Husnudzon yakni berbaik sangka, secara lengkap bisa dimaknai sebagai sikap mental dan sudut pandang seseorang kepada sesuatu dalam kacamata positif dan melihat segala sesuatu dengan hal yang baik tanpa merasakan pikiran negatifnya. Husnudzon merupakan salah satu sifat terpuji, bahkan Islam menganjurkan berbaik sangka dan melarang setiap muslim untuk berburuk sangka. Dalam Surat Al-Hujurat ayat 12 Allah menjelaskan tentang larangan berburuk sangka
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ
Artinya :“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (lihat Q.S. Al-Hujurat, 49: 12).
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam juga menegaskan dalam sebuah hadist yang artinya “Jauhkanlah dirimu dari berprasangka buruk, karena berprasangka buruk itu sedusta-dusta pembicaraan (yakni jauhkan dirimu dari menuduh seseorang berdasarkan sangkaan saja).” (HR. Bukhari & Muslim)
Dengan memiliki sifat husnodzon dalam diri kita, setiap langkah yang kita lakukan akan selalu optimis dan berpikir positif bahwa Allah pasti akan memberikan yang terbaik. Selain itu juga mampu menekan sikap pesimis dan merasa putus asa atas hal buruk yang kita jalani, karena sudah terpatri dalam diri kita sifat husnudzon sehingga hal terburuk yang terjadipun kita bisa melihat sisi positif yang ada didalamnya.
Namun, husnudzon tidak hanya berlaku husnudzon kepada Allah saja namun juga kepada husnudzon kepada diri sendiri dan juga sesama manusia. Yang membuat kita tidak boleh suudzon kepada diri sendiri dan juga orang lain.
Rasulullah Bersabda
و حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا تَحَسَّسُوا وَلَا تَنَافَسُوا وَلَا تَحَاسَدُوا وَلَا تَبَاغَضُوا وَلَا تَدَابَرُوا وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا
Terjemahan hadits : Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari [Abu Az Zinad] dari [Al A’raj] dari [Abu Hurairah] bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jauhilah oleh kalian prasangka buruk, karena prasangka buruk adalah sedusta-dusta pembicaraan. Janganlah kalian saling memata-matai, saling mencari aib orang lain, saling berlomba-lomba mencari kemewahan dunia, saling dengki, saling memusuhi, dan saling memutuskan. Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (Hadits Malik Nomor 1412)