajin menambah hafalan. Yang lebih penting adalah mengulang dan terus mengulang setiap hari. Oleh karena itu, para ulama memberi kiat agar kita bisa menambah diikuti dengan mengulang (muroja’ah) hafalan. Karena jika kita hanya rajin menambah, hafalan terdahulu bisa cepat hilang. Itulah jadi sebab mengapa para penghafal Al Qur’an jadi putus di tengah jalan. Dari Abdullah bin ‘Umar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, إِنَّمَا مَثَلُ صَاحِبِ الْقُرْآنِ كَمَثَلِ الإِبِلِ الْمُعَقَّلَةِ إِنْ عَاهَدَ عَلَيْهَا أَمْسَكَهَا وَإِنْ أَطْلَقَهَا ذَهَبَتْ “Sesungguhnya orang yang menghafalkan Al Qur’an adalah bagaikan unta yang diikat. Jika diikat, unta itu tidak akan lari. Dan apabila dibiarkan tanpa diikat, maka dia akan pergi.” (HR. Bukhari no. 5031 dan Muslim no. 789). Dalam riwayat Muslim yang lain terdapat tambahan, وَإِذَا قَامَ صَاحِبُ الْقُرْآنِ فَقَرَأَهُ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ ذَكَرَهُ وَإِذَا لَمْ يَقُمْ بِهِ نَسِيَهُ “Apabila orang yang menghafal Al Qur’an membacanya di waktu malam dan siang hari, dia akan mengingatnya. Namun jika dia tidak melakukan demikian, maka dia akan lupa.” (HR. Muslim no. 789) Adapun cara menghafal Qur’an secara lebih detail akan kami tampilkan di bahasan lainnya, insya Allah. Moga Allah memudahkan kita untuk menjadi ahli Al Qur’an. Wallahu waliyyut taufiq. Sumber

Kiat Menghafal Al Qur’an Read More »

Mendahulukan Menghafal Al Qur’an ataukah Menuntut Ilmu?

Bina Insan Sahabat Al Qur’an  –  Satu prioritas yang mesti dikedepankan dalam mempelajari ilmu syar’i adalah menghafalkan Al Qur’an. Namun sedikit yang mau perhatian dengannya. Kalau sedikit demi sedikit ditekuni, sebenarnya kita pun bisa menjadi seperti mereka-mereka yang telah menghafalkan Al Qur’an. Menghafalkan satu dua juz saja, itu berarti kita sudah menjadi bagian dari penjaga Qur’an. Yang penting kontinu dan rutin dijaga. Namun apakah selalu menghafal Qur’an lebih didahulukan dari mempelajari ilmu syar’i lainnya? Dan apakah menghafal hanya sekedar menghafal tanpa direnungkan maknanya lalu diamalkan? Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah pernah ditanya, “Manakah yang lebih afdhol, mempelajari Al Qur’an ataukah menuntut ilmu (syar’i)?” Jawaban beliau rahimahullah, “Ilmu yang wajib dipelajari setiap muslim adalah ilmu yang berisi perintah Allah dan larangan-Nya. Mempelajari ilmu semacam ini lebih didahulukan dari menghafalkan Al Qur’an yang tidak wajib. Mempelajari ilmu semacam tadi itu wajib sedangkan menghafalkan Al Qur’an ketika itu dihukumi sunnah. Dan sekali lagi, yang wajib lebih didahulukan dari ilmu yang sunnah. Adapun menghafal Al Qur’an, maka itu didahulukan dari ilmu lainnya baik ilmu yang bathil atau ilmu yang sedikit manfaatnya. Menghafal Qur’an juga lebih didahulukan dari mempelajari ilmu ushul (pokok) dan furu’ (cabang). Untuk waktu saat ini, lebih baik mendahulukan menghafal Al Qur’an karena Qur’an adalah ushul setiap ilmu. Berbeda dengan yang dilakukan oleh kebanyakan ahli bid’ah dari kalangan non Arab dan selainnya di mana mereka lebih menyibukkan diri dengan ilmu yang tidak manfaat semacam banyak omongan, banyak berdebat, membahas masalah khilaf (perselisihan pendapat), ilmu furu’ yang tidak urgent dikaji, masalah taklid yang tidak perlu dibahas, atau membahas hadits ghorib (yang tidak shahih dan tidak ada manfaat untuk dikaji), begitu pula dengan ilmu matematika yang tidak bisa dijadikan hujjah yang kuat. Hal ini dilakukan sampai meninggalkan menghafal Al Qur’an, padahal Al Qur’an lebih penting dari semua ilmu tersebut. Dan perlu sekali masalah ini didetailkan. Yang dituntut dari Al Qur’an adalah memahami maknanya dan mengamalkan isinya. Jika tujuannya menghafalnya bukanlah untuk maksud tersebut, maka tentu ia bukan seorang yang berilmu atau ulama. Wallahu subhanahu a’lam.” (Al Majmu’ Al Fatawa, 23: 54-55) Tentu memiliki akidah yang benar dan cara ibadah yang benar, itu lebih didahulukan dari menghafal Qur’an. Jika cara ini sudah ditempuh dengan benar barulah mengambil prioritas untuk menghafal Qur’an daripada mengambil bagian untuk mempelajari ilmu lain yang tidak bermanfaat. Karena sebagaimana diterangkan di atas, Al Qur’an adalah ushul (pokok) segala ilmu. Semoga Allah memudahkan kita untuk menjadi ahli Al Qur’an. Wallahu waliyyut taufiq.  Sumber

Mendahulukan Menghafal Al Qur’an ataukah Menuntut Ilmu? Read More »

MELATIH ANAK CEPAT MENGHAFAL AL-QUR’AN

Bina Insan Sahabat Al Qur’an  –  “Sebaik-baik orang diantara kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari). Mengapa kita perlu mengajarkan Al-Qur’an dan mendorong anak-anak untuk menghafal Al-Qur’an?     – untuk mendapatkan ridho Allah    – untuk mendapatkan ketenangan hidup    – karena Al Qur’an akan menjadi penolong (syafa’at) bagi para penghafalnya    – penghafal Al-Qur’an dapat memberikan syafaat bagi keluarganya    – mendapatkan banyak kemuliaan dan pahala yang berlimpah Prinsip-prinsip mengajarkan Al-Qur’an:     – Tidak boleh memaksa anak ( kecuali dengan alasan, misalkan watak anak ‘pemalas’ )    – Lakukan kegiatan dengan cara menyenangkan    – Dimulai dari ayat-ayat yang mudah difahami    – Keteladanan dan motivasi Kunci keberhasilan mengajarkan anak untuk menghafal Al-Qur’an:     – Suasana senang dan membahagiakan akan membantu anak untuk mengingat hafalannya dalam waktu yang lama, dengan demikian anak akan berinteraksi dengan Al-Qur’an dengan perasaan cinta dan keterikatan terhadap Al-Qur’an.    – Berulang dan kontinyu Cara memelihara dan mengembangkan memori anak:     – Ajari anak untuk fokus dan perhatian pada pendidiknya    – Faktor makanan adalah penentu untuk terpelihara kemampuan memori itu bekerja (zat-zat adiktif yang terdapat dalam makanan, perlahan tapi pasti akan merusak daya ingat anak-anak)    – Memberi penjelasan pada anak-anak atas nilai-nilai yang terkandung dalam bacaan yang dihafalnya, maka memori akan bekerja lebih eksis    – Menghormati waktu bermain dan waktu istirahat anak    – Jauhkan unsur-unsur yang dapat mengancam psikologi anak-anak ; celaan dan tekanan    – Ciptakan motivasi-motivasi agar anak cenderung menyukai aktifitas menghafal Waktu-waktu yang tepat untuk mengajarkan anak menghafal Al-Qur’an:     – Tidak mengantuk    – Tidak letih / kelelahan    – Tidak kekenyangan atau sebaliknya, tidak sedang kelaparan    – Tidak dalam keadaan capek belajar    – Tidak sedang bermain    – Tidak dalam keadaan sakit / bad mood Yang perlu diperhatikan tentang bakat anak dalam menghafal:     – Kenali bakat anak-anak dan hargai minat mereka.    – Fahami keterbatasan daya ingat anak karena tiap anak itu beda kemampuannya    – Kenali anak-anak yang memiliki kesulitan dalam belajar dan berinteraksiSumber

MELATIH ANAK CEPAT MENGHAFAL AL-QUR’AN Read More »

Tips Menghafal dan Muraja’ah Al-Qur’an Dengan Baik

Bina Insan Sahabat Al Qur’an  – Bismillah…Al Qur’an merupakan salah satu mu’jizat yang turun kepada Muhammad SAW dan diwariskan kepada umatnya dan keasliannya akan terus terjaga sepanjang zaman. Allah SWT berfirman :“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya.” (Al Hijr:9) Qur’an memiliki banyak sekali kelebihan, selain itu Qur’an juga sangat bermanfaat bagi manusia. Orang yang sering membaca Qur’an akan sangat berbeda dengan orang yang jarang bahkan tidak pernah sama sekali membacanya. Itu baru sebatas membaca. Apalagi jika Qur’an tersebut dihafal, maka bi iznillah manfaatnya akan selalu menyertai orang yang menghafalkannya.  Ada beberapa fase dalam menghafal al-Quran ini.1. Fase pra hafalan (taaruf)2. Fase hafalan (tahfidz)3. Fase menjaga hafalan (murojaah) A. Fase Pra HafalanHal pertama dalam fase pra hafalan, ada baiknya kita mengenal dulu dengan kitab suci yang akan kita hafal ini. Beberapa sifatnya antara lain: 1. Mudah dihafal. Allah sendiri berfirman dan diulang-ulang dalam surat al-Qomar, “Walaqad yassarna al-Qurana lidz-dzikri fahal min muddakir… (QS. Al-Qomar: 17)”. Selain dikuatkan dengan firman Allah, secara bahasa sendiri al-Quran sangat mudah dihafalkan. Terlebih di dalamnya, banyak ayat-ayatyang mirip, sehingga kita tidak perlu menguras otak lebih karena ada beberapa kalimat atau ayat yang sudah pernah kita hafalkan dulu.2. Mudah pula terlupa. Dalam hal ini penulis sendiri kurang tau apakah riwayat ini adalah hadits atau apa, akan tetapi dulu Kyai penulis pernah bilang bahwa, “Menghafal Quran itu seperti mengikat unta. Bila longgar sedikit saja ikatannya, makaakan sangat mudah lepas.”3. Al-Quran adalah kitab suci kita, barangsiapa dapat menghafalkannya maka akan mendapat banyak fadhilah, seperti: variasi bacaan dalam sholat, mengisi waktu luang ketika menuggu bus, di dalam bus dll.4. Dengan menghafalkannya, terlebih bila memahami maknanya bisa membuat hati kita terbuka, menemukan kebenaran din ini, menemukan mukjizat-mukjizat di dalam al-Quran dsb. Intinya, insya Allah bisa menambah iman kita dan takwa kita..  Selanjutnya, setelah berkenalan dengan obyek yang ingin kita hafal, sekarang saatnya berpindah kepada subyeknya. 1. Temukan motivasi yang tepat atau niatnya. Tentukan, apakah untuk ujian saja, atau untuk sesuatu hal yang di atas itu. Penentuan motivasi ini sangat menentukan tingkat kualitas hafalan dan kesungguhan kita dalam menghafal.2. Berikan waktu khusus dalam keseharian kita.3. Persiapkan diri dari banyaknya godaan yang melalaikan dan ketidak-disiplinan. Karena sebenernya, dari pengalaman penulis sendiri dan curhat temen-temen, kunci menghafal al-Quran adalah satu; ISTIQOMAH.4. “Qalilun qarra khairun min katsirun farra..” lebih baik sedikit tapi kuat, daripada banyak hafalan tapi lemah. Artinya, menghafal al-Quran itu haruslah tadarruj, alias bertahap. Allah sendiri berfirman, “Wala ta’jal bil qurani min qabli an yuqdha ilaika wahyuhu, wa qul rabbi zidny ilman…” (QS. Toha: 114). Banyak sedikitnya menghafal, sangat tergantung pada kemampuan penghafal, ndak perlu dipaksa. B. Fase MenghafalSetelah bertaaruf, dan kenal-kenalan sebelum memasuki dunia hafalan ini, kini saatnya kita melakukan proses menghafal. Fase di atas tadi, cukup dipahami saja dan dijadikan pengingat bila suatu saat kita merasa kesulitan dan pengen curhat .  Oke, sekarang saatnya kita masuk dalam persoalan teknis, yakni trik menghafal. Sebenernya, soal ini penulis lebih suka menyerahkan kepada pembaca soal bagaimana menghafal. Karena, dalam menghafal ini sangat bergantung pada kondisi /dzuruf si penghafal. 1. Membaca pelan dan mecoba memahami maknanya (grambyang) dari apa yang ingin kita hafal di pagi hari, pada malam hari sebelum tidur.2. Lebih baik baik dilakukan setelah sholat subuh, mulai menghafal al-Quran secara tadarruj dimulai dari jumlatan fa jumlatan (kalimat per kalimat) bukan ayat per ayat! Setelah hafal (membaca tanpa melirik al-Qurannya) satu kalimat, baru berpindah ke kalimat yang lain.3. Setelah hafal satu ayat, boleh berpindah ke ayat lain, dan temukan keserasian dalam dua ayat ini. Sangat sering terjadi, ayat al-Quran ini memiliki satu tema setiap separuh halaman.4. Dianjurkan minimal menghafal satu halaman, atau lebih baik lagi dua halaman setiap harinya. Agar nanti yang tergambar di ingatan kita adalah seperti membuka al-Quran, satu di sisi kanan dan satu lagi di sisi kiri.5. Lebih dan sangat dianjurkan untuk menyetorkan hafalan yang baru kita hafal, pada orang yang sudah hafal lebih dari kita. Bukan saja karena menjaga agar apa yang kita hafal ini sudah benar kata per katanya, akan tetapi juga sangat bermanfaat sebagai latihan dalam hafalan kita. C. Fase MengulangPerlu diketahui dan diingat, fase murojaah ini adalah yang sangat-sangat penting dan paling penting di antara dua fase di atas.Sama seperti menghafal, dalam murojaah pun ada yang namanya tadarruj. Yakni bertahap pula dalam melakukannya. 1. Murojaah sebelum membuat hafalan baru. Yang perlu kita ulang hafalannya sebelum membuat hafalan baru adalah hafalan seperempat juz (5 halaman) sebelum hafalan baru kita. Jadi, jangan menambah hafalan baru bila seperempat juz sebelumnya masih berantakan hafalannya.2. Murojaah hafalan baru. Setelah paginya kita menghafal, maka berikan waktu khusus buat mengulang hafalan baru kita itu. Paling enak adalah ketika sholat dhuha. Semakin sering diulang dalam sholat, semakin baik. 1. Murojaah per seperempat juz (5 halaman). Murojaah ini dilakukan setiap hari, dan berkelanjutan esok harinya. Lebih baik disetorkan juga murojaah yang ini. Sifatnya seperti hafalan baru, harus bener-bener mantap ketika disetorkan.2. Murojaah per 1 juz. Sama seperti murojaah seperempat juz, murojaah ini juga lebih baik disetorkan. Akan tetapi gak menutup kemungkinan untuk dibaca sendiri.3. Murojaah per 5 juz. Kalau bisa, hal ini disetorkan juga. Akan tetapi, kecuali di pondok tahfidz, mungkin agak jarang yang mau nerima setoran 5 juz.  Metode-metode di atas tidak mutlak sifatnya. Namun, secara pengalaman metode-metode di atas cukup membantu dalam proses menghafal al-Quran.  Selanjutnya, mungkin ada beberapa tips tambahan di bawah ini yang bisa dijadikan masukan buat temen-temen: 1. Akan lebih cepat dan mudah bila kita menghafal sambil mengetahui artinya. Bisa lewat terjemah al-Quran, atau bahkan dengan tafsirnya sekalian, .2. Setelah tahu artinya, perlu diketahui bahwa al-Quran itu berbentuk setengah prosa (cerita) dan setengah puisi (berima). Dengan prosanya, akan membuat kita lebih mudah untuk mengaitkan antara satu ayat dengan ayat lainnya lewat siyaq atau jalan cerita atau tema khusus.3. Mengatur waktu dalam satu hari sebaik mungkin. Minimal ada dua hal penting yang perlu diperhatikan, yang pertama murojaah, yang kedua bikin hafalan baru.Dan semoga kita dijadikan sebagai Ahlul Quran. Amiin. Sumber

Tips Menghafal dan Muraja’ah Al-Qur’an Dengan Baik Read More »

7 Cara Menjaga Semangat Hafalan

Bina Insan Sahabat Al Qur’an  – Betapa nikmatnya bisa menghafal al quran. Betapa menyenangkannya bisa bermesraan dengan kalam Allah sambil menyendiri tanpa diganggu siapapun. Bibir melafalkannya, hati memaknai arti yang terkandung, dan jiwa terus menggebu untuk bisa melakukan apa yang menjadi perintah, dan menjauhi apa yang menjadi larangan. Mencerna setiap kisah, dan meresapi setiap ilmu pengetahuan yang ada di dalam al quran. Menghafal al quran, bukan hanya aktifitas fisik. Menurut saya, aktifitas menghafal al quran itu adalah perpaduan fisik dan jiwa. Ruh dan jasad. Terlihat dan tak terlihat. Hafalan al quran saya masih sedikit. Belum apa-apa jika saya menyebutkan berapa jumlah juz yang sudah dihafal. Yang saya tahu, saya harus tetap semangat menghafal tanpa putus asa mengejar target yang telah dibuat. Teman-teman pastinya senang juga kan ya kalau semangat hafalan tetap terjaga sehingga rutinitas hafalan menggapai kualitas yang memadai. Ada beberapa yang harus kita perhatikan agar semangat menghafal kita tetap terjaga (berdasar pengalaman pribadi) : 1. Tuliskan target hafal al quran Misalkan kita ingin hafal al quran selama lima tahun, empat tahun, atau berapa tahun sesuai target kita, maka diusahakan jangan hanya berangan-angan saja. Tuliskan, dan tempatkan di tempat kita bisa melihatnya setiap hari. Tulisan itu akan selalu membekas di dalam mata dan hati kita. Buat diri kita merasa malu jika tidak hafalan karena tiap hari membaca tulisan itu. Contoh tulisan target : MISI BESARKU : HAFAL AL QURAN LIMA TAHUN MULAI DARI SEKARANG! TAHUN 2018 HARUS SUDAH HAFAL!!! 2. Membuat jadwal menghafal Karena sudah punya target, maka harus ada usaha nyata untuk menghafal. Misalkan lima tahun kita target hafal.jumlah ayat = 6666 ayatlima tahun =365 hari X 5 =1825 harimaka hafalan per harinya minimal = 6666 ayat : 1825 = 3,65= 4 ayat Nah, jika target lima tahun hafal, maka minimal per hari harus hafal 4 ayat. Per minggu minimal 28 ayat. untuk jadwalnya, kita bisa pilih, misalkan sebelum subuh selama satu jam, atau sehabis shalat maghrib selama setengah jam…tergantung waktu kita…yang penting kita mengalokasikannya setiap hari. 3. Bergabung pada komunitas tahfidzul quran Bergabung dengan komunitas tahfidz sangat diperlukan lho. Tak harus yang formal. Contoh kecil saja kita bisa mengajak teman-teman kita yang punya visi sama untuk membuat lingkaran tahfidz lalu mengundang seorang hafidz atau hafidzoh sebagai pembimbingnya. Ini dilakukan sebagai wadah setoran hafalan kita, agar tetap terjaga. Dan, dengan berkumpul dengan orang yang memiliki semangat menghafal al quran, insya Allah ini menjaga semangat kita dalam menghafal. Malu juga kan ya kalau teman-teman kita sekomunitas nambah hafalan tapi kita tidak? 4. Sering-sering membaca al quran Kalau kita senang menghafal, jangan lupa untuk senang membaca al quran juga. Saat membaca al quran, kita langsung mendapatkan ruh dari Allah sehingga apa yang kita baca pun merasuk ke dalam jiwa kita. 5. Tidak banyak bergurau yang tidak penting 6. Murojaah (mengulang-ulang hafalan yang sudah dimiliki) 7. Banyak berdoaMudah-mudahan Allah memberkahi setiap langkah kita dalam menghafal al quran. Mudah-mudahan Allah menjadikan kita bagian dari keluarga-Nya. Sumber

7 Cara Menjaga Semangat Hafalan Read More »

Tips Menghafal Al-Qur’an

Bina Insan Sahabat Al Qur’an  – Al-Qur’an, sumber dari segala sumber hukum umat Islam. Panduan langsung dari Allah SWT untuk kita agar selamat di dunia dan di akhirat. Allah SWT menjanjikan pahala besar bagi yang membacanya, memahaminya, dan melaksanakannya. Adalah impian setiap muslim untuk bisa menghafalkan Al-Qur’an. Secara umum, berikut adalah beberapa tips untuk dapat menghafal Al-Qur’an dari seorang hafiz juara lomba menghafal qur’an di tingkat nasional maupun internasional, Mudhawi Ma’arif (semoga Allah merahmati beliau): Untuk memudahkan kita dalam menghafal, ada syarat-syarat yang harus kita pegang kuat-kuat, yaitu:     1. Beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.    2. Berniat mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan menjadi hamba-hamba pilihan-Nya yang menjaga Al-Qur’an    3. Istiqomah (teguh hati).    4. Menguasai bacaan al-qur’an dengan benar, baik tajwid maupun makharij setiap huruf.    5. Adanya seorang pembimbing dari ustad/ustadzah (al-hafidz/al-hafidzah).    6. Minimal sudah pernah khatam Al-Qur’an 20 kali (dengan membaca setiap ayat 5 kali).    7. Konsisten menggunakan satu jenis mushaf al-qur’an (al-qur’an pojok).    8. Konsisten menggunakan pensil/bolpen/stabilo sebagai pembantu.    9. Memahami ayat yang akan dihafal Ada tiga tahap utama yang harus dilakukan seorang penghafal Al-Qur’an, yaitu:        1. Persiapan (isti’dad)    Kewajiban utama penghafal al-qur’an adalah harus menghafalkan setiap harinya minimal satu halaman dengan tepat dan benar dengan memilih waktu yang tepat untuk menghafal. Contohnya:         – Sebelum tidur malam, lakukan persiapan terlebih dahulu dengan membaca dan menghafal satu halaman secara cepat (jangan langsung dihafal secara mendalam).        – Setelah bangun tidur hafalkan satu halaman tersebut dengan hafalan yang mendalam dengan tenang lagi konsentrasi.        – Ulangi terus hafalan tersebut (satu halaman) sampai benar-benar hafal diluar kepala.     2. Pengesahan (tashih/setor)    Setelah melakukan persiapan secara matang dengan selalu mengingat-ingat suatu halaman tertentu, berikutnya tashihkan (setorkan) hafalan kita kepada ustad/ustadzah. Setiap kesalahan yang telah ditunjukkan oleh ustad, lakukan hal-hal berikut:         – Berikan tanda kesalahan dengan mencatatnya (dibawah atau diatas huruf yang lupa)        – Ulangi setoran sampai dianggap benar oleh ustad.        – Bersabarlah untuk tidak menambah materi dan hafalan baru kecuali materi dan hafalan lama benar-benar sudah dikuasai dan disahkan.     3. Pengulangan (muroja’ah/penjagaan)    Setelah setor, jangan meninggalkan tempat (majelis) untuk pulang sebelum hafalan yang telah disetorkan diulangi lagi beberapa kali terlebih dahulu (sesuai dengan anjuran ustad/ustadzah) sampai ustad benar-benar mengijinkan kita untuk pulang. Memang luar biasa perjuangan seorang penghafal Al-Qur’an. Wajarlah jika Allah menjanjikan pahala besar bagi siapapun yang sanggup menghafalkan Al-Qur’an. Semoga tips di atas bisa membantu kita untuk menghafalkan kitab suci kita tercinta. Wallahu’alam bisshawab. Sumber

Tips Menghafal Al-Qur’an Read More »

Cara Mudah Agar Hafalan Kuat dan Tidak Mudah Lupa

Bina Insan Sahabat Al Qur’an  – Kita seringkali mengalami masalah ketika belajar entah itu belajar ilmu dunia maupun ilmu akhirat. Seperti Sulit memahami pelajaran, atau bahkan lupa dengan apa yang telah kita pelajari.  Berikut hal-hal yang menyebabkan kuatnya hafalan. Beberapa Sebab Kuat Hafalan وأقوى أسباب الحفظ: الجد والمواظبة، وتقليل الغذاء، وصلاة الليل، وقراءة القرآن من أسباب الحفظ. قيل: ليس شيئ أزيد للحفظ من قراءة القرأن نظرا، والقراءة نظرا أفضل لقوله عليه الصلاة والسلام: أعظم أعمال أمتى قراءة القرآن نظرا Yang paling kuat menyebabkan mudah hafal adalah kesungguhan, kontinuitas, mengurangi makan dan shalat di malam hari. Membaca Al-Qur’an termasuk penyebab hafalan seseorang, ada dikatakan : “Tiada sesuatu yang lebih bisa menguatkan hafalan seseorang, kecuali membaca Al-Qur’an dengan menyimak. “Membaca Al-Qur’an yang dilakukan dengan menyimak itu lebih utama, sebagaimana sabda Nabi saw : “Amalan umatku yang paling utama adalah membaca Al-Qur’an dengan menyimak tulisannya.” ورأى شداد بن حكيم بعض إخوانه فى المنام، فقال لأخيه: أى شيئ وجدته أنفع؟ قراءة القرآن نظرا. Syaddad bin Hakim pernah bermimpi ketemu temannya yang mati, lalu bertanya: “Perbuatan apakah yang engkau rasakan lebih bermanfaat? Jawabnya : “membaca Al-Qur’an dengan menyimak tulisannya.” ويقول عند رفع الكتاب: بسم الله وسبحان الله والحمد لله ولا إله إلا الله، والله اكبر، لا حول ولا قوة إلا بالله العلى العظيم العزيز العليم، عدد كل حرف كتب ويكتب أبد الآبدين ودهر الداهرين. ويقول بعد كل مكتوبة : آمنت بالله الواحد الأحد الحق، وحده لا شريك له، وكفرت بما سواه Termasuk hal-hal yang bisa memperkuat hafalan kita adalah ketika mengambil suatu buku kita sambil berdo’a : Bismillahi wasubhanallohi walhamdulillahi wala illaha illallohu wallohu akbar wala haula wala kuwwata illa billahil a’liyyil a’zhimil a’jijil a’limi a’dada kulli harfin kutiba wayuktabu abadal abidina wadahroddahirina. Artinya : (Dengan menyebut Asnma Allah, Maha suci Allah, segal puji milik Allah dan tiad tuhan selain Allah yang Maha Agung, tiada daya dan kekuatan selain atas pertolongan Allah Yang Maha Mulya Agung Luhur Lagi Mah Mengetahui, sebanyak huruf yang tertulis dan akan di tulis, berabad-abad dan sepanjang masa). Dan setiap selesai menulis berdo’a : Amantu billahil wahidi wahdahu lasyarika lahu wakapartu bima siwahu. Artinya: (Aku beriman kepada Allah Yang Tunggal, Maha Esa, berkesendirian tiada teman dalam ketuhannaNya, dan saya hindari dari bertuhan kepad selainNya.) ويكثر الصلاة على النبى عليه السلام فإن ذكره رحمة للعالمين. [قال الشافعى رضى الله عنه:] شكوت إلى وكيع سوء حفظى        [فأرشدنى] إلى ترك المعاصى فإن الحفظ فضل مــــــــن الله        وفضل الله لا يعطى لعاصـــــى Dan dengan banyak membaca shalawat Nabi saw. Karena shalawatlah yang menjadi dzikir seluruh alam. Syi’ir disebutkan : Aku laporkan kepada ki Waki’ “hafalanku lemah” Ia memberi nasihat agar meninggalkan maksiat. Hafalan itu, sebagai anugerah dari sisi Tuhan Orang yang bermaksiat tak akan diberi anugrah dari Tuhan. والسواك وشرب العسل وأكل الكندر مع السكر وأكل إحدى وعشرين زبيبة حمراء كل يوم على الريق يورث الحفظ ويشفى من كثير من الأمراض والأسقام، وكل ما يقلل البلغم والرطوبات يزيد فى الحفظ، وكل ما يزيد فى البلغم يورث النسيان. Bersiwak, minum madu, makan kandar (kemenyan putih), bercampur gula dan menelan buah zabib merah 21 butir setiap hari, kesemuanya dapat mempermudah hafal lagi dapat mengobati berbagai macam penyakit. Segala sesuatu yang bisa mengurangi pelendiran dahak dan mengurangi pelemakan kulit badan yang diakibatkan terlalu banyak makan, adalah juga bisa memperkuat hafalan. Sesuatu yang memperbanyak lendir dahak, akan membuat orang jadi pelupa. Penyebab Lupa Penyebab lupa adalah laku maksiat, banyak dosa, gila dan gelisah karena urusan dunia. Seperti telah kami kemukakan di atas, bahwa orang yang berakal itu jangan tergila-gila dengan perkara dunia, karena akan membahayakan dan sama sekali tidak ada manfaatnya. Gila dunia tak lepas dari akibat kegelapan hati, sedang gila akhirat tak lepas dari akibat hati bercahaya yang akan terasakan di kala shalat. Kegilaan dunia akan menghalangi berbuat kebajikan, tetapi kegilaan akhirat akan membawa kepada amal kebajikan. Membuat dirinya terlena melakukan shalat dengan khusu dan mempelajari ilmu pengetahuan itu dapat menghilangkan kekacauan dalam hati, sebagaimana tersebut di dalam gubahan Syaikhul Islam Nasrhr Ibnul Hasan Al-Marghibani : Pohonlah inayah, oh Nasr putra Al-Hasan Untuk mencapai ilmu yang tersimpan Hanya itu, yang bisa membuang duka Selain itu, jangan percaya والشيخ الإمام الأجل نجم الدين عمر بن محمد النسفى قال فى أم ولد له: سلام على مـــــــــن تيمتنى بظرفـها        ولمعة خــــــــدها ولمحة طرفها سبتنى وأصبتنى فـــــــــــــتاة مليحة        تحيرت الأوهام فى كـنه وصفها فقلت: ذرينى واعذرينــــــــى فإننـى        شغفت بتحصيل العلوم وكــشفها ولى فى طلاب الفضل والعلم والتقى        غنى عن غناء الغانيات وعرفها Syaikhul Imam Najmuddin Umar bin Muhammad An-Nasafi dalam menyifati jariyah Ummi waladnya, tergubah beberapa bait syi’ir : Salamku buat si dia, yang membuatku terpesona karena lembut tubuhnya Halus pipinya dan giuran kerdipan matanya Si cantik molek, diriku jadi tertahan, hatikupun tertawan Hati kebingungan, bila bermaksud tuk menggambarkan Aku berkata : tinggalkan daku, maafkan aku Karena kusibuk membuka jalan dan menuntut ilmu Selama aku mencari utama dan taqwa Tak perlu lagi, rayuan si cantik dan harum baunya وأما أسباب نسيان العلم: فأكل الكزبرة الرطبة، والتفاح الحامض، والنظر إلى المصلوب، وقراءة الخط المكتوب على حجارة القبور، والمرور بين قطار الجمال، وإلقاء القمل الحي على الأرض، والحجامة على نقرة القفا، كلها يورث النسيان Sebab-sebab yang membuat mudah lupa, yaitu makan ketumbar, buah apel masam, melihat salib, membaca tulisan pada kuburan, berjalan disela-sela unta terakit, membuang ke tanah kutu yang masih hidup, dan berbekam pada tengkuk kepala. Singkirilah itu semua, karena membuat orang jadi pelupa.  Sumber

Cara Mudah Agar Hafalan Kuat dan Tidak Mudah Lupa Read More »